Tiara pergi ke kantor catatan sipil menemani bibinya yang akan bercerai dengan suaminya. Siapa sangka seorang pria menarik tangannya dan memperkenalkan dirinya sebagai calon istri pada seorang wanita tua yang berada di sebuah kursi roda.
"Ibu, dia calon istriku. Aku pasti akan menikah lagi, dan memberikan Andrew seorang ibu. Sekarang ibu sudah mau di operasi kan?" tanya pria yang menggenggam erat tangan Tiara.
"Eh, pak ini apa..."
Mata Tiara melebar, pria itu menciumnya. Begitu saja. Lalu berbisik pada Tiara.
"Bekerja samalah dengan ku. Aku akan berikan apapun yang kamu mau!"
"Wah, kalian benar-benar mesra. Baiklah, kalau begitu langsung masuk saja. Ibu baru mau dioperasi kalau kalian sudah dapat sertifikat pernikahan!"
Rahang Tiara nyaris jatuh.
"Me.. menikah? nyonya, aku masih SMA" kata Tiara tergagap.
Pria matang dan dewasa yang menciumnya tadi cukup terkejut.
'Dia masih SMA?' batinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Apa? kamu sudah menikah? Ibu...empttt!" Mata Fathan melotot, adiknya membungkam mulutnya dengan cepat dengan tangannya.
Mendengar kakaknya bereaksi seperti itu, Tiara refleks berdiri, lalu menutup mulut kakaknya dengan telapak tangannya yang entah habis pegang apa itu. Sangking paniknya, badannya yang lebih kecil dari Fathan seolah mendapat kekuatan lebih.
"Mas Fathan, jangan teriak!" kata Tiara nyaris membekap kakaknya itu.
Fathan berusaha melepaskan tangan adiknya itu. Sedangkan Tiara juga masih berusaha keras membungkam mulut kakaknya. Bisa habis dia, kalau ibunya yang masih emosi itu mendengar dia sudah menikah. Bisa dicoret dari kartu keluarga, paling buruk dia bisa di usir tanpa pesangon.
Fathan masih terus berusaha, selain dia memang masih ingin banyak bertanya pada adiknya. Dia juga merasa tangan Tiara itu membuatnya sulit bernafas, makin lama makin menutupi lubangg hidungnya.
"Hahhh" Fathan akhirnya bisa melepaskan tangan adiknya dan berdiri dengan tegak di depan Tiara, "tutup mulut sih tutup mulut Tiara, gak tutup hidung juga. Bisa good bye, mas mu ini!" protes Fathan.
Tiara segera menundukkan kepalanya di depan kakaknya itu. Dia menunjukkan rasa bersalahnya.
"Maaf mas, habisnya mas pakai teriak. Kalau ibu dengar bagaimana?" tanya Tiara.
"Loh, kenapa kamu gak mikirin itu sebelum kamu nikah sama duda kaya itu?" tanya balik Fathan.
"Mas, aku di tarik gitu aja. Lagian 100 juta sebulan mas. Aku mendadak amnesia. Bibi Rose saja aku lupa masih tertinggal di kantor catatan sipil. 100 juta sebulan mas, 100 juta! pegawai negeri saja gak dapat tuh segitu, sebulan ya kan, kecuali yang makann uang rakyatt!" kata Tiara yang seolah bangga dengan penghasilannya karena menikah dengan duda kaya.
Kening Fathan sampai berkerut, sekerut-kerutnya. Dia tidak bisa berkata-kata lagi, cara adiknya itu berpikir itu gimana coba konsepnya.
"Hussh, mulutmu itu. Memangnya kamu di gaji segitu, kamu harus ngapain saja? kamu tahu gak? siapa tahu dia punya kecenderungan, kelainan..." Fathan menjeda ucapannya, melirik adiknya itu, karena wajah Tiara sudah tidak enak di pandang.
Tiara yang mendengar ucapan Fathan, langsung meraih lengan sweater panjang yang dipakai kakaknya itu. Raut wajahnya mendadak pucat.
"Agkhh, mas. Kenapa nakutin?" tanya Tiara yang benar-benar takut.
