NovelToon NovelToon
Rahasia Antara Kita

Rahasia Antara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Arip

"Rahasia di Antara Kita" mengisahkan tentang seorang suami yang merasa bahagia dengan pernikahannya, namun kedatangan sahabat masa kecilnya yang masih memiliki ikatan emosional kuat membuat situasi menjadi rumit. Sahabat masa kecilnya itu mulai mendekatinya dengan cara yang tidak biasa, membuat suami tersebut merasa tidak nyaman. Sementara itu, istrinya yang selalu menuntut uang dan perhatian membuatnya merasa terjebak dalam pernikahannya. Bagaimana suami tersebut akan menghadapi situasi ini? Dan apa yang akan terjadi jika rahasia sahabat masa kecilnya dan perasaannya terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Aku memutuskan untuk memperlakukan Lidya dengan profesional dan ramah, meskipun aku masih merasa sedikit terganggu oleh kehadirannya. Aku menawarkan untuk menunjukkan kepadanya sekitar kantor dan memperkenalkannya kepada rekan-rekan kerja lainnya.

Lidya tampaknya sangat antusias dengan kesempatan baru ini, dan aku bisa melihat bahwa dia memiliki semangat dan energi yang besar. Aku berharap bahwa dia akan dapat membawa perubahan positif bagi perusahaan, tapi aku juga tetap waspada dan siap untuk menghadapi setiap tantangan yang mungkin timbul.

Ketika kami berjalan menuju ruang rapat, aku tidak bisa tidak memikirkan tentang Sarah dan pesan misterius yang aku temukan. Aku bertanya-tanya apakah kehadiran Lidya di perusahaan ini akan mempengaruhi hubungan aku dengan Sarah, atau apakah aku akan dapat menjaga keduanya terpisah.

Aku memutuskan untuk fokus pada pekerjaan dan melihat bagaimana situasi akan berkembang. Aku tidak ingin membuat asumsi atau spekulasi yang tidak perlu, tapi aku siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Jam makan siang, Lidya menghampiri dan mengajakku makan siang bersama. Kami berjalan menuju restoran yang tidak jauh dari kantor, menikmati udara segar dan pemandangan kota yang sibuk. Di restoran, Lidya memilih tempat yang nyaman dan kami memesan makanan favorit kami.

Selama makan, Lidya berbicara tentang proyek-proyek yang ingin dia kerjakan di perusahaan ini. Aku mendengarkan dengan saksama, mencoba untuk memahami visinya dan bagaimana aku bisa membantu. Lidya memiliki semangat yang menular, dan aku bisa melihat bahwa dia benar-benar ingin membuat perbedaan di perusahaan ini.

Setelah makan siang, kami kembali ke kantor, dan aku melanjutkan pekerjaan. Aku merasa bahwa kehadiran Lidya di perusahaan ini akan membawa energi baru dan ide-ide segar. Tapi, aku juga tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang belum aku ketahui tentang Lidya...

Setelah seharian bekerja di kantor yang melelahkan, akhirnya bisa pulang. Aku merasa lelah dengan keringat yang membasahi bajuku. Berharap bisa disambut hangat oleh seseorang yang aku cintai, yang bisa membuat hati ini merasa lebih baik setelah seharian bekerja keras. Membuka pintu rumah dan melihat ke dalam, berharap bisa melihat senyum hangat dari istriku. Tapi, yang aku lihat adalah rumah kosong dan sunyi. Hati ini merasa sedikit kecewa, tapi aku tahu bahwa istriku mungkin sedang sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Aku memutuskan untuk mandi dan beristirahat, berharap bisa merasa lebih baik setelah itu.

Aku berjalan menuju kamar mandi, melepas baju yang basah dan membilas diri dengan air hangat. Setelah mandi, aku merasa sedikit lebih segar dan siap untuk beristirahat. Aku berbaring di tempat tidur, menutup mata dan membiarkan tubuhku rileks. Saat itu, aku mendengar suara pintu yang terbuka, dan aku melihat istriku masuk ke dalam kamar dengan senyum hangat di wajahnya. "Selamat malam, sayang," katanya, sambil membawakan aku secangkir teh hangat. Aku merasa hati ini menjadi lebih baik, dan rasa lelahku mulai berkurang.

Hanya saja di tengah kehangatan kami, lagi lagi ponsel istriku berdering, ia dengan antusias mengangkat panggilan telepon dan pergi begitu saja dari hadapanku.

Mengusap kasar wajah ini, aku berusaha tetap tenang walau hati diselimuti rasa kesal yang mendera.

