Light Of The Mandogarian

Tampak Satyra berekspresi serius setelah menangkis tembakan bola Hikari milik Rein dengan tendangannya dan berkata.

" Rein, Kau ini kenapa? apa kau ingin membunuh Martin?."

orang-orang yang melihat kejadian itu seketika kaget dan juga kagum melihat Satyra. namun tidak dengan Rein, dia malah tampak tersenyum semakin mengerikan setelah mengetahui Satyra mampu menangkis serangannya dengan cara seperti itu.

" HAHAHAHAHA." tawa Rein yang semakin menggelegar sembari menatap Satyra.

" Aku pasti akan menghabisimu jika aku bertemu denganmu di babak selanjutnya." Ucap Arga kepada Rein.

Rein dengan acuh tak acuh segera pergi meninggalkan arena. Arga, Aran, dan Satyra cukup prihatin melihat keadaan Martin yang mengenaskan dan kehilangan 1 telapak tangannya, lalu mereka segera membawa Martin ke tempat perawatan namun perawat dan dokter yang bertugas disana memberitahu jika luka Martin terlalu parah dan juga ia mengalami cacat permanen dan mereka berkata akan membawa Martin ke Rumah Sakit untuk di rawat serius.

Arga melihat kearah Satyra kemudian ia berkata "Satyra diantara kita semua sepertinya hanya aku yang punya waktu untuk menemani Martin ke Rumah Sakit, aku akan pergi bersama Martin, aku minta tolong kepadamu untuk mengawasi teman-temanku, aku khawatir hal seperti ini terjadi lagi."

" Huh bukankah yang dilakukan Rein kepada Martin sama seperti perlakuanmu pada Alfa?." Jawab Satyra dengan sinis.

" Si gendut itu benar-benar tidak ingin menyerah jadi aku hanya berpikir untuk memberinya pelajaran saat itu. tapi Rein berbeda, dia tampak benar-benar ingin membunuh Martin bahkan ia juga berniat menyerangku dan Aran, harusnya kau bisa melihat mana orang yang angkuh dan mana orang yang sadis." Ucap Arga dengan serius.

lalu Arga mebambahkan dengan tersenyum "Tak heran mengapa dia memilihmu, setelah melihatmu menangkis serangan Rein seperti itu aku makin tidak sabar dengan pertandingan kita nanti."

Satyra hanya diam dengan tersenyum getir melihat Arga meninggalkan kampus menemani Martin ke Rumah Sakit.

Lalu berpindah ke Arena, sang Pembawa Acara memeriahkan acara kembali sembari menunjukkan 3 pertandingan terbaik dari beberapa kampus yang ada di negara mereka.

Tampak 1 layar menayangkan pertandingan Diny, gerakannya yang begitu anggun dan paras wajahnya yang cantik membuat banyak penonton pria terkesima melihatnya. Lalu mereka segera memasang taruhan kepada Diny.

Satyra yang segera kembali ke ruang peserta menghampiri Leya. Leya segera bertanya.

" Bagaimana keadaan Martin?."

" Dia terluka parah, dokter berkata dia harus dirawat di rumah sakit dan dia mengalami cacat fisik permanen." Jawab Satyra.

Leya langsung terkejut dan berkata. "Jadi tangan kanannya benar-benar hancur ya?, Rein itu mengapa dia bisa jadi seperti ini? Sungguh lawan yang mengerikan."

Satyra yang mendengar hal itu langsung bergegas memanggil Gerdy dan Kenny. Dia memperingatkan kepada mereka bertiga termasuk Leya.

" Kalian, jika bertemu Rein di babak selanjutnya nanti sebisa mungkin jangan sampai terkena serangannya, orang ini sungguh berbahaya, aku benar-benar tidak merasakan insting manusia saat berhadapan dengannya."

" Saat aku melihatnya menyiksa Martin tadi aku benar-benar merasa ketakutan, aku tidak menyangka Rein sekuat dan sekejam itu." Ucap Leya.

" Ah, aku juga ketika melihat Rein marah tadi, aku juga tak menyangka dia akan sekuat itu, jika bertemu dengannya aku akan memilih untuk kabur dari area gedung, aku benar-benar bukan tandingannya." Ucap Kenny yang juga berargumen.

" Rein tidak seperti biasanya, walau tubuhnya memang besar dia adalah orang yang ceria, bahkan ia juga sering bergurau dengan teman-teman kelasnya, tapi ntah kenapa ia seperti seseorang yang di rasuki oleh iblis." Jawab Gerdy.

" Baiklah untuk sekarang kalian tidak perlu khawatir, salah satu dari kita mungkin hanya akan bertemu dengannya di babak selanjutnya, jadi persiapkan kalian untuk babak ini." Kata Satyra yang memberi dukungan kepada teman-temannya.

Lalu disisi layar lain terlihat Diny yang memenangkan pertandingan sontak hal itu membuat para penonton yang mendukungnya juga bersorak gembira sedangkan pembawa acara akan mulai mengacak peserta yang akan bertanding selanjutnya.

