NovelToon NovelToon
I Love You More, Little Sweety

I Love You More, Little Sweety

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Mengubah Takdir
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: DeeSecret

Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.

Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.

Naninna... tidak akan pernah melupakannya.

Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Davichi

Naninna sudah cantik dengan dress santai berwarna peach.

Berdiri didepan cermin sembari memandang penuh kagum dan takjub dirinya yang memang sangat cantik sejak lahir. Tatapannya jatuh pada kedua retina emas miliknya. Warna yang paling menonjol dari dirinya.

Aku menyukai warna matamu, Naninna... sangat cocok dengan karakter dan juga sifatmu.

Begitulah pendapat Raken tentangnya. Ah... mengingat nama itu, Naninna semakin merindukannya. Sudah lama sejak kejadian ciuman panas satu minggu yang lalu, setelah itu dia tidak mengabarinya sama sekali. Hatinya mendadak galau karena pria itu enggan memberinya kabar walaupun hanya sekedar mengiriminya pesan.

aku merindukannya...

Naninna seketika menggeleng pelan. Menyadari apa yang telah ia lakukan akhir-akhir ini. Tidak! Untuk saat ini, masalah cinta bukanlah poin yang utama. Dirinya harus bisa mengesampingkan perasaan itu, sebelum dendamnya terbalaskan dan semuanya benar-benar selesai, Naninna tidak akan buru-buru mengalami yang namanya cinta.

Bahkan dirinya belum bertemu dengan pria yang bernama Davichi itu. Meskipun Amalia telah mengucapkan namanya, tapi ini baru awal. Ini semua hanyalah permulaan, bahkan perang yang sesungguhnya baru saja di mulai.

Dirinya antara sudah siap dan belum untuk bertemu dengan pria bermata merah itu. Perawakannya yang tinggi melebihi pria pada umumnya, semakin membuat orang-orang berkesimpulan bahwa pria itu keturunan Vampir.

Naninna bergidig sendiri mengingatnya.

"Ayo, kita berangkat sekarang."

Yumiella menyusul dengan senyuman indah di bibirnya. Sedangkan Chloe, wanita itu membawa tas milik Nonanya saat Naninna menyuruhnya untuk membawakannya.

"Nona, apa kita akan belanja hari ini?"

Naninna mengangguk, "Iya, Miella. Kau tenang saja, aku juga akan membelikanmu beberapa pakaian. Pilihlah yang kau suka, jangan sungkan, mengerti?"

Yumiella mengangguk ragu.

Chloe nampak biasa saja. Tidak terpengaruh sedikit pun dengan perkataan glamour sang Nona.

"Aku juga sering membelikan baju untuk, Rann. Tapi dia sama sekali tidak pernah memakainya. Dia hanya menerima saja yang aku berikan. Kalau tahu begitu, aku tidak akan pernah membelikannya baju!"

Sambil mendelik ke arah wanita itu, namun Chloe hanya tersenyum simpul. Naninna melengos, Yumiella meringis maklum. Nyatanya... jika di lihat-lihat interaksi antara Nonanya dan juga pelayan namun speak sahabat itu, lebih cocok menjadi Kakak dan adik. Dimana ada Naninna, disitulah Chloe berada. Meskipun Naninna berada di toilet pria, wanita itu tanpa ragu menolak semua pria untuk buang air kecil.

Begitu besar pengaruh Naninna untuk semua orang. Entah karena kecantikkannya atau sifatnya, Yuemilla hanya berfikir bahwa aura yang di miliki oleh Naninna membawa pengaruh yang sangat besar.

"Karena kau membelikanku pakaian seperti perempuan, Nona. Kau tahu sendiri di lemariku tidak ada pakaian yang seperti itu."

"Aku membelikanmu pakaian feminim karena kau memang seorang wanita! Sudahlah, jangan pernah membantahku. Aku kesal kepadamu."

Chloe hanya tersenyum sebagai tanggapan. Karena jika terus diladeni, wanita itu akan terus merajuk sampai tidak tahu waktu. Karena belajar dari kesalahan, dirinya tidak ingin jika Naninna mendiaminya. Saat mencapai tangga paling bawah, sosok Matthew sudah berada di ambang pintu, ternyata dia baru pulang dari luar kota karena urusan pekerjaan. Naninna tidak ada niatan untuk berhenti dan melenggang pergi begitu saja. Namun sebuah cekalan sedikit lembut membuat kepalanya reflek menoleh ke arah pria tersebut.

