Deva adalah seorang anak yang selalu mendapat perlakuan tidak adil dari kedua orang tuanya. Dia sering dibedakan dibandingkan dengan adik-adiknya. Suatu hari, Deva dijebak oleh teman-temannya di sebuah diskotek dan diberi minuman keras tanpa sepengetahuannya. Akibatnya, Deva menjadi korban pemerkosaan oleh seorang pria yang tidak dikenal, yang ternyata merupakan seorang psikopat kejam. Kejadian itu mengubah hidup Deva secara drastis.
Baskara, pria yang telah melakukan tindakan keji terhadap Deva, seringkali menunjukkan perilaku psikopat karena kesepian dan kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya. Rasa frustrasi yang dialami Baskara membuatnya melampiaskan kemarahan kepada orang-orang di sekitarnya. Meskipun alasan tersebut tidak dapat membenarkan perbuatan keji Baskara, namun hal tersebut menjadi cara baginya untuk meredakan emosi dan melupakan kesepiannya.
Apakah Baskara akan berubah setelah kejadian tersebut? Yuk simak terus ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aprilia Agista07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Maaf Deva, tadi aku benar-benar sangat emosi kepada kedua orang tuaku, biasanya selain menghabisi ny-awa orang aku akan melampiaskannya dengan membawa mobil ugal-ugalan, maka dari itu aku memilih untuk menurunkanaamu di jalan, karena aku tidak ingin membawamu dalam marabahaya, maafkan aku, aku tidak bisa mengontrol emosiku Deva." Baskara memberikan alasan adaku.
Aku hanya nisa tersenyum sinis mendengarkan alasan dari Baskara, bahkan anak yang ada di kandunganku saja tidak bisa meredakan emosinya.
"Seharusnya kamu mikir ada anakmu di dalam perutku, jika kamu sayang pada kami makan kamu akan bisa meredam emosimu," jawabku kesal.
"Iya maaf, tolong kali ink jangan berubah fikiran, dan kamu harus jdi menikah denganku, sebelum menikah kita buat surat perjanjian, bagaimana?" Aku sedikit tertarik dengan perjanjian yang Baskara ucapkan.
"Perjanjian apa?" Tanyaku.
"Begini, jika aku menunjukan amarah dan juga sika kasar adamu, maka kamu boleh menuntut cerai dariku dan aku tidak akan pernah menghalang-halangi, aku janji aku akan selalu bersikap baik kepadamu dan juga anak kita. Akut tidak akan marah marah di depan mu dan jika ada poin tambahan, kamu boleh menulisnya disana!" Ucapnya.
Aku berpikir sejenak tentang perjanjian yang Baskara sebutkan, aku yakin psikopat yang terkena gangguan mental seperti Baskara pasti tidak akan bisa menahan emosinya di depanku, maka dari itu aku akan dengan mudah bercerai darinya karena perjanjian tersebut.
"Baik, aku setuju menikah denganmu dengan beberapa poin persyaratan dan juga perjanjian tersebut, besok ketika aku sudah keluar dari sini ayo kita buat perjanjian itu di atas materai." Jawabku setuju.
***
Akhirnya hari berganti dengan cepat, aku tertidur sangat lelap semalam, dan saat aku bangun ternyata Baskara sedang tertidur pulas sambil menompang kepalanya di ranjangku.
"Deva, aku dengar dsri temanku kalau kamu sudah bisa pulang sekarang kan? Aku akan membawamu dan menjauhkan mu dari pria ini, ayo bersiap" tiba-tiba Alex datang adaku, dia menyuruhku untuk bersiap siap dan pergi dengannya.
Mendengar suara Alex otomatis Baskara langsung terbangun.
"Kamu lagi ternyat! Sudah ku bilang Deva tidak akan ikut denganmu, dia akan jadi menikah denganku, harusnya kamu itu tahu malu, memangnya kamu sudah tidak laku lagi sampai-sampai salalu mengejar ngejar calon orang,!" Jawabnya.
Sedangkan Alex langsung melihat ke arahku seerti memastikan apa yang di katakan Baskara benar atau tidak.
"Iya lex, aku memutuskan untuk menikah dengan Baskara dan aku tidak akan ikut denganmu, sekarang aku percaya bahwa Baskara tidak akan menyakitiku lagi." Dengan berat hati aku mengucapkan kalimat tersebut kepada Alex
Sebenarnya aku tidak tega, namun aku harus berkata seperti ini, nanti jika ada waktu, aku akan memberi tahu Alex tentang rencana ku.
"Deva? Kamu pasti dipaksa dan juga diancam oleh laki-laki ini kan? Kamu jagan takut padannya, ada aku yang akan melindungimu!" Alex seperti nya tidak terima dengan apa yang Aku putuskan.
Dia terlihat sangat kecewa.
"Kamu dengarkan bro? Jika laki-laki yang memiliki harga diri pasti akan langsung pergi ketika sudah ditolak oleh perempuan, itu juga kalau misalkan kamu ounya harga diri!" Baskara terus terusan mengeluarkan kalimat intimidasi untuk Alex.
"Aku kecewa padamu Deva."
Akhirnya Alex pun pergi karena mungkin dia merasa harga dirinya terinjak-injak, aku berjanji pada Alex suatu hari aku akan menjelaskan semuanya .
