Naima dan Arga akan segera menikah tak lebih dari dua Minggu lagi. tapi nyatanya Arga berse-ling-kuh dengan wanita yang tak lain adalah anak dari pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Naima memergoki Arga dan dia datang kepada ayah dari Wanita itu untuk meminta pertanggung jawaban darinya. tapi tanpa di sangka malah duda dua anak itu bertanggung jawab dengan cara menikahinya.
apakah pernikahan mereka akan bahagia? saksikan terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naima 11
Plaaakkk
Plaaakkk
Sreeettt
Sreeettt
Dengan penuh emosi Naima menampar kedua pipi pria di hadapannya. Bukan hanya di tampar, tapi Naima juga menumpahkan spaghetti ke atas kepala Arya dan beberapa sisa makanan yang ada di piring dan gelas dia lemparkan ke arah Arga.
Apa yang di lakukan oleh Naima membuat Arga kaget bukan main dengan keberanian Naima. Tapi tidak dengan orang-orang yang ada di sana. mereka bersorak bahagia melihat bapa yang di lakukan Naima kepada Arga.
"Apa yang kamu lakukan Naima? Kenapa kamu bersikap kampungan seperti ini hah!"emosi Arga mencoba menyingkirkan spaghetti dari wajahnya dan beberapa makanan lain yang menghalangi matanya.
"Aku memang wanita kampungan! Lalu kenapa kamu masih menginginkan menikah denganku? Bukannya sudah ada wanita kota yang bisa dengan mudah menyerahkan segalanya padamu! Ini tak sebanding dengan pengkhianatan dan kebohongan kalian Arga! Kebohonganmu dan keluargmu!"jawab Naima santai dan mengambil tas Selempang miliknya.
"Mbak tagihan makanannya minta ke pria itu! Sekali-kali dia membayar makan aku! Jangan aku terus yang harus mengeluarkan uang!"ujar Naima beranjak dari sana saat melihat salah satu waiters yang berdiri kaget di dekatnya.
Naima melangkah dengan penuh senyum kelegaan menuju pintu ke luar. Setidaknya apa yang dia lakukan itu bisa membuat perasaanya sedikit lega. Beban yang sedari kemarin dia rasakan akhirnya terangkat sedikit.
"Semangat mbak! Kamu benar! Kamu hebat! Kamu wanita yang cantik dan mandiri. Kamu pasti bisa mendapatkan jodoh yang jauh lebih baik,"teriak mereka saat Naima akan pergi.
Sedangkan Arga tertunduk malu. Dan bahkan dia akan pergi dari sana tapi tertahan saat Naima memanggil nama seseorang yang begitu dia kenal.
"Nah kebetulan, pela-kornya datang. Arga, dia kan wanita itu? Gisel kan namanya? Wanita yang selalu menggunakan pakaian kesempitan dan kurang bahan! Wanita yang kamu sukai karena bisa kamu grepe-grepe seenaknya sebelum menikah. Kalian memang sangat cocok. Pasangan yang serasi!,"tunjuk Naima ke arah pintu masuk.
Gisel yang baru saja masuk di buat bingung dan kaget di tunjuk-tunjuk seorang wanita berbadan mungil di depannya. Bahkan bukan hanya itu, beberapa tamu di sana juga menatap penuh kesal dan benci kepadanya. Sedangkan Arga hanya bisa semakin menundukkan kepalanya semakin dalam karena menahan malu.
"Apaan Lo nunjuk-nunjuk gue? kenapa aja nggak!"ujar Gisel kesal kepada Naima.
"Noh pacarmu ada disana. Silahkan ambil sampahku untuk kamu! Kalian sama-sama cocok! Silahkan, pria itu sudah tak lagi punya hubungan denganku. Kalian bisa main tindih-tindihan sepuasnya lagi di dalam kantor. Eh sekalian deh di teras juga toh kalian berdua sudah tak punya urat malu!"jawab Naima dengan berani menyenggol wanita yang jauh lebih tinggi darinya.
"Kau! Jadi kau wanita kampungan yang menyedihkan itu? Berani sekali kamu bicara seperti itu! Kau fikir kau siapa bisa mengatakan hal jelek tentang aku! Kamu tidak tau siapa aku hah!"teriak Gisel emosi.
