Terpaksa Menikahi Bos Galak

Setiap pulang kerja, Lucas selalu menyempatkan dirinya untuk bertemu dengan putri cantiknya. Ya, Lucas selalu merasa bersalah pada anaknya sebab ia selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga membuat waktu untuk anaknya sangat terbatas. Lucas masuk ke dalam kamar anaknya yang sedang membereskan tas sekolah.

"Sayang, Princess nya Papih. Papih kangen." ucap Lucas memeluk anaknya dengan hangat.

"Papih!" Viona membalas pelukan Ayahnya dan mengecup kanan dan kiri, membuat Lucas gemas dan mengacak - acak rambut anaknya.

"Sayang, kamu akhir - akhir ini gimana? Kata guru - guru di sekolah sekarang kamu lebih pintar?" tanya Lucas.

"Iya dong, Pih. Kan anak Papih ini adalah anak yang paling hebat dan semua ini berkat Mama Safea juga." Jawab Viona dengan semangat.

"Sayang, apa engga kenapa-kenapa kamu memanggilnya dengan sebutan, Mama?" tanya Lucas.

"Engga apa - apa, Pih. Mama Safea itu baik banget dan Viona senang berada di dekatnya."

Lucas menghela nafasnya lelah, anaknya ini memang sangat pintar, tapi terkadang bisa menjadi menyebalkan karena kepintarannya ini.

"Viona, Papih ada kabar gembira buat kamu sayang?"

"Apa itu, Pih?" tanyanya.

"Mulai besok, Mama Safea akan sering datang kesini?"

"Benarkah, Pih? Papih gak bohongin Viona lagi kan?" ucap Viona ragu.

"Iya, sayang."

"Yeay..."

"Ya sudah, sekarang kamu tidur ya." ucap Lucas.

"Iya, Pih." ucap Viona yang kini bersiap - siap untuk tidur.

****

Kini Safea sudah sampai di depan rumah Lucas dan Viona. Mulutnya melebar saat melihat rumah Bosnya itu. "Wah, ini rumah atau istana ya?" gumam Safea takjub. Tak berapa lama kemudian Safea langsung mengalihkan pandangannya ketika ada seorang perempuan yang menggunakan pakaian maid datang ke arah Bosnya.

"Tuan, maaf Tuan tubuh Nona muda kecil sedikit demam dan ia masih menangis. Maafkan saya, saya tidak bisa menghentikannya." ucap maid itu dengan raut wajah bersalahnya.

Lucas mengepalkan tangannya dan berlari. Di ikuti dengan Safea yang mengiringi langkah kakinya. Karena pintu di depan rumah Lucas pun sudah terbuka lebar.

"Bagaimana ini? Salahku juga berjanji seperti itu? Tapi aku mana tahu anak sekecil itu bisa segitunya." ucap Safea di dalam hati, takut perasaannya tak menentu.

Brak!

Mata kecil yang sembab itu menoleh ke arah Ayahnya yang membuka pintu dengan tergesa. Sengaja Safea tidak masuk, ia bersembunyi di balik pintu untuk melihat interaksi antara kedua Ayah dan anak itu.

"Ada apa, sayang? Kenapa kau sampai seperti ini?!, tenanglah..." pinta Lucas memegangi wajah anaknya yang sedikit panas. Safea menatapnya Ayahnya dengan sendu, lalu kembali menangis.

"Hiks, Mama, Pih? Aku mau Mama! Bukankah semalam Papih sudah janji kalau Mama akan datang pagi ini, tapi kenapa belum datang juga!" Teriaknya menangis, Lucas merasa sakit hati mendengar itu, apakah sebegitu terlukanya anaknya itu, dan sebegitu rindunya kah dia dengan Ibu kandungannya.

"Tenanglah, Viona. Papih itu su-"

"Hai, selamat pagi Princess Viona." sela Safea, ia sudah tidak tahan untuk memeluk makhluk kecil yang menangis dengan sendunya hanya untuk bertemu dengan dirinya. Dadanya terasa perih dan menyayat saat mendengar gadis kecil itu menangis.

