NovelToon NovelToon
The Strongest Swordsman Mage

The Strongest Swordsman Mage

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Vivi Aulina

[Update Setiap Hari]

Suatu hari dunia mengalami perubahan. Gate dan monster terus bermunculan. Tugas manusia sekarang adalah membasmi para monster sebelum monster-monster itu yang membasmi mereka. Ini adalah cerita seorang pria yang terkenal dengan julukan 'Swordsman Mage terlemah', yaitu Zeha. Dia tiba-tiba mendapatkan kekuatan dari kristal aneh, dan demi menjadi yang terkuat, dia harus mencari sepuluh 'Fragments Of Eternal Power'.

High-Demonic Eyes, kekuatan dari Immortal Demon yang tersegel di dalam Demon Crystal, secara tidak sengaja diaktifkan dan akhirnya menjadi miliknya. Zeha harus menjalani hidup antara cahaya dan kegelapan, kekuatan para dewa dan iblis yang dia miliki, menjadi tumpuan di mana dia akan menjadi yang terkuat.

Dengan kekuatan itu, dia bertekad menjadi penyihir terkuat, melindungi manusia dan membebaskan dunia dari bencana.

+

+

Karya Fantasi-Aksi pertama!

Ayo buruan bacaaa!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vivi Aulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25 - PRIA BERKACAMATA

Maaf baru update...

Belakangan ini emang lagi sibuk2nya...

Daijobudayo, urusannya udah selesai kok!

Happy reading...

“Bagaimana kalau aku tidak mau?” Pertanyaan Zeha membuat kedua perundung itu terkejut. Lalu di detik setelahnya, mereka berdua tertawa kencang. Menertawai aksi nekat yang Zeha lakukan.

“Wayn, mundurlah. Biar aku yang memberinya pelajaran.” Pria yang berdiri di sebelah sang korban membuka suara. Dan pria bernama Wayn yang berdiri di hadapan Zeha sontak berdecak kesal, lantas berbalik dan menghampiri temannya.

“Rizel, habisi dia sampai mampus,” ucap Wayn, dan dibalas oleh senyuman miring oleh Rizel.

Rizel maju beberapa langkah, menyisakan jarak yang cukup dekat dengan Zeha. Ia menjulurkan tangan kanannya ke depan, tersenyum sinis. “Bajingan, rasakanlah kekuatanku ini...!”

Lingkaran sihir berwarna hijau muncul di hadapannya. Sesaat kemudian, dua buah akar berukuran sedang keluar dan menyerang Zeha.

Zeha masih terdiam dengan sorot mata yang tajam dan dingin. Tangan kanannya sudah menggenggam gagang white sword, dan ketika dua akar itu hampir mengenainya, Zeha menarik pedangnya—memotong kedua akar itu sampai menjadi beberapa bagian.

“Dia bahkan sangat jauh lebih lemah ketimbang goblin raksasa itu...” batinnya.

Sementara Rizel sudah dipenuhi oleh perasaan terkejut. Ia tak percaya kalau sihirnya akan dipotong dengan sangat mudah menggunakan pedang biasa.

“Ba-bagaimana mungkin...?!” Rizel menganga lebar, tak percaya. Namun sesaat setelahnya, ia kembali marah. “Dasar bajingan...! Beraninya kau...!”

Kali ini lima buah lingkaran sihir muncul sekaligus. “Rasakan ini!”

Masing-masing dari kelima lingkaran sihir itu, mengeluarkan satu buah akar yang ukurannya lebih besar dari sebelumnya. Akar-akar itu bergerak secara acak ke arah Zeha dengan kecepatan yang cukup tinggi.

Zeha tidak bisa menghindar karena gang-nya terlalu sempit. Ia mencoba untuk bergerak seminim mungkin selagi menghindari serangan dan memotong akar-akar itu. Dalam waktu dua detik, ia berhasil memusnahkan semua akar-akar yang menyerangnya.

Raut wajah Rizel semakin mengeras. Ia benar-benar tak percaya semua serangannya bisa dilenyapkan dengan sangat mudah.

Sebaliknya, Zeha merasa cukup frustrasi. Mungkin karena dia sudah melawan musuh yang kuat sebelumnya, pertengkaran semacam ini membuatnya cukup bosan.

“Kita sudahi saja dengan cepat.” Zeha menyarungkan kembali pedangnya.

Rizel sungguh merasa diremehkan dan dipermainkan. Harga dirinya benar-benar rusak hanya karena seseorang tidak dikenal yang kebetulan lewat. Hal itu pun sontak membuatnya semakin naik darah.