"Mau kemana?" Matthew bertanya dengan wajah sedikit lesu. Sepertinya pria itu sangat lelah karena selama seminggu tidak pulang akibat pekerjaan. Namun Naninna sama sekali tidak peduli. Mulai sekarang ia akan menjadi istri yang tidak berbakti kepada suaminya. Masalah dosa, biar dirinya yang menanggung, yang penting melihat penderitaan musuhnya saja, sudah membuatnya senang. "Aku baru pulang kerja, setidaknya temani diriku sebentar, sayang... Bisa?"

Matthew mencoba meminta pengertian dari istrinya. Meskipun sekarang ini Naninna seringkali menunjukkan perubahan yang sangat lekat, namun sebagai istri harusnya dia mengerti bahwa ia sangat membutuhkannya. Untuk saat ini saja-ia ingin Naninna berada disisinya. Bukan hanya sekedar sebagai istri, melainkan sebagai sosok yang bisa menghilangkan penat di tubuh dan juga kepalanya.

"Tidak bisa!" Naninna sedikit menyentak cekalan suaminya. Matthew jelas tersinggung, namun berusaha ia tutupi agar istrinya tidak marah. Cukup terkejut akan jawaban istrinya. Padahal ia sudah berharap lebih bahwa Naninna akan menuruti keinginannya. Matthew kian berfikir keras, hal apa yang membuat istri yang dulunya manja dan selalu bergantung padanya mendadak berubah bahkan menolak keinginannya? Dari sini pun Matthew tahu jika istrinya itu memang benar-benar berubah sepenuhnya. Di tangga atas, Amalia nampak rapi dengan baju santainya. Turun dengan langkah anggun namun kekhawatiran jelas tercetak di wajahnya. Ada apa? Matthew bertanya-tanya, "Aku mau pergi shopping, untuk saat ini aku tidak ingin di ganggu oleh siapapun, termasuk kau, Matt. Jadi berhenti menghalangiku, mengerti?"

"Kakak, kau mau kemana?"

Naninna berdecak sebal saat mendengar suara sialan itu. Mengapa dimana-mana harus ada dua curut tidak berguna ini disekitarnya? Tidakkah Tuhan sedikit saja memberinya ruang untuk bersenang-senang terlebih dahulu? Dirinya juga sadar diri dan tidak akan lupa akan misinya didunia ini. Meskipun ia di beri hadiah sebanyak 500 milliyar pun, tetap balas dendam yang paling utama.

"Mau belanja."

Amalia menunjukkan ekspresi tidak suka saat mendengar jawaban darinya. Apalagi yang jalang rencanakan kali ini? Raut wajahnya selalu saja berubah-ubah seperti kartu tarrot untuk bermain judi.

"Kakak belanja saat Matt pulang dari kerja? Kenapa tidak besok saja?"

"Aku yang belanja kenapa dirimu yang protes?! Sadarlah akan posisimu, Amalia... berhenti menceramahiku."

"Aku mengatakan ini karena kasihan pada Matt! Harusnya kau lebih perhatian dengan suamimu di banding urusan pribadimu."

"Apa maksudmu.." Naninna menatap nyalang kearahnya. Situasi semakin runyam kala wanita itu semakin melawan kehendak sang pemilik rumah ini. Chloe dan juga Yumiella yang memang tidak ingin ikut campur, merasakan hawa panas disekitarnya. Amalia ini... bisakah dia sehari saja tidak ikut campur urusan pribadinya? Chloe bahkan sampai jengah melihat drama yang dilakukan oleh wanita rendahan itu. "Iya atau tidaknya perhatian diriku terhadap suamiku, itu adalah urusanku. Dan kau... Tidak berhak ikut campur. Berapa kali aku mengatakan hal ini padamu untuk tidak mencampuri urusan rumah tanggaku. Sepertinya ancamanku tidak berguna bagimu, Amalia... Mau kutunjukkan sesuatu hal yang menarik?"

Matthew jelas merasakan hawa bahaya.

Tidak ingin terjadi sesuatu kepada kekasihnya, pria itu tanpa melihat situasi menarik mundur pinggang ramping kekasihnya. Hal itu di lirik sekilas oleh Naninna. Wanita itu menyeringai, mendengus sebal. Sudah jelas kan? Bahwa Matthew tidak membutuhkan dirinya saat ini, kalau sudah ada penggantinya untuk apa menyuruhnya untuk diam dirumah? Merusak suasana hatinya saja.