Mendengar suara Safea, Viona pun langsung terdiam lalu dengan sekejap ia menoleh ke arah Safea. Safea tersenyum dan merentangkan tangannya agar gadis kecil itu memeluk dirinya.

"Ma-Mama? Mama?!" Teriak Viona, langsung melepaskan pelukan Lucas dan langsung berlari dengan cepat ke arah Safea.

"Iya, sayang. Maafin Mama ya?" lirih Safea tiba-tiba meneteskan air matanya.

"Jangan... Hiks, tinggalkan Viona... Hiks, lagi." ucap Viona terbata - bata memeluk Safea.

Safea langsung mengangkat tubuh kecil itu dan menggendongnya. Lucas menatap ke arah mata putrinya itu yang sendu akibat menangis. Ia kecup kedua pipi Viona dengan lembut dan penuh perasaan.

"Mama gak akan tinggalin kamu lagi kok sayang. Sekarang kita sarapan dulu ya, nanti kalau kamu sakit Mama bakalan pergi.Mama itu gak kuat lihat kamu sakit." jelas Safea memperingati.

"Enggak! Viona enggak mau,Ma. Mama, Viona janji gak bakalan sakit, janji." ucap Viona, memeluk Safea dan melingkarkan jari kelingkingnya pada Safea.

Sedangkan Lucas yang melihat interaksi kegiatan putrinya dan sekertarisnya itu hanya terdiam. Tanpa di ketahui ia tersenyum tipis.

Safea membawa Viona ke dapur keluarga Lucas dengan bantuan maid. Ia memasak bubur dan beberapa makanan yang mencegah sakitnya Viona.

"Viona. Tunggulah di meja makan sana, nanti selesai memasak Mama ada di sana. Kalau kamu di sekitar sini nanti kamu bisa terluka, sayang." jelas Safea lembut, ia takut jika putri Bosnya itu akan terkena cipratan minyak panas, atau air panas makanya dia menyuruhnya untuk berada di meja makan dekat dapur.

"Gak mau. Nanti Mama pergi lagi kaya kemarin lagi. Viona gak mau, Viona sayang Mama." Viona tetep kekeuh dengan pendapatnya.

"Viona! Apa yang sedang kamu lakukan. Mamamu sedang memasak, jangan banyak tingkah!" Ucap Lucas tegas hingga membuat putrinya mengerucutkan bibirnya, tapi Viona masih tetap berdiri di samping Safea.

"Viona! Papih itu gak suka bicara dua kali." tekan Lucas dengan suara yang menyeramkan. Ia tidak mau jika putrinya itu kenapa-kenapa, apalagi ia juga tidak suka membuat orang lain kesusahan gara - gara putrinya itu.

"Tapi, Pih-"

"Viona, Mama gak bakalan kemana - mana kok. Kemarin Mama itu lagi ada acara jadinya gak sempet datang kesini. Jadi jangan takut ya. Kalau kamu begini terus Mama gimana mau masak. Nanti kalau Mama gak masak kamu sakit. Kalau kamu sakit, nanti kita gak bisa main dong?" tanya Safea dengan lembut. Membuat gadis kecil itu agar mengerti.

"Gak. Iya, Viona duduk. Tapi Mama jangan pergi, ya." ujarnya lagi yang masih tak yakin.

Safea gemas sendiri, langsung mencium kedua pipi Viona.

"Janji, sayang. Mama ada di sini kok." ucap Safea meyakinkan.

Lucas lagi - lagi merasa heran dengan sikap anaknya . Dengan orang lain begitu menurut sedangkan dengan dirinya harus kasar dan ditekan dulu terkadang baru mau. Tapi, ia cukup salut dengan kebaikan Sekretarisnya itu yang terkadang bersifat seperti anak kecil. Namun, jika sedang bersama dengan anak kecil, ia terlihat seperti seorang ibu sesungguhnya dan sangat lemah lembut.

"Huh, untunglah ada sekertaris ku ini." ucap Lucas di dalam hati.

***

Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D

Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~

Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