NovelToon NovelToon
AKU BISA MEMBUATMU JATUH CINTA, TUAN

AKU BISA MEMBUATMU JATUH CINTA, TUAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Cinta setelah menikah
Popularitas:84.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

Seri kedua Kau Curi Suamiku, Kucuri Suamimu. (Hans-Niken)
(Cerita Dewa & Fitri)
Masih ada secuil tentang Hans-Niken, ya? Juga Ratu anak kedua Hans.

Pernikahan yang tak diharapkan itu terjadi, karena sebuah kecelakaan kecil yang membuat warga di kampung Fitri salah mengartikan. Hingga membuat Fitri dan Dewa dipaksa menikah karena dituduh melakukan tindak asusila di sebuah pekarangan dekat rumah Fitri.
Fitri berusaha mati-matian supaya Dewa, suaminya bisa mencintainya. Namun sayangnya cinta Dewa sudah habis untuk Niken, yang tak lain istri dari Papanya. Dewa mengalah untuk kebahagiaan Papanya dan adik-adiknya, tapi bukan berarti dia berhenti mencintai Niken. Bagi Dewa, cinta tak harus memiliki, dan dia siap mencintai Niken sampai mati.
Sayangnya Fitri terus berusaha membuat Dewa jatuh cintai padanya, meski Dewa acuh, Fitri tidak peduli.
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, Tuan!"
"Silakan saja! Cinta tidak bisa dipaksakan, Nona! Camkan itu!"
Apakah Fitri bisa menaklukkan hati Dewa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 15 - Dilarang Kangen Sama Istri Orang!

Fitri membulatkan matanya saat ia melihat barang berlanjaan Dewa berisi baju-baju seksi juga. Mereka sekarang sudah berada di kasir untuk membayarnya. Setelah tas belanjaannya dibuka, terlihatlah beberapa baju seksi yang Dewa ambil tadi.

“Ini baju apa, Dewa?” ucap Fitri yang terkejut melihat suaminya membeli beberapa baju seksi.

“Sssttt .... sudah nurut saja,” bisik Dewa.

Fitri malu sekali karena ulah suaminya. Untung di kasir tidak begitu antre saat ini. Fitri masih kesal sekali dengan Dewa. Untuk apa dia membeli baju seksi itu? Pikiran Fitri sudah melayang ke mana-mana. Dia tidak bisa membayangkan kalau baju yang Dewa beli itu untuk dirinya.

“Gak, aku gak mau pakai!” ucap Firtri dalam hati.

“Ayo udah, jangan bengong di situ!” ajak Dewa setelah selesai membayar belanjaannya.

“Dewa, kamu itu mau buat bikin malu aku apa gimana sih? Bisa-bisanya kamu beli pakaian begitu? Mana beli underware juga lagi?”

“Bikin malu gimana? Itu salah satu kebutuhan kamu bukan? Kalau pakaian seksi itu, ya kali saja nanti malam kamu mau pakai. Sudah aku bilang, aku ingin perbaiki semuanya, Fit. Kamu mau kan?” ucap Dewa dengan tatapan lembut kepada Fitri.

“Ya tapi kan gak gitu juga, Dewa? Gak usah pakai baju gituan juga bisa, kan? Apa gunanya sih? Toh sama-sama nanti gak pakai baju?” ucap Fitri yang membuat Dewa tersenyum tipis.

“Jadi kamu penginnya langsung gak pakai baju nih? Oke deh kalau begitu, yuk buruan balik ke hotel?” Dewa mempercepat langkahnya dengan menggandeng tangan Fitri.

“Dewa ih, gak lucu tahu!”

Mereka melanjutkan perjalanannya menuju hotel. Fitri dari diam saja karena kesal dengan Dewa yang semakin aneh dan membuatnya kesal. Kini mobil Dewa sudah sampai di hotel yang Dewa pesan.

“Ayo turun,” ajak Dewa.

Fitri mengekori Dewa menuju kamar. Begitu sampai di kamarnya, Fitri dibuat kaget dengan penampakan kamarnya yang seperti kamar pengantin. Entah salah lihat atau tidak, tapi semua itu terlihat nyata. Fitri bergeming di depan pintu, saat Dewa sudah masuk ke kamar lebih dulu, dan menaruh paper bag yang berisi baju-baju mereka.

“Ayo masuk, malah bengong saja di situ? Sini, Fitri,” ucap Dewa saat melihat Fitri hanya diam membisu menatap ke arah kamarnya.

