Ibunya masuk rumah sakit jiwa
Ayahnya sedari dulu tidak pernah mengakuinya
dan kekasihnya malah berpaling pada Kaka tirinya.
Inilah kisah Naina, gadis sejuta luka tapi tetap tersenyum.
ketika usia Naina berusia 12 tahun, ibunya masuk ke dalam rumah sakit jiwa akibat ulah ayahnya, dia juga dibuang ke panti asuhan.
6 tahun berlalu ayahnya memanggilnya, Dia pikir ayahnya memanggilnya untuk meminta maaf tapi ternyata Naina salah.
ayahnya menyuruh dia datang, meminta dia melepaskan Gerald yang tak lain kekasihnya, yang juga sama-sama berasal dari panti asuhan. ayahnya melakukan ini karena ternyata, Kakak tirinya menyukai kekasihnya. yang paling membuat Naina sesak, ternyata kekasihnya juga menyetujui ucapan ayahnya.
Dan pada akhirnya Naina jatuh di luka paling dalam, tapi tanpa Naina sadari balik luka yang dia derita ada kebaha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sadar diri
2
“Sebentar lagi Tuan Carlos akan kemari, kalau begitu aku akan menunggu di luar nyonya.”
Gavin langsung pamit pada Naina.
“Kau memberitahu aku dirawat?” tanya Naina dengan terkejut. Sungguh Naina masih malas melihat wajah Carlos. Awalnya dia tidak mau dibawa ke rumah sakit karena dia berpikir masih bisa beristirahat, tapi entah kenapa kramnya semakin menjadi-jadi.
Padahal tadi pagi Naina masih baik-baik saja, dia masih merasa enjoy, tapi ketika menjelang siang dia merasakan perutnya tiba-tiba kram Padahal dia tidak melakukan hal yang berat.
“Hmm, Tuan Carlos harus tahu kondisi anda. Kalau Begitu aku tunggu di luar." Setelah mengatakan itu Gavin pun berbalik, meninggalkan Naina yang kini menghela nafas.
Sungguh dia begitu enggan untuk bertemu atau bertegur sapa dengan Carlos. Hal yang membuatnya kesal sudah seminggu berlalu tapi entah kenapa kekesalannya masih belum hilang.
Carlos Mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, beberapa kali dia menyalip mobil karena tidak sabar untuk sampai di rumah sakit. Dia takut terjadi sesuatu dengan istri dan anaknya. Hingga setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mobil yang dikendarai oleh Carlos sampai di rumah sakit.
Lelaki Itu pun bergegas turun dari mobil, kemudian berjalan dengan langkah lebar untuk masuk ke dalam rumah sakit.
“Apa Dokter sudah menanganinya?” tanya Carlos ketika sudah berada di depan ruang rawat yang ditempati oleh Naina.
“Hmm, Tuan. Dokter hanya menyarankan agar Nyonya Naina bedrest, dan juga menyarankan agar Nona Naina tidak stress."
Setelah mendengar ucapan Gavin, dan tanpa membalas ucapan kepercayaannya. Carlos langsung memutar gagang pintu Kemudian masuk ke dalam ruang rawat istrinya, dan ternyata Naina sedang melamun, Naina tahu yang datang adalah Carlos tapi dia sengaja tidak menoleh ke arah pintu, karena enggan melihat suaminya.
Carlos maju ke arah Brangkar, “Apa kau bodoh, apa kau ingin mencelakai anak-anakku!" Setelah sampai berangkar, Carlos malah menghardik Naina. Hingga Naina yang tadinya enggan menoleh, langsung melihat ke arah Carlos.
Walaupun sedang merajuk pada Carlos, tapi sebagai seorang wanita tentu saja Naina berharap Carlo sedikit berbicara lembut dan menanyakan keadaannya, tapi ternyata Carlos malah berbicara seperti itu, bahkan raut wajah Carlos juga menatap Naina dengan beringas, seolah Naina mempunyai salah yang besar. Padahal Naina tidak melakukan apapun, kram yang dirasakan murni karena dari kandungannya bukan karena dia kelelahan.
“Ke-kenapa kau memarahiku!” Naina berbicara dengan gemetar, dan entah kenapa Carlos tiba-tiba merasa kesal dengan sikap Naina yang seperti ini, karena menyangka Naina banyak drama.
“Aku tidak peduli dengan apapun yang terjadi padamu ataupun apa yang menimpamu, yang pedulikan Hanya anak-anakku Jadi mulai sekarang, jaga dirimu jangan sampai anak-anakku terluka, jika sampai calon anak-anakku terluka kau akan tahu akibatnya!”
Sebenarnya Carlos tidak berniat mengatakan hal seperti itu, dia hanya ingin menyuruh Naina lebih berhati-hati. Dan karena gengsi, akhirnya Carlos menambahkan kata-kata yang menyakitkan.
Ucapan Carlos bagai sembilu tajam yang menghunus jantung Naina, menyadarkan Naina pada kenyataan yang menyakitkan, Naina terlalu terbuai dengan sikap Carlos kemarin, hingga dia melupakan bahwa mungkin saja Carlos masih menganggapnya mendiang Sandra.
