Aku tidak bisa menceraikan mu shafa, tapi aku juga tidak bisa meningalkan alena, apa lagi saat ini alena tengah hamil anak ku, dan aku juga sudah berjanji untuk bertanggung jawab.
begitu lah ke egois san Cakra sebagai seorang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sidang pertama Shafa
"Cakra keliru dan benar-benar bodoh,
Karena telah menyia-nyiakan wanita sehebat, sebaik dan secantik kamu Fa,,,
Aku yakin akan ada saatnya dimana dia menyadari dan menyesal, karena telah membuang berlian demi sebuah batu keriki.
ujar Adit.
Shafa hanya menanggapi dengan senyuman.
"Sidang pertama, beberapa saat lagi akan digelar.
" Shafa dan Adit sudah menunggu diruang tunggu.
Calon mantan Cakra itu mengedarkan pandangan, tak terlihat Cakra diruangan itu.
"Apa itu artinya Cakra tidak hadir,?
Pikir nya dalam hati, Shafa menghembus nafas lega.
Syukur lah itu artinya sidang akan berjalan lancar tanpa ada drama pembelaan dari pria itu.
Namun dugaan nya salah.!
Beberapa menit kemudian Cakra datang bersama istri keduanya.
Setelah melihat keberadaan Shafa, pria itu bergegas mendekat.
"Dek,,?
Tidak bisakah kamu mengurungkan dan mencabut gugatan cerai nya,?
mas tidak ingin rumah tangga kita berakhir, ucap Cakra mencoba membujuk.
" Mas,, berhenti membujuk,,!
Karena keputusan ku sudah bulat untuk mengakhiri semuanya dengan mu.
" Tapi,, Dek,,?
"Sudah lah mas"?
Berhenti membuang buang waktu, aku tidak akan goyah.
Lagi pula aku sedang membebaskan mu meraih cinta mu, tanpa kehadiran ku sebagai bayang bayang diantara kalian.!
Alena yang berada di sebelah Cakra, tersenyum sinis, tangan kiri nya menggegam erat tangan kanan pria itu.
*******
"Sidang mediasi berlangsung rumit.
Sebab Cakra yang kekeh menolak keinginan nya dengan berbagai alasan.
Namun dengan bukti bukti yang Shafa bawa,
mempermudah wanita itu untuk memenangkan
sidang gugatan itu.
dan beruntung pria itu dengan kesadaran nya tidak menuntut harta gono gini.
Hingga kini tinggal menunggu sidang kedua, maka semua akan usai.
Rumah tangga yang selama ini Shafa berusaha perjuangkan seorang diri akan benar-benar berakhir.
tentu saja Shafa bahagia.
Setelah ribuan duri yang menancap di dadanya akan terlepas begitu saja.
"Adit dan Shafa keluar dari ruang mediasi.
Tak ayal membuat Cakra yang masih ingin berbicara berusaha mengejar nya.
" Dek,, Tunggu"!
Cegah nya, berusaha menarik pergelangan tangan Shafa, namun dengan sigap wanita itu menepis nya.
"Shafa menatap Cakra tidak suka.
Menghadirkan rasa perih yang kian merajam hati Cakra.
" Pria itu terluka, entah apa sebabnya.
Ada rasa tidak rela yang begitu besar, menghadirkan ketakutan ketika membayangkan jika wanita dan istri sesempurna Shafa sebentar lagi bukan menjadi hak nya.
"Cakra masih sangat mencintai nya, Cakra menginginkan Shafa kembali, ketika semuanya telah terlambat dan usai.
" Bisa,, kita bicara sebentar,? "
Ajaknya dengan mata yang dipenuhi bias bias kaca.
"Shafa menoleh kearah Adit guna meminta dukungan.
Teman sekaligus pengacaranya itu memberi jawaban berupa anggukan.
" Apa yang ingin kamu bicarakan mas,,?
Aku tidak punya banyak waktu, tanya Shafa tanpa memandang kearah lawan bicaranya.
"Bisa kita bicara berdua saja,,? pinta Cakra.
" Baiklah,,!
Jawab Shafa, seraya berlalu
wanita itu memilih bangku taman yang tak jauh dari lokasi pengadilan agama.
sementara Adit menunggu nya dimobil.
"Dek,,, benarkah rumah tangga kita akan berakhir,,?
ini serasa mimpi bagi mas, tutur Cakra.
"Sebenarnya apa yang ingin kamu bicarakan mas?
Aku tidak ada waktu untuk sekedar berbasa-basi seperti ini. jawab shafa terdengar kesal
Wanita itu hendak beranjak, namun dengan sigap
Cakra menahannya.
" Tunggu Dek "!
Mas hanya ingin bertanya, apakah kamu sudah tidak mencintai mas lagi?
Sehingga tidak ada sedikit pun keinginan kamu untuk bertahan dan memperbaiki semuanya.?
" Pertanyaan bodoh apa ini mas"?
"Mas,,, aku pernah mencintai mu, aku pernah berjuang sebagai istri yang menginginkan keutuhan rumah tangga kita.
Tapi apa,,, enam bulan bertahan, perjuangan ku tak pernah berarti sedikit pun dimatamu.
Kamu mengabaikan tanpa memikirkan bagaimana sakit nya aku selama ini.
dan puncaknya kamu merampas semua kebahagiaan yang aku perjuangkan seorang diri.
Kamu mempersembahkan derita yang lebih dasyat.
Pelita hidup ku pergi karena keegoisan mu.
Sejak saat itu aku mengubur semua cinta ku, tidak ada yang aku sisakan.
sebab sadar jika semua hanya akan menambah luka.
"Cakra mengangguk mengerti, ia tidak berusaha menyangkal.
meski takut kehilangan semakin mencekam dada. lagi pula yang dikatakan Shafa semua nya memang benar.
" Cakra pun membenahi jika langkah yang Shafa ambil tidaklah salah.
Sudah tepat sebagai istri yang kerap disakiti olehnya.