"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH EMPAT
Hari-hari Arini jalani semakin terasa berat. Simpanan uang yang ia punya semakin sedikit jumlahnya. Dulu selama menikah dia selalu menyisihkan sebagian uang pemberian Alfian. Namun sejak Alfian menikah lagi, uang nafkah yang dia berikan pada Arini sangat pas-pasan bahkan sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan Razka, hingga terpaksa dia mengambil uang simpanan yang dia sembunyikan di bawah kasurnya.
Kini, setelah bercerai sama sekali tidak ada yang menafkahinya, dan Arini juga tidak punya penghasilan. Mau tidak mau dia memakai uang itu untuk bertahan hidup. Dan kini jumlahnya semakin sedikit, sedangkan Razka tumbuh semakin besar, tentunya biaya hidupnya pun akan semakin besar. Dan sebentar lagi, Razka harus sekolah.
Alfian ternyata membuktikan ucapannya. Sejak bercerai sampai saat ini, Alfian tidak pernah sekali pun memberi uang untuk Razka. Arini merasa sangat sakit hati, karena ternyata Alfian benar-benar sudah tidak peduli pada anaknya sendiri. Hanya pak Hardiman dan Tedi yang sesekali memberi uang jajan untuk Razka.
Arini pikir, mungkin saja ini semua karena Sandra sudah melahirkan, dan Alfian lebih peduli pada anak itu. Anak yang lahir dari perempuan perusak rumah tangganya, hingga Alfian tega mengabaikan anaknya sendiri. Padahal sampai saat ini Sandra belum melahirkan, dan memang tidak akan pernah melahirkan, karena ternyata dia tidak benar-benar hamil.
"Kenapa kamu bohong?." Tanya Alfian, saat dia tahu kalau Sandra tidak hamil.
"Maafin aku sayang. Semua ini aku lakukan karena kamu. Kamu yang sudah membuat aku jatuh cinta dan nekat bersandiwara seperti itu, karena aku ingin memiliki kamu. Kamu jangan marah ya sayang. Sebagai permintaan maafku, aku akan membuat kamu merasakan sesuatu yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya. Aku jamin pasti kamu akan menyukainya." Ucap Sandra merayu Alfian.
Alfian hanya membalas ucapan Sandra dengan senyum yang dipaksakan. Jujur saja hatinya kecewa dan marah saat ini. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi saat ini Sandra mulai melancarkan aksinya untuk membuat Alfian melupakan kebohongannya itu.
Sandra membuktikan ucapannya barusan, yang akan membuat Alfian merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Alfian benar-benar merasa melayang, merasakan kenikmatan yang Sandra berikan, hingga ia lupa dengan rasa marah dan kecewa yang dia rasakan pada Sandra.
Sandra memang hebat dalam urusan memanjakan Alfian di ranjang. Dia sangat mengakui hal itu. Tanpa diminta, Sandra selalu siap melayani dan memberikan servis dengan sangat baik. Beda sekali dengan Arini, yang tak pernah sekalipun berinisiatif mengajaknya bercinta. Selalu saja Alfian yang harus meminta atau memulai duluan.
"Kalau kamu mau punya anak dariku, dengan senang hati aku akan berikan." Kata Sandra, di akhir percintaan mereka.
Berbeda dengan Arini, Alfian dan Sandra tampak sangat bahagia. Alfian benar-benar merasa beruntung menikahi Sandra. Harta melimpah, rumah mewah, kendaraan bagus istri cantik dan menggairahkan, benar-benar suatu keberuntungan baginya. Dia kembali membandingkan hidupnya dulu saat bersama Arini dan kini bersama Sandra, yang jauh lebih enak.
Kebahagian yang di rasakan Alfian, sedikit banyak telah membuatnya lupa pada anaknya. Sejak bercerai sampai sekarang, tak pernah sekalipun dia menemui anaknya itu. Hanya sesekali dia menitipkan uang jajan untuk Razka pada bu Ratih, dan itu pun tidak seberapa.
🌼🌼🌼🌼🌼
Siang itu Arini ketiduran. Melihat ibunya tertidur, Razka berusaha keluar dari rumah, sayangnya dia tidak bisa membuka pintu karena Arini menguncinya.
Razka tak kehabisan akal. Dia berusaha membuka kunci slot jendela, dan dia berhasil. Sambil tersenyum senang Razka pun keluar dari rumah, dan pergi ke rumah Noval, teman yang suka bermain dengannya. Selama ini Razka seperti seorang tawanan yang ditahan oleh ibunya sendiri. Jadi tak heran, kalau hari ini dia merasa sangat senang bisa keluar dari rumah, bermain bersama teman-teman sebayanya.
....
Arini sangat terkejut saat terbangun melihat jendela terbuka, dan mendapati anaknya tidak ada dirumah.
"Razka....Razka!! Dia terus memanggil namanya sambil keluar dari dalam rumah, mencari kebaradaan Razka yang dia pikir ada di rumah bu Dasima, tapi ternyata tidak ada.
"Ibu...lihat Razka?" Tanya Arini.
"Enggak!! Ibu baru aja pulang, belum ketemu atau lihat dia." Jawab bu Dasima yang baru pulang dari sawah.
"Kemana dia?." Gumam Arini sedikit panik.
"Memangnya tadi diw dimana?." Tanya bu Dasima.
"Dirumah. Tadi Arini ketiduran, pas bangun dia udah nggak ada, padahal Arini udah kunci pintunya. Pasti dia keluar lewat jendela, karena jendelanya udah kebuka." Terang Arini.
"Ya sudah, cepat kamu cari dia, mungkin dia main ke rumah Noval." Titah bu Dasima.
Baru saja Arini hendak mencari Razka, tiba-tiba terdengar suara tangis dari arah jalan. Mendengar suara yang sudah tak asing, Arini menoleh dan ternyata memang benar, suara tangis itu adalah suara tangis anaknya.
"Razka!!Darimana?. Kenapa nangis?." Tanya Arini. Razka tidak menjawab, tangisnya malah semakin keras.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
.
.
.Bersambung🌿🌿
follow me ya thx all