" Wow pertandingan pertama peserta wanita dari kampus lain ternyata juga cukup seru, Baiklah pertandingan selanjutnya akan segera dimulai, apakah para penonton sekalian bersiap jika saya mengacak nama pesertanya." Ucap si pembawa acara.

Penonton pun bersorak dan berteriak karena mereka juga tidak sabar melihat peserta selanjutnya yang akan bertanding. Lalu segera mesin pengacak mengacak nama 2 peserta dan mengeluarkan nama 2 peserta yaitu Dezuo dan Bay.

Satyra yang baru mendengar nama Bay sontak bertanya. " Bay? Siapa dia?."

Leya menjelaskan. " Bay adalah salah satu dari 3 pemimpin anggota The Rider of Love."

"The Rider of Love?." Gumam Satyra.

Lalu Leya menjelaskan secara detail. " The Rider of Love adalah genk motor dari kampus kita, anggotanya tidak banyak mungkin hanya sekitar 50 orang, mereka juga tidak sekuat dan searogan kelompok Arga, karena Visi mereka bertarung bukan untuk menguasai ataupun melindungi melainkan mereka bertarung untuk menunjukkan kekuatan mereka pada para wanita, bisa dibilang The Rider of Love adalah genk playboy yang cari muka pada perempuan."

"Hahaha kampus kita memang unik kan Tyra." Sahut Gerdy yang bergurau pada Satyra.

Satyra hanya menggelengkan kepala karena tidak tahu harus berkata apa. Lalu Gerdy menambahkan.

" 3 pemimpin The Rider of Love ini memang terkenal tampan, mereka adalah Marcel, Bay, dan Raymon, mereka adalah seorang Mandogarian yang banyak dikagumi dan disukai oleh mahasiswi kampus Kaiha, bahkan kabarnya mereka sempat membawa beberapa dosen perempuan muda ke hotel."

Seketika Leya memukul kepala Gerdy dan berkata.

"Eh kamu jangan asal omong ya, itu cuma gosip kita belum tahu kebenarannya."

" Ish kamu kenapa sih tiba-tiba mukul gitu, faktanya memang begitu bahkan setelah gosip itu, ada 2 dosen perempuan yang usianya masih muda dan 5 mahasiswi lainnya secara tiba-tiba menghilang."

Satyra yang mendengar itu sontak terkejut, dan bertanya pada Gerdy.

"Yang kamu omongin beneran Ger?, kamu ga asal omong kan?."

"Iyaa serius, dosen itu namanya Bu Devi dan Bu Nisa." Jawab Gerdy.

Satyra seketika memicingkan matanya dan berkata. " Ada yang aneh dari mereka."

Gerdy dan Leya yang melihat Satyra memicingkan matanya sontak terdiam karena penasaran.

Lalu pembawa Acara segera memanggil kedua nama peserta yang telah terpilih sebagai peserta yang akan bertanding.

" Baiklah Dezuo dan Bay silahkan turun ke Arena dan persiapkan diri kalian."

Dezuo dan Bay segera turun ke Arena mereka bersiap-siap untuk melakukan pertandingan.

Sesaat setelah itu pembawa acara langsung saja memulai pertandingannya,

Pertandingan Dezuo dan Bay tidak berjalan semenarik pertandingan sebelumnya, bisa dikatakan pertandingan kali ini hanya seperti pertandingan biasa, faktanya Bay memang bukan petarung tingkat tinggi dan memang bukan lawan dari Dezuo, sedangkan Dezuo sendiri juga bukan orang yang suka memamerkan kekuatannya jadi dia hanya bermain-main ketika bertarung dengan Bay. Lalu tak lama Dezuo yang melihat Bay kewalahan berkata.

" Menyerah lah, ini sudah selesai."

" Tidak, aku tidak akan menyerah, sampai mati pun aku tidak akan menyerah, lihatlah para perempuan cantik yang sedang menaruh harapan padaku dikursi penonton ini, tentu aku tidak akan menyerah begitu saja." Jawab Bay.

Mendengar kata-kata Bay, banyak wanita yang menjadi penonton sekaligus pendukung Bay tersentuh dan menyorakinya, pada dasarnya sikap seperti ini memanglah sikap dari seorang playboy.

Dezuo yang melihat hal itu sedikit jengkel dengan sikap Bay lalu dia lebih memilih mengangkat kerah Bay dan mengeluarkan Bay dari Area gedung sehingga Dezuo dinyatakan menjadi pemenang selanjutnya.

Sesaat setelah Bay keluar, banyak penonton wanita yang keluar menuju kearah Bay dan segera menolong Bay sambil memberinya semangat, sementara tak sedikit pula wanita yang mengumpat kepada Dezuo.

" Dezuo kamu kejam."

" Dezuo telah menghancurkan harapan kami."

" Dezuo kau terlalu berlebihan sampai membuat Bay kehabisan tenaga."

Dezuo yang mendengar itu menghela nafas merasa tak peduli dan bergumam

" Kalau aku kejam, lalu Rein yang menyiksa Martin tadi apa?."