Yun Sia, gadis yatim piatu di kota modern, hidup mandiri sebagai juru masak sekaligus penyanyi di sebuah kafe. Hidupnya keras, tapi ia selalu ceria, ceplas-ceplos, dan sedikit barbar. Namun suatu malam, kehidupannya berakhir konyol: ia terpeleset oleh kulit pisang di belakang dapur.
Alih-alih menuju akhirat, ia justru terbangun di dunia fantasi kuno—di tubuh seorang gadis muda yang bernama Yun Sia juga. Gadis itu adalah putri kedua Kekaisaran Long yang dibuang sejak bayi dan dianggap telah meninggal. Identitas agung itu tidak ia ketahui; ia hanya merasa dirinya rakyat biasa yang hidup sebatang kara.
Dalam perjalanan mencari makan, Yun Sia tanpa sengaja menolong seorang pemuda yang ternyata adalah Kaisar Muda dari Kekaisaran Wang, terkenal dingin, tak berperasaan, dan membenci sentuhan. Namun sikap barbar, jujur, dan polos Yun Sia justru membuat sang Kaisar jatuh cinta dan bertekad mengejar gadis yang bahkan tidak tahu siapa dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13
Sedangkan di sebuah daerah lain Terdapat Kekaisaran Lang
Kekaisaran yang dikenal luas sebagai negeri yang makmur dan damai. Bangunan istananya megah, taman-tamannya luas bagaikan lautan hijau, rakyatnya hidup tenteram, dan perdagangan berkembang pesat.
Namun… di balik kemakmuran itu, ada kesedihan yang tak pernah padam.
Sebuah luka tua yang terus berdarah.
Sebuah rahasia yang telah mengubah sifat Kaisar Lang dan menghancurkan ketenangan Permaisuri selama bertahun-tahun.
Dan luka itu bernama, Putri Lang yang hilang sejak bayi.
----
Aroma ramuan obat memenuhi ruangan luas itu.
Di atas ranjang bertirai emas, Permaisuri Lang terbaring pucat. Tubuhnya kurus, wajahnya cantik namun terlihat lelah, seolah bertahun-tahun menahan kesedihan yang tidak pernah ia lepaskan.
Pelayan istana berdiri dengan kepala tertunduk, takut menatap Kaisar Lang yang duduk di sisi ranjang istrinya.
Kaisar Lang dulunya terkenal lembut dan penuh perhatian.
Kini?
Tatapannya tajam, dingin, penuh luka yang disembunyikan terlalu lama.
Ia menggenggam tangan Permaisuri.
“…Sang ratu, waktunya minum obat,” ucap tabib utama dengan suara hati-hati.
Permaisuri menggeleng pelan. “Obat tidak akan menyembuhkan hatiku, Tabib Liu.”
Kaisar Lang memejamkan mata saat mendengar kalimat itu.
Sakit.
Menusuk.
Karena ia tahu… istrinya benar.
Permaisuri membuka mata yang penuh air mata. “Bagaimana aku bisa sembuh… jika anak kita tidak kembali?”
Suara itu pecah. Pelayan-pelayan langsung meneteskan air mata diam-diam.
Kaisar Lang memeluk istrinya lembut.
“Kita sudah mencarinya. Kita sudah mengirim orang ke seluruh negeri.”
“Sampai ke kerajaan tetangga…”
“Ke kota-kota kecil…”
“Ke desa… bahkan hutan-hutan…”
Permaisuri menggenggam pakaian Kaisar dengan tenaga yang tersisa. “…Tapi kau tidak menemukannya…”
Kaisar Lang menahan napas, rasa bersalah mencengkeram dadanya. “Anak kita… Putri Lang… pasti masih hidup…” bisik Permaisuri lirih.
Kaisar Lang menggigit bibir, tidak mampu menjawab. Air matanya menetes, meski ia berusaha keras menahannya.
Ia adalah Kaisar.
Rakyat melihatnya sebagai simbol kekuatan.
Namun di sisi istrinya… ia hanyalah seorang ayah yang kehilangan anak.
----
Ingatan Lama yang Menghantui
Malam itu, ketika Putri mereka hilang, badai besar melanda istana. Permaisuri baru saja melahirkan anak pertamanya, seorang bayi perempuan yang cantik, bermata jernih dan membawa tanda lahir merah kecokelatan di pergelangan tangan kiri.
Tetapi selir tingkat menengah Lady Shin yang sudah lama iri karena tidak kunjung mengandung, melakukan kejahatan.