Harusnya Naina tidak merasakan sakit karena dia paham betul posisinya, tapi entah kenapa ketika Carlos mengatakan bahwa hanya peduli pada anak-anaknya saja Naina merasakan rasa sakit.
“Ia-ia, maafkan aku. Aku tidak akan ceroboh lagi.” lagi-lagi Naina menjawab dengan bibir, seperti satu minggu lalu di mana dia menjawab ucapan Carlos ketika Carlos marah dia memindahkan barang Sandra, sedangkan Carlos tetap menganggap Naina mendrama hingga lelaki memutuskan untuk duduk di sofa dan tidak memperpanjang pembicaraan.
Satu Minggu kemudian
Naina dan Carlos turun dari mobil, mereka baru saja sampai di kastil. Ini sudah satu minggu berlalu semenjak Naina dirawat, akhirnya setelah 1 minggu dirawat Naina di perbolehkan untuk pulang.
Selama seminggu ini hubungan keduanya masih sama. Carlos dan Naina jarang sekali bertegur sapa. Selama seminggu ini Naina mulai berpikir, bahwa dia tidak boleh terlalu berani pada Carlos, dia takut menerima kata-kata yang menyakitkan seperti saat itu. Dan dia juga harus mulai sadar tentang posisinya.
Naina sempat terlena dan sempat senang Ketika saat itu Carlos menyuruh semua orang memanggilnya nyonya, dan saat itu Naina berpikir walaupun hubungan pernikahannya dengan Carlos tidak seperti pernikahan lain, tapi ketika Carlos menyuruh semua orang memanggilnya Nyonya, Carlos mengakui dia sebagai istrinya. Tentu saja Naina berharap hubungannya dengan Carlos bisa seperti pasangan lain walau tanpa ada cinta.
Tapi ucapan Carlos yang mengatakan hanya peduli pada anak-anak mereka menampar Naina, bahwa sampai kapan pun posisi mereka tidak akan pernah sama, hingga Naina lebih memilih sadar diri daripada mendengarkan hal yang menyakitkan lagi.
“istirahat di kamar dan jangan pergi kemana-mana!” ucap Carlos ketika mereka masuk ke dalam kastil, sedangkan dia harus pergi ke ruang kerjanya untuk mengurus sesuatu hingga dia langsung memberikan ultimatum pada Naina.
“Hmm, baik!” setelah mengatakan itu, Naina pun langsung berbalik dan berjalan ke arah lift. Ketika melihat punggung Naina tiba-tiba Carlos merasakan perasaan yang aneh, seharusnya dia senang karena Naina tidak bersikap kurang ajar lagi dan tidak pernah membantah apapun yang dia katakan tapi entah kenapa perasaannya mengatakan hal sebaliknya.
****
Waktu menunjukkan pukul 12 malam, Naina melihat ke arah samping memastikan bahwa Carlos sudah tertidur. Setelah yakin Carlos sudah terlelap, Naina perlahan bangkit dari berbaringnya kemudian turun dari ranjang, Lalu setelah itu keluar dari kamar dengan mengendap-endap.
Setelah keluar dari kamar, Naina langsung berjalan ke arah dapur. Tadi Naina sudah makan malam, tapi entah kenapa dia kembali merasa lapar, Tentu saja karena Naina mengandung anak kembar hingga Naina selalu merasa lapar.
Ketika sudah berada di dapur, Naina langsung membuka kulkas, mata wanita cantik itu begitu berbinar ketika melihat makanan yang ada di kulkas. Dia berencana untuk membuat steak dan beberapa hidangan lain.
Carlos jalan ke arah Naina yang sedang bersiap untuk memasak, lelaki tampan itu begitu kesal ketika Naina keluar dari kamar karena tadi ketika Naina menutup pintu, Carlos terbangun.
“kau ini benar-benar menguji kesabaranku!” Carlos berteriak ketika sudah berada di depan Naina. Hingga Naina langsung memegang jantungnya ketika mendengar suara Carlos, dia tidak menyangka Carlos menyusulnya ke dapur.
“Ca-Carlos!" Sekarang Naina begitu ketakutan ketika melihat wajah Carlos yang menatapnya dengan marah.
“Ini sudah tengah malam, waktunya kau istirahat bukan waktunya makan. Kesehatan calon anak-anakku akan terganggu melakukan aktivitas tengah malam, matikan itu cepat kembali ke kamar!” kali ini Carlos memang tidak berteriak, namun tatapannya menatap Naina dengan beringas.
Tentu Saja Carlos tidak akan mengerti hal semacam ini, hingga dia tidak tahu bahwa Naina sedang lapar, dan membutuhkan nutrisi yang extra untuk kedua anak kembar yang sedang dikandung.
“Tapi-tapi Carlos, aku lapar!” Naina memberanikan diri berbicara, membuat Carlos semakin emosi.
“istirahat kubilang!” kali ini Carlos tidak bisa menahan emosinya lagi Hingga dia berteriak dengan kencang membuat tubuh Naina tersentak ke belakang.
“Baik-baik, maafkan aku.” dengan kaki yang gemetar, Naina pun langsung keluar dari area dapur dan berjalan ke arah lift untuk naik ke kamarnya.