Nisa. gadis yang tidak sengaja bertemu dengan laki-laki yang bernama Aslan. dan keduanya dalam kondisi terpuruk.
Nisa yang mendapati kenyataan, kalau kekasih hatinya lebih memilih perempuan lain merasa sangat terpukul, padahal hari itu Mereka sudah berjanji akan pergi mendaftarkan pernikahan mereka.
dan ketika melihat laki-laki yang didorong keluar dan sampai terjatuh itu, dan kejadian yang tepat di depan matanya membuatnya langsung berpikir dan bertindak. Nisa langsung mengajaknya menikah, walaupun dia tahu kalau laki-laki itu adalah orang asing.
lalu bagaimana kelanjutan mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. dilanda kecemasan
masih di posisi Nisa dan Aslan di taman.
"kan aku sudah bilang dek.. Aku sedang menyembunyikan kemampuanku karena tidak ingin dimanfaatkan. cukup bekerja seperti tukang bangunan sebagaimana biasanya, maka mereka tidak akan menuntut banyak. kalau sampai Kakak membocorkan semua kemampuan kakak, bisa-bisa Kakak sekarang mungkin sudah dikuliti hidup-hidup." tuturnya. Nisa kembali memandangi suamimu.
"keluarga Purnomo bisa sekejam itu ya Kak.? Aku tidak menyangka, yang kejam dan tidak memiliki simpati terhadap orang lain." tuturnya lagi sambil menggelengkan kepalanya.
"iya. namanya juga manusia dek.. manusia itu punya sifat dan prinsip yang berbeda-beda. bahkan hanya segelintir orang yang memiliki hati yang tulus dan ikhlas. tapi ya sudahlah.. kita kembali ke topik pembahasan kita aja." Nisa langsung mengedip ngedipkan matanya ke arah suaminya.
"memangnya Kakak bilang apa tadi..?" tanyanya dengan ekspresi lucu. Aslan kembali terkekeh melihat tingkah istrinya ini. perlahan-lahan, wajah tampan Aslan memang mulai terlihat. walaupun masih belum sepenuhnya untuk melakukan perawatan. nanti, Nisa sendiri sudah merancangnya.
"gini loh dek.. Kita kan sudah punya uang nih, bagaimana kalau kita beli mobil.? biar kalau kita pulang kampung nanti, kita bisa naik mobil dan semua barang yang ada di dalam kontrakan bisa terangkut." tuturnya.
"untuk pulang ke desa, bisa menggunakan mobil kan..? tapi kira-kira, desa Kamu di mana dek..?" tanya Aslan lagi. Nisa yang mendengar itu tersenyum.
"kalau kakak tahu, mungkin Kakak tidak akan mau ikut bersamaku." tuturnya.
"makanya, kamu kasih tahu kakak." tuturnya lagi. Nisa pun langsung menghela nafasnya.
"dari pulau tempat tinggal kita sekarang, kita akan menjelajahi pulau sinatra. kakak tahu Pulau Sinatra kan.? Nah, kita masih harus menggunakan kapal lagi untuk menuju desa kelahiranku." Aslan mengganggu anggukkan kepalanya. tampaknya, desa kelahiran istrinya ini memang cukup jauh.
"baguslah kalau begitu!! semakin jauh semakin baik." Nisa yang mendengar itu langsung menatap sang suami dengan ekspresi tidak percaya.
"Kakak yakin akan betah..?" tanyanya lagi.
"yakinlah! di sini kita tidak punya keluarga satu pun. sementara di sana, kamu memiliki banyak keluarga pastinya. makanya aku mau ikut dengan kamu. Kamu kan tahu dek, aku satupun tidak ada keluarga. kalaupun ada, keluarga angkatku tidak akan pernah peduli." Nisa yang mendengar itu kembali menghela nafasnya.
"baiklah kalau begitu.. aku setuju kalau kakak mau beli mobil dulu. tapi, Apakah tidak apa-apa Kak..? lagian, parkiran mobil di sana juga tidak ada." tuturnya lagi mengingatkan Aslan tentang lingkungan kontrakan mereka yang tidak memiliki tempat untuk memarkirkan mobil. berbeda dengan motor, bahkan di depan kontrakan Mereka pun, motor bisa masuk dan bisa diparkir dengan baik.
"oh iya juga ya.. kalau begitu, kita beli motor aja. tapi kalau beli motor tanggung dek. beli motor itu ketika kita sudah di kampung aja. karena kalau kita beli motor, kita tidak bisa bawa banyak di perjalanan Nanti."
keduanya pun langsung terdiam. di sini Mereka membutuhkan transportasi, tapi kalau beli transportasi, mereka sudah merencanakan untuk kembali pulang ke kampung halaman.