“Sialan...! Kubunuh kau...!” Aura hijau yang sangat besar keluar dari tubuh Rizel. Ia telah didominasi oleh emosi yang semakin merajalela. Energi sihir yang dipancarkan juga jauh lebih kuat dari sebelumnya, cukup membuat Zeha terkejut. “Aku yang merupakan seorang putra dari Count Krodile, tidak mungkin kalah semudah itu!”

“Jadi sedari tadi dia hanya menahan diri, ya?” batin Zeha.

Teriakan Rizel terdengar cukup menggema selagi ia berusaha mengumpulkan kekuatan yang membara. Tubuhnya telah diperkuat oleh sihir yang ia ciptakan. Senyuman puas terpancar di wajahnya.

“Kau akan menyesali semua perbuatanmu tadi! Aku akan menunjukkan kekuatanku yang sebenarnya!” Rizel menjulurkan kedua tangannya ke depan. Sebuah lingkaran sihir berdiameter dua meter muncul.

“Matilah!” Puluhan akar-akar kecil menjalar keluar dengan kecepatan tinggi.

Zeha terpaksa kembali menarik pedangnya. Ia menebas setiap akar yang menyerangnya dari arah yang berbeda-beda. Berbeda dari sebelumnya, akar-akar itu terus keluar meskipun sudah dipotong beberapa kali.

Rizel tertawa puas. “Sia-sia saja kau memotongnya tanpa sihir! Inilah kekuatanku yang sesungguhnya!”

Zeha masih diam dan fokus menebas akar-akar itu. Setelah beberapa tebasan, tampilan pedangnya berubah, bilahnya diselimuti oleh api. Melihat itu, Rizel terkejut bukan main, matanya melebar sempurna.

“Ka-kau... Bisa menggunakan sihir?!”

Zeha tersenyum tipis, “Terima kasih atas sarannya.”

“Ba-bajingan kau...!” Rizel menambah kecepatan serangan akar-akarnya. Namun semua itu bisa dipotong dengan mudah oleh Zeha. Akar-akar yang terpotong sukses terbakar, dan kemudian meledak.

Akar-akar yang ada di dekatnya juga ikut meledak.

Ekspresi wajah Rizel dipenuhi oleh kepanikan. “Ka-kau—”

Dari balik asap yang mengepul akibat ledakan itu, Zeha tiba-tiba muncul di hadapan Rizel dan mendaratkan satu pukulan kuat tepat di perutnya, membuatnya terlempar jauh hingga membentur dinding.

Kaboom!

Suara dentuman kasar menggema. Dindingnya berguncang, dan sukses retak.

“Rizel!” Wayn berlari menghampiri Rizel yang sudah terkapar pingsan. Darah mengalir dari kepala dan hidungnya. Itu adalah serangan yang pernah diterima oleh Zeha dari Xavier saat mereka bertarung, dan Zeha juga langsung pingsan hanya dengan satu serangan itu. Anggap saja Zeha sedang melampiaskan perasaan kesalnya pada hari itu.

“Rizel!” Wayn berpaling pada Zeha dan berteriak kesal, “Hei, kau! Dasar rakyat jelata rendahan! Berani-beraninya kau melukai seorang bangsawan!”

Kening Zeha berkerut, ia kesal. Setiap ada permasalahan, pasti akan selalu diselesaikan oleh pihak yang lebih berkuasa. Seorang rakyat jelata sepertinya selalu tidak berdaya jika dihadapkan oleh keluarga bangsawan.

“Berisik...” Kepala Zeha sedikit menunduk. Karena gelap, ekspresi wajahnya tak begitu terlihat jelas. Namun yang pasti, saat ini ia tengah menahan amarah.

“Apa katamu?! Seorang rakyat jelata sepertimu seharusnya tunduk kepada—”

Kalimat Wayn terpotong oleh kemunculan satu buah lingkaran sihir di hadapannya secara tiba-tiba. Kemudian sebuah pedang yang terbuat dari api keluar dari dalam, bergerak tepat ke leher Wayn dan hampir menusuknya.

Jika Wayn bergerak sedikit saja, pedang api itu akan menggores lehernya. Seluruh tubuh Wayn membeku, dan keringat dingin menyertainya.

Zeha melangkah pelan, membuat sekujur tubuh Wayn merinding. Zeha berhenti di sebelah sang korban—pria berkacamata, dan memeriksa keadaannya.

“Apa kau baik-baik saja?”

Pria berkacamata itu hanya diam tak bereaksi sama sekali. Sebelum menjawab, ia membenarkan kacamatanya terlebih dahulu. “Aku baik-baik saja.”