“I—ini kamar siapa, Dewa?” tanya Fitri gugup.

“Ya kamar kita, kenapa?” jawab Dewa.

“I—ini gak salah? Kamu salah masuk kamar mungkin? Ini seperti kamar pengantin lho. Resepsionisnya salah kali ngasih kartu akses kamar ke kamu?” ucap Fitri yang masih belum mau masuk ke dalam kamar, dan masih sangat bingung.

“Gak lah, masa salah kasih kartu aksesnya? Kamu itu ada-ada saja, Fit? Sudah sini masuk?” Dewa menarik tangan Fitri untuk masuk ke dalam kamar, lalu ia menutup pintunya.

“Sudah lebih baik kamu bersihkan dulu badan kamu, lalu kita istirahat, atau kamu mau jalan-jalan menikmati suasana pantai malam hari? Atau mungkin mau coba pakai baju ini?” ucap Dewa dengan menunjukkan baju seksi yang tadi sempat ia beli.

“Apaan sih?” ucap Fitri dengan wajah merona. Entah kenapa malam ini Dewa begitu mempesona sekali. Ketampanannya begitu menyejukan matanya saat ini.

“Aku mandi!”

Fitri langsung menuju ke kamar mandi. Dia tidak mau lama-lama melihat Dewa yang malam ini tidak terlihat seperti biasanya.

Saat Fitri berada di kamar mandi, Dewa membuka ponselnya. Dia tetap harus mengecek pekerjaannya hari ini, meski dia tidak ke kantor. Dia memantau kantornya dari rumah, dan biarkan sang asisten setianya itu yang mengurus semuanya di kantor.

Dewa tidak sengaja melihat room chatnya dengan Papanya. Terlihat warna biru melingkar di foto profil papanya. Dewa menyentuh ikon foto profil papanya, dan terlihatlah story Papanya yang kini sedang berlibur dengan Niken, yang tak lain Mama sambungnya.

“Stop Dewa! Lupakan semua! Jangan karena ini kamu menyakiti Fitri lagi. Kamu sudah janji dengan Fitri, kalau kamu akan berubah. Tolong kendalikan perasaan dan emosimu, Dewa! Kamu sudah menjadi suami, dan istrimu tengah diincar sepupumu! Kamu harus bisa, Dewa! Sebelum akhirnya kamu menyesali semuanya!” Dewa merutuki dirinya sendiri. Dan, pada akhrinya Dewa memutuskan untuk menyembunyikan story Papanya, yang kadang bucin dengan Istrinya.

Tidak mungkin Dewa menghapus atau memblokir nomor Papanya, karena setiap hari mereka selalu membahas soal pekerjaannya.

Setelah emosinya mereda, Dewa mendengar suara ponsel milik Fitri berdering di dalam tasnya. Dewa yang penasaran, akhirnya dia memberanikan diri mengambil barang pribadi itu milik istrinya. Dewa melihat siapa yang menelefon Fitri malam-malam begini.

“Tama? Ngapain dia Video Call malam-malam gini? Lama-lama menyebalkan juga nih bocah!” geram Dewa.

Dewa akhirnya menggeser ke atas icon kamera di layar ponsel Fitri, dan terlihatlah Tama yang sedang berada di restorannya sambil duduk.

“Fit? Kok gak kelihatan wajah kamu? Kamu lagi apa?” tanya Tama, yang melihat bagian layarnya gelap, karena Dewa sengaja menutup kamera dengan jarinya.

“Apa?!” Dewa menampakan diri, dan membuat Tama sedikit kaget karena yang menerima panggilan videonya adalah Dewa.

“Kamu, Wa? Mana Fitri?” tanya Tama santai, tapi sebetulnya kesal, karena yang menerima panggilan videonya itu Dewa, bukan Fitri. Padahal dia kangen sekali dengan Fitri.

“Mau apa kamu malam-malam video call nyari istri orang?” tanya Dewa sinis.

“Santai saja, Bro. Aku kangen saja sama Fitri, sehari gak ketemu dia?” jawab Tama senyum mengejek.

“Dilarang kangen sama istri orang!” geram Dewa.

“Mana Fitri, aku mau lihat dia bentar.”

“Gak ada!”

“Ish pelit banget kamu?”

“Sudah lah, Tam! Gak usah ganggu kami! Kamu gak lihat kami lagi di hotel? Kami sedang bulan madu!” ucap Dewa dengan kesal.