"Pergi juga dia, oh iya ayo cepat bersiap siap , setekah dari sini aku akan membawamu ke rumah masa depan kita, mulai hari ini rumah itu sudah bisa ditempati, kalau kamu nggak suka kamu bisa bilang dan aku akan langsung membeli rumah lain" ujar Baskara.
"Baiklah, tapi aku mau setelah sampai rumah, kita menuliskan surat perjanjian di atas materai tersebut. Aku ada poin tambahan, dana aku ingin surat perjanjian itu benar benar di tanda tangani di atas materai!"
Akhirnya aku dan juga Baskara tiba di rumah, rumah yang ada tepat di pusat kota Bandung, rumah yang menurutku sangat mewah meskipun tidak terlalu besar namun terlihat sangat elegan.
"Gimana? Suka nggak?" Tanya Baskara.
"Suka" jawabku, aku pun masuk dan mengitari rumah ini, ternyata ada tiga kamar tidur dan yang membuat ku senang adalah dapurnya, sedari dulu aku yang gemar memasak sangat mengiginkan dapur impian seperti ini.
"Deva, bagaimana kalau pernikahan kita dipercepat? Aku ingin tinggal dirumah ini dnegan status kita yang sah sebagai suami istri" Baskara tiba tiba datang dan duduk di kursi sambil menghadap ke arahku.
Aku berpikir sejenak tentang ajakan Baskara, seperti lebih cepat lebih baik.
"Oke, berarti kita harus ke rumah orang tuaku dulu untuk meminta bapakku menjadi wali pernikahan, aku minta kita tidak usah pesta ya, aku malu karena perutku sudah sangat besar." Pintaku.
"Memangnya tidak apa apa jika kita menikah tidak pakai pesta yang mewah, aku jadi kasihan padamu kalau misalkan pernikahan mu tidak dirayakan secara besar-besaran." Tanya Baskara.
"Gapapa, nanti saja dirayakannya kalau misalkan aku sudah melahirkan , aku tidak mau jika aku dan juga anak ku menjadi bahan gonjingan orang lain" jawabku.
"Baiklah, kalau begitu kamu puas puasin aja keliling rumah ini atau mau apapun yang kamu lakukan terserah. Rumah ini akan aku proses balik nama menjadi nama kamu, kalau begitu aku masuk ke dalam kamar dulu ha, aku mau bikin surat perjanjian" aku pun tersenyum dan mengangguk, lalu Baskara masuk ke dalam kamar.
"Ahhh,. Nggak tahu saja dia kalau misalkan aku mau merayakan pesta pernikahan jika aku menikah dengan Alex nanti" gumamku dalam hari sambil tersenyum sinis.
Setelah aku puas berjalan jalan dan memasak mie di dapur impianku, Baskara menghampiriku sambil membawa laptop.
"Deva, poin apa yang kamu inginkan? Nanti kita baca bersama, aku tidak mau di antara kita ada yang merasa dirugikan" ucap Baskara.
"Baiklah, pertama! Jika kamu marah-marah secara bruntal di depanku apalagi sampai menyakitiku kamu Jangan menghalangi ku utnuk menggugat cerai, dan poin ke dua jika hal itu terjadi, maka anak kita akan dibawa olehku, cukup segitu saja syarat yang akan aku berikan." Baskara terdiam sejenak dan langsung menatapku, entah apa yang ada di pikirannya saat ini.
"Ternyata yang kamu pikirkan hanya berpisah, tapi baiklah jika memang kamu maunya seerti itu aku akan turuti." Lalu Baskara pun mengetik dan akhirnya surat perjanjian itupun selesai.
Sebelum ditandatangani olehku, aku membaca poin poinya terlebih dahulu, dan saat aku baca ternyata tidak ada yang berat menurutku, Baskara hanya ingin aku menjadi selayaknya seorang istri yang baik untuknya, akhirnya kami pun menandatangani surat perjanjian di atas materai tersebut.
"Sudah selesai, kamu capek nggak hari inj? Gimana kalau kita ke rumah mu sekarang dan bilang pada bapakmu supaya dia mau menjadi wali nikah kamu" Baskara mengajakku untuk pergi ke rumah bapak.
Sebenarnya aku malas untuk menginjakan kakiku lagi dirumah laknat itu, namun karena ini adalah suatu momen yang sakral, aku terpaksa harus menemui bapak ku untuk menjadi wali nikah.
"Tidak, ya udah yu sekarang, mungpung sekarang hari minggu pasti bapak lagi ada di rumah" lalu aku dan Baskara melanjutkan perjalanan untuk pergi kerumah ku.
Haku ahrus sial dengan umpatan atau kalimat- kalimat menyakitkan yanh akan dilontarkan oleh keluargaku, meskipun ketika mengandung hatiku semakin sensitif.
"Kamu yang tenang, aku akan berusaha untuk meyakinkan bapakmu agar mau menjadi wali nikah kita." Saat menyetir tiba-tiba Baskara memegang tanganku Dan mengusap usapnya dnegan lembut, aku hanya tersenyum menanggapinya.
semangat nulisnya
yakinkan deva bas kalau kamu bisa berubah jadi orng yg lebih baik
jangan sampai sikap mu membuatmu jauh dari deva
di tunggu kelanjutannya thor😊
makasih up nya 🤗
semangat thor ditunggu up.nya