"tapi Kakak beneran yakin kan pulang ke kampung. di sana memang sudah ada jaringan, jalan juga sudah bagus. tapi pencarian utama itu adalah bertani. kalau tidak bertani, kita tidak bisa makan Kak. Kakak yakin sanggup..?" tanyanya lagi. mendengar itu Aslan menganggukkan kepalanya lagi.
"aku bisa melakukan apapun. aku juga, bisa melakukan pekerjaan sebagai petani. kamu tidak perlu khawatir dek. Aku pasti bisa melakukannya. cari kerja juga sebagai arsitek itu di tempat ini cukup susah. apalagi, kakak tidak memiliki pengalaman apapun dalam bidangnya. dan jujur saja, Kakak merasa pesimis ketika memikirkannya. kalau harus menjadi seorang petani, bagi Kakak juga tidak masalah. jadi kamu tidak perlu menghawatirkan kakak." tuturnya lagi. mendengar itu, Nisa pun langsung menganggukkan kepalanya lagi.
"Ya sudah kalau begitu.. tapi kalau kakak cari uangnya seperti ini dapat banyak. kita bisa pulang bulan besok. menurut Kakak bagaimana..?" tanya Nisa kembali. karena jujur saja, dia sudah tidak sabar ingin pulang ke kampung halamannya.
dia juga ingin melupakan semua hal yang terjadi di tempat ini. cintanya untuk Adam yang nyatanya bertepuk sebelah tangan. dan segala kesedihan yang ia tanggung demi cintanya. dia juga sudah merindukan pelukan hangat sang ibu, dan juga sudah rindu berkumpul bersama dengan dua saudarinya yang lain.
******
di keluarga Purnomo.
terhitung sejak kepergian Aslan di keluarga itu, kondisi keluarga Mereka tampak sedang dilanda kecemasan. beberapa waktu yang lalu, kepala keluarga Purnomo itu gagal dalam memenangkan tendernya. sehingga membuat mereka menjadi cemas dan rugi miliaran rupiah.
"lagian, ini salah Mama sih!! ngapain Mama usir Aslan dari sini. kalau Mama nggak ngusir, pasti hidup kita sekarang baik-baik saja." tutur anak gadis di keluarga itu.
"diam nata. ini bukan waktunya untuk menyalahkan mama. Mama sudah benar mengusir Aslan dari sini." tutur anak perempuan tertua di keluarga Purnomo ini.
"Iya sih! tapi coba kakak lihat sekarang, kita tidak bisa mendapatkan uang setiap harinya. bahkan urusan kita semuanya selalu ada saja halangannya. dulu kalau Aslan ada di sini, kita tidak perlu memesan art, bahkan setiap harinya walaupun cuma rp500.000, setidaknya kita bisa dapat uang masuk. sekarang dari mana uang masuknya !! kita semua nggak ada yang bisa cari uang. pangkat saja yang pintar untuk dibanggakan, lulusan sekolah saja yang diagung-agungkan, tapi tak ada satupun yang menguntungkan. lalu bagaimana kita hidupnya coba!!" seru gadis termuda di keluarga itu lagi.
mendengar itu semua orang kembali mendesah kecewa. memang benar apa yang dikatakan oleh nata. mereka telah salah dan terlalu gegabah dalam mengambil tindakan. padahal, mereka bisa memanfaatkan keberadaan Aslan di sini.
"terus gimana dong!! Mama sudah terlanjur mengusir Aslan, dan seperti yang kamu tahu Riska. Aslan sudah menikah dan memiliki seorang istri." tutur Nyonya Ema.
mendengar itu semua orang pun langsung melotot tidak percaya. Aslan yang berbadan kurus, tak terurus itu ternyata masih ada yang mau menikah dengannya.
"Mama serius ngomong begitu.? Mama yakin ? Aslan bisa menikahi seorang perempuan ? memangnya ada yang mau sama anak itu?" tanya Rizki, yang merupakan anak laki-laki di keluarga ini.
"benar Rizky! kami sudah bertemu dengannya kemarin. mereka berada di tempat penjualan laptop. dan sepertinya mereka ingin membeli laptop."
"kalau begitu tunggu apalagi!! buruan dicari. Bagus dong kalau Aslan sudah menikah, setidaknya art kita bisa bertambah." sambung nata yang benar-benar hanya menganggap asalan itu sebagai asisten rumah tangga.
memang benar, mereka tak memiliki ikatan darah apapun. tetapi, waktu mereka kecil, aslanlah yang paling memperhatikannya. namun nata, tampaknya tidak peduli dengan momen di waktu mereka kecil itu.