Sekali lagi, Zeha memeriksa keadaan pria berkacamata. Meski tak terlihat jelas karena gelap, ia yakin kalau tubuh pria berkacamata itu terdapat banyak memar karena sudah dipukuli beberapa kali.

“Apa kau bisa berjalan? Mau aku bantu?”

“Tidak, aku akan berjalan sendiri.”

Zeha tersenyum, ia menghargai keputusan pria itu. “Ayo pergi.”

Mereka berdua pun melangkah pergi meninggalkan kedua perundung itu.

...****...

Zeha dan pria berkacamata sudah berjalan cukup jauh, mereka sudah sampai di balai kota. Suasananya sangat ramai dan berisik. Ada banyak warga yang berlalu-lalang—sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

“Terima kasih,” pria berkacamata tiba-tiba membuka suaranya. Sontak Zeha menghentikan langkahnya. Ketika berbalik, ia dikejutkan oleh kondisi pria itu yang tampak cukup kacau. Wajahnya dipenuhi memar biru, kacamata yang bengkok dan pakaian yang kotor.

“Apa kau... Sering dirundung oleh mereka?”

Pria berkacamata tersenyum tipis, nyaris tak kentara. “Tidak. Aku adalah pengunjung baru kota ini. Mungkin mereka merundungku karena penampilanku.”

Zeha cukup terkejut. “Begitu, ya?”

Zeha tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia merasa simpati pada pria itu karena ia dulunya juga korban perundungan.

“Apa kau ada urusan di kota ini?” Zeha memilih untuk mengganti topik pembicaraan. Ia tahu dengan betul bahwa saat ini pria berkacamata itu pasti tak ingin membahas soal perundungan yang ia alami.

Itu alami.

“Aku datang untuk memastikan sesuatu." pria berkacamata menjawab dengan pelan.

“Begitu, ya? Kalau begitu, kita bisa minum teh bersama dilain waktu.”

Pria berkacamata tertawa pelan. “Aku berterima kasih atas tawarannya, tapi urusanku sudah selesai. Aku harus segera kembali.”

Detik itu juga, ekspresi Zeha berubah. Ia tampak sedikit kecewa. “Begitu, ya? Mau bagaimana lagi...”

Pria berkacamata tersenyum—senang karena ada seseorang yang peduli padanya. “Aku yakin kalau kita akan bertemu lagi dilain waktu.”

“Eh? Benarkah?” Zeha lantas tertawa senang. “Aku menantikannya!”

“Iya.” Pria berkacamata tersenyum lagi. “Soalnya kau adalah orang yang sangat baik.”

...****...

“Apa kau yakin tidak perlu pergi ke rumah sakit?” Zeha bertanya sekali lagi saat mereka berhenti di persimpangan jalan, hendak berpisah.

Pria berkacamata menarik satu senyuman panjang. “Iya, aku baik-baik saja.”

Meski begitu, penampilan pria itu yang cukup kacau sungguh membuat Zeha cemas. “Tapi kau...”

“Aku baik-baik saja,” ucap pria berkacamata sekali lagi.

Zeha menyerah, lantas menghela napas panjang. “Baiklah. Kalau begitu, aku pergi dulu.”

“Iya, hati-hati.”

“Iya, kau juga.” Zeha berbalik dan melangkah pergi sembari melambai-lambaikan tangannya.

Ketika sosok Zeha hampir hilang sepenuhnya, pria berkacamata menarik satu senyuman tipis, tampak cukup mencurigakan.

“Sampai jumpa lagi, Zeha.”

......*****......

......Jangan lupa tinggalin jejaaak..........

1
Dewo Bumi
cerita na terlalu bertele-tele Thor
Dewo Bumi: gpp 💪💪💪
vamelinaa: se-sebenarnya aku juga ngerasa gitu sih😭
total 2 replies
Gehrman
Apakah ini Reupload?
vamelinaa: iya! makasih sarannya!😄
Gehrman: Lanjutkan Thor, sebenarnya tulisanmu sudah rapi walaupun ceritanya agak klise masih enak dibaca.

Struktur dan pacing ceritanya juga sudah bagus.

Asal rutin update, bakal banyak reader yg baca kok.

Saranku sih bisa diperlihatkan sedikit konflik ceritanya atau motivasi si MC ini biar pembaca tahu ceritanya akan mengarah kemana.
total 3 replies
Gehrman
Emmm keknya aku pernah baca Novel ini deh, kalau tidak salah si nenek ini orang kuat dan bakal jadi guru si MC
Gehrman
Emmm jadi, g akan ada bangsawan2 lain yg ada di luar wilayah kota? 🤔
vamelinaa: ada, tapi gak begitu terkenal
total 1 replies
Alfa Doankk
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!