Aku mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal itu dan fokus pada saat-saat yang indah bersama istriku. Tapi, rasanya sulit untuk mengabaikan perasaan kesal yang muncul. Aku berpikir bahwa mungkin ada hal penting yang membuat istriku harus pergi, dan aku berusaha untuk memahami situasi tersebut. Aku menunggu dengan sabar, berharap bahwa istriku akan segera kembali dan kita bisa melanjutkan momen indah bersama. Tapi, perasaan kesal itu masih membekas di hati, membuatku bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

Kepergian istriku ternyata begitu lama, tak ada tanda tanda ia menghampiriku. Hingga mata ini begitu berat untuk menunggu kedatangan.

Sampai suara ponselku berdering, satu pesan datang

Pesan dari siapa ya? Aku penasaran dan membuka pesan tersebut. Mungkin dari istriku, memberi tahu bahwa dia akan segera kembali? Atau mungkin dari seseorang lain, mengingatkan aku tentang sesuatu? Aku membaca pesan itu, dan... ternyata dari nomor yang tidak aku kenal. Isinya membuatku terkejut...

(Selamat tidur, uco. Hehe.)

Aku membalas pesan Lidya dengan senyum di wajahku. "Selamat tidur juga, Lidya." Aku menulis dengan hati yang lebih ringan, merasa ada koneksi yang tidak aku sadari sebelumnya. Panggilan "Uco" yang dulu hanya digunakan oleh ibuku, sekarang datang dari Lidya, membuatku merasa ada yang spesial. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan saat ini, tapi aku merasa lebih baik, lebih hidup. Pesan singkat itu membuatku merasa tidak sendirian, dan itu cukup untuk membuatku tersenyum sebelum tidur.

Aku menawarkan Lidya dengan spontan, tanpa berpikir panjang. ( Besok kita berangkat bersama, kamu mau aku jemput?) pesan itu terbalas dengan cepat. (Boleh.)

Ada sesuatu yang familiar dalam respons Lidya, seperti ada ikatan yang tidak terputus sejak kecil. Kami sepertinya selalu mempunyai pemahaman yang sama.

Jam 12 malam, istriku belum juga datang. Aku merasa kesepian dan sedih, seperti tidak ada yang peduli dengan perasaanku. Ia sibuk dengan dunianya, lupa bahwa aku sedang menunggu dan membutuhkan kehadirannya.

Aku terlelap dalam dekapan malam, dan akhirnya aku tidur dalam pelukan mimpi yang manis. Dalam mimpi, aku melihat wajah Sarah, dan aku merasa bahagia. Tapi, saat kedua mata ini terbuka, kenyataan masih sama, dan istriku belum juga datang. Rasa sedih mulai menyelimuti hati, tapi aku berharap bahwa mimpi itu bisa menjadi kenyataan suatu hari nanti.

"Hingga pagi menjelang, Sarah tidak kunjung datang. Kesunyian masih menemaniku saat bangun. Rasa hampa menyelubungi perasaanku. Tapi, pesan dari Lidya membuat hati ini sedikit berbunga. (Aku udah buatkan makanan kesukaan kamu. Kapan kamu jemput aku?) Aku tersenyum, mungkin Lidya bisa menjadi pengalih perhatian dari kekecewaan ini. Aku langsung membalas pesannya..."

Tanganku seketika terhenti di atas keyboard, merasa terjebak dalam perasaan yang saling bertentangan. Aku ingin membalas pesan Lidya, tapi aku juga tidak ingin melupakan komitmen aku dan Sarah.

Pesan yang belum aku balas, kini datang lagi. Lidya mengirim pesan kembali, dan kini pesan itu berupa sebuah foto. Pasti bikin lapar! Foto makanan kesukaanku yang sudah lama tak pernah aku nikmati, entah kenapa seketika rasa bahagia ini semakin terasa. Lidya tahu persis cara membuatku tersenyum.

Kriii. Pintu terdengar dibuka perlahan, apakah itu Sarah? Apa dia merasa bersalah karena sudah membuat aku kesepian semalam.

"Mas, kamu sudah bangun." Refleks aku malah menyembunyikan ponsel, seakan tak ingin Sarah tahu. Tangan lembut Sarah kini memegang bahuku, ia menunjukkan raut wajah penuh penyesalan. "Maafkan aku semalam ya mas, aku malah tidur di kamar anak-anak."

Ingin menghela napas, namun rasanya seperti sesak, karena harus selalu memaafkan sikap Sarah. "Iya." Mulutku terasa berat saat ingin membalas ucapan Sarah, hanya saja aku berusaha memaksakan diri. Agar Sarah tak merasa jika aku ini kesal padanya.

Dering. Ponselku berdering lagi, membuat tangan Sarah meraih bantal, ia mencari ponsel yang berdering.

Hingga. "Mas, ini."

1
Amilawati
jelek ceritanya, dialog di ulang2 terus bikin pusing bacahya.. penulis pengen banyak bab tpw ndk materi mnkin jadinya dialog ya di ulang2 tetus
Amilawati
dialog yg jelk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!