“Widih .... bulan madu rupanya? Ah masa sih? Aku gak percaya?”

“Gak percaya? Tuh lihat istriku baru selesai mandi. Habis keramas juga tuh?” ucap Dewa dengan mengarahkan kameranya ke arah Fitri yang baru saja selesai mandi, dengan memakai bathrobe dan membungkus rambutnya dengan Handuk.

“Dewa, itu bukannya ponselku? Siapa yang sedang telefon?”

“Nih Fans berat kamu, katanya kangen kamu. Ganggu saja dia kita lagi honeymoon,” ucapnya kesal lalu memberikan ponselnya pada Fitri.

“Hai, Fit? Kamu benar sedang di hotel sama Dewa?” tanya Tama.

“I—iya, kenapa, Tam? Ada apa?”

Fitri sebetulnya tidak enak bicara dengan keadaan baru selesai mandi, dan hanya memakai Bathrobe, juga handuk di kepalanya.

“Gak apa-apa, kangen saja gak ada kamu di restoran,” jawab Tama.

“Baru sehari aku libur lho, Tam?”

“Memang mau berapa hari kamu di situ?” tanya Tama.

“Gak usah nunggu, Tam! Mau dua minggu aku di sini sama Fitri,” ucap Dewa yang mendekati Fitri, lalu membuka handuk yang menutup kepala Fitri, lalu Dewa mengusap-usapkan ke rambut Fitri.

Setelah itu, Dewa mengambil sisir dan merapikan rambut panjang Fitri. “Sebentar aku ambil hair dryer ya?” ucap Dewa.

Tama tidak menyangka selembut itu Dewa pada Fitri. Rasanya jantungnya ingin meledak, melihat tingkah Dewa yang begitu. Tapi apalah daya, Dewa itu suami Fitri, tidak mungkin dirinya akan marah-marah pada Dewa. Jelas itu salah, dengan menelefon Fitri, hingga mengobrol selama ini pun dia salah, karena mengganggu momen Fitri dan Dewa yang mungkin mereka sudah akan mendekatkan diri.

“Aku keringkan rambutnya, biar kamu gak pusing pas nanti tidur,” ucap Dewa.

Dewa tidak peduli dengan Fitri yang masih video call dengan Tama. Dengan suara hairdryer yang cukup berisik akhinya Tama pun memutuskan untuk menyudahi video callnya dengan Firtri.

“Gak kedengaran, Fit. Aku sambung nanti, ya? Bye ....”

“Iya, Tam. Bye ....”

Fitri masih menggenggam ponselnya. Dia diam saja membiarkan Dewa mengeringkan rambutnya.

“Gitu dong, dimatikan telefonnya? Ganggu saja dia!” ucap Dewa.

“Sini aku keringkan sendiri, Mas.”

“Biar aku saja, Fit.”

Fitri tahu Dewa sengaja menyalakan hair dryer supaya Tama bising dengan suara benda itu. Sudah selesai mengeringkan rambut Fitri, Dewa menaruh benda itu ke tempatnya lagi. Sedangkan Fitri dia mengambil baju gantinya, lalu membawanya ke kamar mandi. Namun, tangan Fitri dipegang Dewa, dan terpaksa Fitri menghentikan langkahnya.

“Kenapa, Dewa?” tanya Fitri.

“Aku tidak suka, Tama malam-malam video call kamu. Apa dia selalu begitu?” tanya Dewa.

“Iya, dia sering video call denganku.”

“Fit, aku mohon sama kamu, iya aku salah selama ini, tapi aku ingin sekali memperbaikinya. Bisa kan, Fit? Aku tahu kamu sudah nyaman dengan Tama mungkin, tapi tolong Fit, kasih aku kesempatan untuk bisa kembali memperbaiki pernikahan kita, yang memang dari awal sudah tidak baik-baik saja.”

Fitri merubah posisi berdirinya. Dia sekarang berdiri saling berhadapan dengan Dewa. Hingga detik ini, perasaan Fitri tak pernah berubah untuk Dewa, meskipun Dewa terus menyakitinya. Bahkan saat semalam Dewa melakukannya dengan kasar pun Fitri masih bisa terima. Meski sangat kecewa setelah melakukan itu dengan Dewa.