Dengan bantuan pelayannya, ia menculik sang bayi dari kamar Permaisuri.
“Anak ini tidak boleh hidup,” ujar Lady Shin dengan senyum dingin.
Namun saat itu, pelayan yang disuruh membunuh bayi kecil itu tidak sanggup. Ia tidak sampai hati membunuh bayi tak berdosa.
Maka ia membawa bayi itu… jauh ke luar istana…
Dan membuangnya di hutan.
Permaisuri saat sadar dari pingsannya menemukan pelukannya kosong.
Kaisar membalik seluruh penjuru ibu kota, menginterogasi semua pelayan, menghukum dan mengganti penjaga, bahkan mengadakan pencarian besar-besaran selama berbulan-bulan.
Tapi bayi mereka menghilang tanpa jejak.
Hanya selir Lady Shin yang tahu kenyataannya.
Namun… Lady Shin hilang tanpa jejak setelah itu.
Seperti ditelan bumi.
Kaisar Lang Kaisar yang Membeku
Setelah hilangnya sang Putri, Kaisar Lang berubah drastis.
Ia menjadi dingin, Jarang tersenyum, Tak mau memiliki selir lain
Sepenuhnya mendedikasikan hidup untuk Permaisuri, bahkan menghindari pesta istana dan urusan hiburan
Semua orang tahu…
Kaisar mereka patah hati.
----
Ketika Tabib Liu hendak memberikan obat lagi, pengawal kaisar berlari masuk setelah memberi hormat cepat.
“Yang Mulia… ada laporan dari penjaga barat!”
Kaisar Lang mengerutkan kening. “Laporan apa?”
pengawal itu menelan ludah, lalu menjawab pelan.
“Ada laporan… ditemukan seorang pelayan tua yang dulu bekerja di Shun Pavilion, istana Lady Shin… Ia mengaku mengetahui keberadaan Putri yang hilang.”
Kamar itu langsung hening.
Permaisuri tersentak bangun, matanya langsung terbuka lebar tanpa izin tubuhnya yang lemah.
“Apa… yang kau katakan?”
Pengawal itu gemetar. “Pelayan tua itu… mengatakan bahwa Putri tidak meninggal…” Dari mulut Kaisar keluar napas tercekat.
Pengawal itu melanjutkan, suaranya bergetar. “Putri sebenarnya… dibuang. Dilempar di hutan perbatasan.”
Permaisuri menutup mulutnya. Tubuhnya bergetar hebat. Air matanya menetes tak terkendali.
Kaisar Lang berdiri dengan gerakan cepat dan marah marah yang lahir dari rasa takut, panik, sekaligus berharap.
“Di mana pelayan itu sekarang!?” tanya kaisar
“Diinterogasi oleh pasukan rahasia, Yang Mulia!” jawab pengawal itu
“BAWA IA KE SAYA SEKARANG!”
“B-baik, Yang Mulia!”
Permaisuri mencoba bangkit dari ranjang.
Kaisar langsung menahan bahunya.
“Kau terlalu lemah untuk bangkit—”
“TIDAK!” Permaisuri menjerit. “Itu anakku! Anakku yang hilang!”
Matanya penuh kegilaan seorang ibu yang kehilangan buah hatinya terlalu lama.
“Aku harus tahu apa yang terjadi padanya… aku harus tahu apakah dia masih hidup…”
Kaisar Lang menggenggam tangan istrinya dan mendesah.
“…Baik. Kita akan bertemu pelayan itu bersama-sama.”
----
Di luar istana, angin berhembus kencang seolah tahu bahwa sesuatu baru saja tergerak.
Seekor burung putih melintas di langit pagi yang cerah, terbang menuju arah negara seberang menuju Kekaisaran Tian.
Menuju istana yang kini menjadi tempat tinggal gadis kecil yang polos, cerewet, dan lucu…
Gadis yang tidak pernah tahu siapa orang tuanya.
Gadis yang tidak pernah tahu asalnya.
Gadis yang… sangat mirip Permaisuri Lang.
Dialah bayi yang dulu dibuang ke hutan.
Dialah sang Putri yang hilang.
Dialah…
Yun Sia.
Dan takdir perlahan membawa kebenaran mendekatinya.
Satu langkah demi satu langkah.
Satu napas demi satu napas.
Keluarga yang dulu mencarinya…
Kini berada di ambang menemukannya kembali.
Bersambung