"Ayo, kita berangkat. Mataku berubah jelek karena pemandangan yang tidak seharusnya aku lihat." Sebelum pergi, Naninna sedikit memberikan beberapa kalimat yang cukup membuat keduanya bungkam. "Kau tidak benar-benar membutuhkan diriku di sisimu, Matt... Karena ada Amalia bersamamu, iya kan?"

#####

Didalam mall besar.

Naninna dan juga dua dayangnya tengah berada di sebuah tempat dimana ada banyak dress cantik dan juga tas dengan merk ternama. Chloe dan juga Yumiella, mereka berdua hanya berdiri saja melihat majikannya sibuk dengan dunianya sendiri. Di tujukan oleh barang-barang berharga, Yumiella sempat memaki dalam hati. Ternyata tipe mall yang dimaksud oleh Naninna adalah, mall terbesar yang ada di Eropa. Meskipun dari luar terlihat seperti gaya zaman 90-an, dengan nuansa klasik sampai membuat mata semakin segar meskipun hanya sekedar melihat beberapa barang. Tapi meskipun begitu, kualitas dan juga produknya tidak perlu di ragukan lagi. Karena Naninna juga termasuk pelanggan setia, ada beberapa dari mereka yang sangat mengenalinya hingga hafal bagaimana selera wanita itu.

Seperti sekarang ini, terlihat dua staf tengah menawarkan berbagai macam dress dengan keluaran terbaru, tindak membutuhkan waktu lama untuk memilih, Naninna langsung memborongnya begitu saja. Namun yang membuat Yumiella tidak habis fikir, adalah reaksi staf tersebut yang tidak merasa keberatan sama sekali. Seakan 'Ah... itu sudah biasa, bahkan Nona Naninna bisa saja membeli gedung ini karena pemilik dari perusahaan terbesar ini adalah Tuan Muda Raken' Seperti itulah kira-kira perkataan mereka.

"Ini untukmu."

"Eh?" Yumiella termenung. Berusaha mencerna ucapan Naninna beberapa detik yang lalu. Matanya bergulir turun dan melihat dua kantong berisikan baju, dan dua kantong lagi masing-masing tas dan juga haigh hels keluaran terbaru. Semua ini adalah barang-barang mahal dan berharga. Tidak kah majikannya ini terlalu royal terhadap pelayannya sendiri? Tidak takutkah dia bagaimana jika uangnya habis secara tiba-tiba? Nyatanya bagaimana ekspresi wajah Yumiella saat ini, tak sedikit pun melunturkan senyuman secerah matahari itu dari bibirnya. "Nona, ini-"

Suaranya bahkan tersendat. Hampir saja ia tersedak ludahnya sendiri jika saja Chloe tidak menegurnya dan menyuruh untuk di terima saja hadiah dari Naninna. Saat tangan Yumiella terulur mengambil beberapa kantong itu, wanita itu sangat bahagia dan kembali untuk memilih baju... lagi? Entah kali ini untuk siapa, Yumiella merasa sesuatu buruk akan terjadi. Ia melirik ke arah Chloe, wanita itu, meskipun nampak tenang dari luar, nyatanya hatinya tengah berteriak dan berharap wanita pujaan hatinya itu tidak lagi membelikannya beberapa baju kurang bahan.

Karena Chloe benar-benar akan menolaknya, kali ini secara terang-terangan.

Dirinya anti dengan yang namanya dress terbuka. Kesehariannya selalu memakai pakaian formal layaknya pria pada umumnya. Meskipun terkesan tomboy, jika yang di bicarakan adalah seorang Chloe Ranayya, wanita itu akan senang hati menerima label sebagai lesbi sejati.

Ekhem...

Chloe berdekhem pelan. Tidak ada yang berani berkomentar saat melihat betapa bahagianya wanita itu. Sampai Chloe tidak tega untuk menolaknya. Jika sudah begini... Apa yang harus ia lakukan?

"Setelah dia membelikanmu barang itu semua, Naninna pasti akan merecokimu untuk segera memakai barang itu. Meskipun itu didalam rumah, dan kau tidak bisa menolak."