“Aku hanya wanita biasa, Dewa. Aku selama ini tidak pernah kamu anggap. Apa aku salah, jika aku berteman dengan Tama, dan itu hanya untuk melupakan rasa sakitku yang selama tiga tahun ini aku tidak pernah dianggap ada olehmu. Tapi, aku tidak tahu, kenapa aku masih begitu mencintaimu, Dewa. Bodoh sih, tapi memang perasaanku begitu. Aku beri kamu kesempatan, Dewa. Tapi, jika kamu tetap tidak bisa menerimaku, lepaskan aku.”

“Aku akan membuktikan semuanya, Fit. Mari kita mulai hidup baru kita lagi, memulainya dari awal.” Ucap Dewa dengan tangannya menyentuh wajah Fitri dengan lembut, lalu mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Fitri dengan lembut.

“Malam ini, boleh aku melakukan lagi? Aku janji, aku tidak akan main kasar seperti semalam.”

Fitri tidak bisa menjawab apa-apa. Menolaknya dia salah, mau pun dia tidak tahu nanti nasib pernikahannya ke depan, karena Dewa masih belum mencintainya. Fitri menganggukkan kepalanya. Dia memberi kesempatan pada Dewa, mungkin dengan memperbaiki seperti ini, Dewa bisa mencintainya.

1
Asriaty
jangan dong ratu sm rey,,,kasi muncul tokoh baru thor,,atau sm di duda sj
Yusniwati Wati
ga sabar ni nunggu kelanjutannya
Bagus Rahmad
suerrr yg tekwewr...kewer
Eni Hayati
saya suka banget lanjut KK
Ning Suswati
surat apa sih, bikin penasaran lho
Ning Suswati
kasih ada permainan petak umpet pada viona, jg sampai keduluan viona yg bermain main, kok pa2 hans belum bertindak, helllo pak mafia, jgn sampai lho, viona berbuat nekat sama keluarga lho, gk usah kasih kesempatan
Ning Suswati
fitri2masih saja ragu, ya pastas2 saja sih, 3 thn dianggurin, tapi cobalah sedikit membuka hati dan yakin dewa sdh benar2 jatuh cinta sama fitri
Ning Suswati
semoga dg kedatangan viona, dewa semakin takut kehilangan fitri,
Ning Suswati
aq suka ratu bisa menyadari kesalahan fatal yg di perbuat, dan fakus mengadap kedepan, buka mata lebar2 dan tdk terpuruk pada hati yg sdh salah memilih
Ning Suswati
semoga saja ratu membuka matanya lebar2 dan menggunakan otaknya dg benar, apalagi masalah cinta2an,
Ning Suswati
semoga saja ratu sadar se sadar2nya bahwa itu bukan cinta, tapi otaknya yg gk berfungsi dg baik
Ning Suswati
tama sangat bijak menasehati ratu, emang benar dia sendiri juga gk becus dlm mengelola hati dan perasaan, tapi si ratunya aja otak nya di taruh di dengkul, anak perawan sih susah diatur, malah menjerumuskan diri ke dlm.lumpur, gk pernah bersyukur di berikan kehidupan yg layak bergelimang harta, malah kesemsem dg masa lalu ma2nya yg buruk.
Ning Suswati
rasain kamu dewa, emang enak dicuekin, nikmati dan sadari apa yg telah diperbuat selama nikah, dan sabar dlm menghadapi dan usaha tuk memperbaiki diri dan hati
Ning Suswati
ada y manusia bertahan selama itu, tapi mau kata apa, ortunya sendiri gila dan harus pulang kemana juga, lanjut aja, semoga dewa emang mau memperbaiki nya
Ning Suswati
gila abis si ratu tapi sinting plus plus, itu bukan cinta tapi opsesi balas dendam karena niken tdk jadi pisah dg pa2 hans, tolol apa bodoh sih ratunya, kaya gk ada laki2 dlm dunia ini, melek dikit ratu matanya, jgn pura2 buka dan tuli, masa laki2 bekas ma2nya dan ma2.sambung di embat juga, sebelas dua belas kali otaknya dg ma2 zahra, jgn dong thor, masa anak sama emak gila semua
Ning Suswati
eh siapa sih, pacar rahasia ratu, kok manggilnya om, jgn2 mantan ma2 niken
Ning Suswati
bagus dong sifat hans selalu mencintai isterinya, daripada kelayapan celup sana sini, kan lebih aman dg isteri
Ning Suswati
hhhh, bagus deh fit aq suka, lanjut aja
Ning Suswati
lanjut thor, aku baru mampir setelah selesai curi2an suami 🤭
Safa Rizkia
malu2in viona mengerjar suami orang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!