'Aduh, kok baru kepikiran sekarang sih? gimana kalau apa yang mas Fathan katakan itu benar. Gimana kalau ATM berjalan ku itu ternyata punya kelainan, dia suka sama abege labil yang masih fresh dan cantik kayak aku. Atau jangan-jangan dia sikopet makanya kasih aku banyak banget uang sebulan. Agkhh... gimana ini!' batin Tiara mulai panik.
Fathan memandang serius ke arah adiknya.
"Terus gimana dong mas?" tanya Tiara khawatir.
"Ya mau gimana lagi, kamu sudah menikah kan dengan duda kaya yang mencurigakan itu. Ya terima nasib saja. Lagian mana ada Tiara, orang belum pernah ketemu, langsung setuju nikah. Dasar matre!" kata Fathan semakin membuat Tiara frustasi.
Tiara terdiam, dia benar-benar bingung. Kenapa dia jadi takut ya. Tadinya yang dia pikirkan hanya uang, tapi ucapan kakaknya itu mengerikan.
"Terus kapan itu ATM berjalan kamu mau jemput kamu dan memperkenalkan diri ke ayah sama ibu. Namanya siapa? nama belakangnya siapa?" tanya Fathan yang merasa, adiknya memang sudah menikah secara legal, jadi memang tidak bisa mundur lagi.
"Namanya..." Tiara menjeda ucapannya, dia mencoba mengingatnya. Terlalu pusing dengan panggilan kemarin, Tiara sedikit melupakan nama suaminya itu.
'Aduh, namanya siapa ya? ya ampun isi kepalaku cuma S'coups sama perintilannya Namanya siapa ya?' batin Tiara yang masih mengingat nama suaminya.
Mata Tiara tak lama melebar, dia ingat namanya sekarang.
"Nick... Nicholas!" kata Tiara.
Fathan tidak terlalu terkejut, Nicholas itu banyak sekali kan? Bahkan pemilik perusahaan tempatnya bekerja, namanya juga Nicholas
"Nama belakangnya?" tanya Nicholas lagi.
Tiara mencebikkan bibirnya. Butuh sepuluh menit dia mengingat nama depan Nicholas. Mungkin akan butuh 10 jam untuk Tiara mengingat nama belakang Nicholas.
"Skip boleh gak mas? lupa!" kata Tiara.
Fathan menghela nafas panjang. Benar-benar tak habis pikir dengan adiknya. Bisa-bisanya nama belakang suaminya lupa.
"Kamu dalam masalah besar tahu!" kata Fathan.
"Mas, jangan bilang begitu. Bagaimanapun juga, apa mas rela, kehilangan adik perempuan sebaik dan secantik aku ini. Bantulah aku, bantu jelaskan ke ayah dan ibu ya..."
"Gak mau! bagus kamu di coret dari kartu keluarga. Toko ayah bisa buat mas, rumah ini buat mas, semua warisan ayah dan ibu buat mas" kata Fathan dengan alis mata yang naik beberapa kali.
"Mas Fathan!" pekik Tiara.
Ceklek
Mata Tiara membelalak kaget. Pintu kamarnya terbuka begitu saja.
"Kalian berdua ini apa sih? heboh bener? bibi mau tidur lah!"
Ternyata itu adalah bibi Rose yang terganggu dengan keributan yang di buat oleh Tiara dan kakaknya. Masalahnya, kamar tamu kan ada di samping kamar Tiara. Jadi, wajar kalau suara bising Fathan dan Tiara terdengar sampai kamar sebelah.
Tiara langsung menarik lengan sweater panjang kakaknya itu lagi.
'Jangan bilang apa-apa!' Tiara mengedipkan matanya, dia sedang melakukan telepati dengan kakaknya itu. Satu kedipan, setengah kedipan, alis naik sedikit. Itu artinya jangan bilang apa-apa.
Fathan balas melebarkan matanya.
'Tidak mau!' itu adalah arti dari mata yang dilebarkan oleh Fathan itu.
Tiara tidak menyerah, gadis itu memonyong-monyongkan bibirnya. Dia sedang berusaha mengatakan pada kakaknya.