Wajah Yumiella berubah semakin jelek. Ekspresi buruknya benar-benar tidak bisa ia sembunyikan lagi saat mendengar perkataan layaknya anak panah yang berhasil menembus kulit terdalamnya. Yumiella jadi berfikir jauh, jika sang Nona memaksanya untuk memakai barang ini semua, bisa jadi dirinya di kira Putri dari keluarga Giovanno.

Hiiii...

Yumiella bergidig ngeri. Dirinya tidak sanggup membayangkan hal itu jika terjadi padanya.

"Berhentilah menakutiku, sialan. Tidak mungkin Nona menyuruhku memakai baju sebagus ini di dalam rumah, mungkin jika saat sedang jalan-jalan akan dengan senang hati kupakai, tapi tidak di dalam rumah." Jawabnya pelan sesekali melirik ke arah Naninna. wanita itu sebentar lagi selesai. Melihat saat dia membayar tagihan di kasir lalu dengan senyuman bahagia berjalan anggun menuju ke arah mereka.

"Dan ini... Untukmu." Chloe menelan ludah. Perasaanya yang semenjak tadi bergejolak tidak karuan, akhirnya terkabulkan dengan adanya beberapa kantong berisikan barang-barang mahal. Meskipun enggan menerima, namun Chloe tetap santai mengambil kantong tersebut. "Ayo kita jalan-jalan lagi."

Mereka bertiga pergi keluar dari tempat itu. Naninna mengedarkan pandangannya dari beberapa kerumunan orang. Saat ini dirinya ingin sekali makan es cream dan beberapa cemilan di mall tersebut. Karena ada beberapa bodyguard yang mengikutinya, jadi barang-barang tersebut di serahkan kepada mereka.

Retina emasnya berbinar cerah.

Menangkap sebuah restoran kecil dengan berbagai macam es cream disana. Tidak ingin melewatkan kesempatan, Naninna melangkah sedikit cepat hingga tubuhnya sempat bertabrakkan dengan seseorang. Naninna terhuyung kebelakang, namun sebuah lengan kekar menahan pinggangnya. Tatapan mereka saling beradu.

"Ah, maaf."

Pria itu tersenyum canggung. Merasa bersalah karena sempat menabraknya tadi. Naninna yang juga merasa salah, pun tidak sungkan untuk meminta maaf. Naninna sedikir merapikan baju dan juga rambutnya lalu tersenyum ke arah pria itu.

"Tidak apa-apa. Aku juga salah, harusnya aku hati-hati dan tidak ceroboh."

Pria itu berusaha mengatakan sesuatu. Namun sepertinya wanita di depannya ini enggan berlama-lama dengannya. "Kau mau ke kedai es cream itu?"

Naninna mengangguk singkat, "Wah, sama. Aku juga akan berjalan kearah sana. Tujuan kita sama bukan?"

"Kau... penyuka es cream?" Pria itu mengedikkan bahunya. Namun reaksi Naninna di luar dugaan. Tidak disangka jika Naninna akan seakrab itu dengan seseorang yang baru saja dia kenal. Melihat bagaimana sang Nona memukul pelan lengan kekar itu layaknya ke teman, membuat Chloe sedikit lebih waspada. "Kalau begitu... Kita sama."

Namun tanpa mereka tahu, bahwa sejak bertubrukkan denga retina Zamrud milik pria ini, Naninna merasa pernah melihatnya, tapi entah dimana ia lupa. Hatinya sedikit merasa was-was karena wajah pria itu begitu familiar di matanya. Namun yang semakin membuat Naninna berekspresi rumit adalah saat pria itu menyodorkan sebuah kartu nama padanya.

"Siapa tahu kita bisa berteman." Pria itu melenggang pergi tanpa memperdulikan dirinya yang dilanda kebingungan. Tidak ingin penasaran, Naninna melihat nama di kartu tersebut.

sesaat jantungnya berhenti berdetak.

Saat matanya menangkap beberapa kalimat yang begitu tidak asing di telinganya. Nama yang seharusnya ia hindari namun juga ingin dirinya lawan, ternyata tanpa harus ia datangipun, pria itu telah menawarkan dirinya sendiri kepadanya.

"Ini... Davichi Benjamin?"

1
IndraAsya
👣👣👣
Eonjin♤
Bravo, thor! Karanganmu berhasil membuatku menangis dan tertawa pada saat yang sama.
彡 Misaki ZawaZhu-!
Bikin nagih 😍
Desi Oktafiani
Baru baca beberapa chapter aja udah pengen rekomendasiin ke temen-temen semua!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!