"Tau! Anak pria jutek dan menyebalkan. nih buat kalian!"jawab Naima mengacungkan jari tengannya sebelum benar-benar pergi dari sana membuat semua orang malah bertepuk tangan. sedangkan Gisel sangat kesal sekaligus malu.
"Eh mbak mau kemana? Itu sam-pah yang di buang mbak yang tadi nggak di bawa sekalian? Bukannya mbak penyuka sam-pah?"ujar salah satu tamu saya Gisel akan pergi dari sana.
Gisel melihat ke arah Arga yang masih menunduk duduk di kursi yang sedari tadi di tempatnya. Tak mampu untuk mengangkat wajahnya di hadapan semua orang. Apalagi dalam keadaan sperti ini. Karena ulah Naima yang sangat keterlaluan.
"Kenapa kamu malah diam saja! Cepat pergi! Jangan membuat aku semakin malu!"teriak Gisel kapada Arga.
"Eh tunggu pak! Semua makananya belum di bayar!"seorang waiters menghadang mereka.
"Sayang ...,"panggil Arga kepada Gisel.
Meminta wanita itu untuk membayarnya. Dia tak membawa uang yang cukup. Apalagi melihat tagihannya yang cukup banyak ternyata. Karena Naima memang memesan banyak sekali makanan. Wanita itu benar-benar sudah membuat dia kesusahan kali ini. Dengan kesal Gisel akhinya memberikan sejumlah uang kepada Waiters. Mereka keluar dari dalam cafe sambil di teriaki semua orang disana. Apalagi Arga yang tak tahu malu. Benar seperti apa yang di katakan oleh Naima jika pria itu tak pernah mau membayar tagihan makanan.
Naima pergi dari sana sambil berlari bahagia menuju taman yang tak jauh dari sana. Taman yang kemarin dia datangi bersama dengan Widya. Di taman itu kemarin dia menumpahkan segala perasaan kecewanya kepada Arga. Tapi sekarang dia datang dengan perasaan yang berbedam bahkan di tangannya sudah membawa cup es cream dalam cup yang cukup besar jika akan di habiskan sendirian. Apalagi tadi dia juga sudah makan banyak.
Naima menikmati es cream sambil tersenyum bahagia. Merasa lega karena sudah menumpahkan sebagian rasa marah,kecewa dan kesalnya kepada Arga.
"Hah, setidaknya ini jauh lebih baik. Tinggal membatalkan ke tempat sewa tenda dan astaga ternyata banyak sekali ternyata yang harus aku selesaikan setelah ini,"ujar Naima menatap langit yang terlihat sangat cerah di sana.
Dia memejamkan mata, membiarkan matahari menyengat wajahnya. Rasanya dia butuh banyak energi. Dari sekedar makan, dia sedang mencoba menenangkan dirinya. Hatinya hancur seperti ini, apa kabar dengan hati kedua orang tuanya. kebodohannya membuat semua orang tersakiti. Terutama kedua orang tuanya. Mata ibunya juga tadi pagi sembab. Dan dia tau jika ibunya juga kecewa, terluka dan menangis semalaman mengetahui anaknya di kecewakan.
Tanpa terasa air matanya keluar dengan sendirinya. Naima menangis tanpa membuka matanya. Dia ingin saat membuka mata, mendapatkan energi yang baru, menghabiskan air mata untuk yang terakhir kalinya sekarang. Setelahnya tak akan ada lagi air mata untuk pria seperti Arga.
"Pria baji-ngan! Mokondo! Wanita gatel! Sama-sama Sampah main tindih-tindihan nggak lihat tempat. Menji-jikan! Kurang ajar! Bapaknya juga sama menyebalkan, jutek dan sombong! Dasar Pak Angkasa KW!"teriak Naima tanpa membuka matanya.
Kemudian kembali menangis. Membiarkan matahari yang mengusap air matanya dengan terik dari cahaya yang dia keluarkan. Tangannya terlalu lelah untuk hanya sekedar mengusap air matanya. Tapi tiba-tiba Naima merasa terik matahari mulai hilang berganti dengan sejuk yang dia rasa. Apa mungkin tiba-tiba mendung dan akan hujan?
makin seru az cerita nya kk outhor ini 🥰🥰🥰