'Please!' begitu katanya dengan bahasa isyarat anggota tubuh yang ada di wajah keduanya itu.
Dan Fathan menyentuh hidungnya dengan ujung jari telunjuknya.
'No way' artinya begitu.
Sementara kedua kakak beradik kandung itu sedang berbicara dengan bahasa isyarat supaya tidak diketahui oleh Rose. Rose yang lihat keduanya berinteraksi dengan cara yang menurutnya tidak lazimm. Sampai mengernyitkan keningnya dan menggerdikkan bahunya.
'Hih, ini dua anaknya mbak Seruni cacingan apa ya? aduh, kenapa gak ada yang waras satu pun di keluarga ini sih selain mas Fathir? kasihan banget mas Fathir, puluhan tahun dia hidup sama orang-orang yang harusnya cepat-cepat di tangani oleh pak Purnomo ini. Ya ampun!' batin Rose yang memilih keluar dari kamar keponakannya itu dengan celah. Dia takut ketularan.
Ceklek
Mendengar suara pintu tertutup, keduanya menoleh ke arah pintu.
Tiara mengangkat dagunya dan menarik turunkannya dua kali.
Fathan menoyorr jidat adiknya itu dengan ujung jari telunjuknya.
"Bibi Rose sudah pergi. Ngapain masih pakai bahasa isyarat?" tanya Fathan.
Tiara mengusap keningnya yang terkena jari kasar nyaris kapalan Fathan itu. Maklum, dia banyak bekerja dengan keyboard. Jempol nya kapalan setebal 0, 76 milimeter.
(Plis jangan tanya bagaimana aku menghitungnya, he he he)
"Mas..."
"Oke, aku akan bantu kamu jelaskan sama ayah dan ibu. Tapi motor mas, udah dua tahun belum ganti itu. Kalau mas punya motor baru kayaknya okelah, mas bantuin kamu!"
Tiara menaikkan sebelah sudut bibirnya. Belum ada 20 menit yang lalu Fathan itu bilang Tiara matre. Sekarang dia malah minta motor sama Tiara.
"Tadi ngatain aku matre, dia sekarang apa..."
"Oh, beda dong. Mas hanya pintar membaca situasi! sudah malam, tidurlah!"
Fathan bergegas keluar dari kamar Tiara. Tiara masih memicingkan matanya ke arah pintu.
"Heh, motor baru konon..." Tiara menjeda ucapannya, dia baru ingat sesuatu, "ya ampun, lupa kasih nomor rekening ke atm berjalan ku. Aku temui dia dimana ya? ah... aku harus ke rumah sakit besok! iya, ke rumah sakit!"
***
Bersambung...
malu Ama umur pak? tengah jalan di culik anak mu baru tau rasa🫣
kalau tuan nya ditalak 3😜🤣🤣
kira kira Tiara akan nurut gak ya 🤔🤔
jadi gaes,selama masih bisa dengerin Omelan mamah kalian
nikmati aja. percayalah ketika itu sudah ga kedengaran. rasanya malah hampa🥹
tapi ada benernya si
tapi..kalau mau disalahkan,ya bibinya
ngapain anak gadis ditinggalkan sendirian
kangen mamah ku🥹🥹🥹
tapi emang beda sih horang kayah smaa yg kayah" pas dulu cari receh di Singapura laki CEO bininya setara lah pergi cuma pakai sederhana make up pun tipis
pasti klu Andrew tau ya cuman dikit ada perang dunia ke3😃😃
biar seruuu
aku mau tau si Andrew playboy cap Kampak itu Tau mantannya jadi ibu tiri 🤣🤣😜
ug bertanggung jawab,penuh dukungan Ampe kadang rada jorokin.
Ama bau uit lah kyk om nicho🫣😜🤣
kalau mau ngurusin pernikahan Tiara itu gampang tinggal nanti aja setelah Tiara lulus bikin resepsi mewah, kan menantu mu si gapura kabupaten orang kaya tujuh turunan 🤣
bener apa enggak belakang
🤣🤣