kisah seorang gadis desa yang dicintai sang mafia iblis..
berawal dari menolong seorang pria yang terluka parah.
hmm penasarankan kisahnya..ikutin terus ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Queenzya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
terbang ke korea selatan
Setelah tangis Rara mulai mereda, dengan lembut Axel menanyakan kejadian yang sebenarnya menimpa gadis itu dan neneknya.
Dengan suara bergetar dan hati yang remuk redam, Rara menuturkan rangkaian peristiwa mengerikan yang terjadi malam itu.
Axel menggenggam erat jemari Rara, berusaha menahan gejolak amarah yang membuncah dalam dirinya. "Siapa yang tega melakukan ini pada Nek Asih? Apa motif keji mereka?" pikir Axel dengan geram.
"Sekarang... Rara tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, Axel... Rara takut sekali sendirian. Rara tidak mau... tidak mau menikah dengan juragan bondan itu," ucap Rara lirih di antara isak tangisnya, semakin mengeratkan pelukannya pada Axel.
Dengan penuh kasih sayang, Axel memeluk Rara lebih erat. "Sayangku, kamu masih punya aku. Aku berjanji akan selalu berada di sisimu, melindungimu dengan seluruh jiwa ragaku. Aku juga bersumpah akan segera mencari tahu siapa dalang di balik kematian Nenek dan membuat mereka membayar mahal," bisik Axel dengan suara mantap.
Tangis Rara kembali pecah. Melihat kondisi gadis itu yang semakin lemah, Axel dengan cemas memanggil dokter. Tak lama kemudian, dokter datang memeriksa.
"Dia pingsan lagi, Mark. Tadi dia sempat menceritakan tentang apa yang dialami Rara dan neneknya. Setelah lima menit pemeriksaan, Mark mengajak Axel keluar dari ruangan.
"Axel, ikut saya sebentar. Ada hal penting yang perlu kita bicarakan mengenai kondisi Rara," ujar Mark dengan nada serius.
Axel mengikuti langkah Dokter Mark menuju ruang kerjanya. Di sana, Mark menjelaskan dengan hati-hati kondisi sebenarnya yang dialami Rara.
"Menurut pengamatan saya, untuk saat ini, yang terbaik adalah kamu membawa Rara menjauh dari negara ini. Biarkan dia memulihkan diri di tempat yang tenang dan aman," saran Mark dengan penuh pertimbangan.
"Kondisinya sangat lemah, baik fisik maupun mental. Kehilangan neneknya adalah pukulan berat baginya," imbuh Mark dengan prihatin.
Axel terdiam sejenak, menimbang dengan saksama usulan Mark.
"Baiklah, Mark. Terima kasih atas sarannya. Saya akan membawanya ke Korea untuk sementara waktu. Tolong carikan seorang suster yang bersedia menemaninya di sana. Masalah biaya, jangan khawatir, berapa pun akan saya tanggung," jawab Axel dengan tekad bulat.
Setelah keluar dari ruangan Mark, tanpa menunda, Axel segera menghubungi Rico.
"Rico, segera siapkan jet pribadi. Sore ini juga kita terbang ke Korea," titah Axel dengan nada tegas, bahkan sebelum Rico sempat menjawab, Axel sudah memutuskan sambungan telepon.
Rico hanya bisa menghela napas kasar dan menggerutu dalam hati. "Dasar bos gila! Kalau bukan atasan, sudah lama kubuat jadi santapan buaya di kolam belakang!"
Tiba-tiba, Rico menepuk dahinya. Ia baru ingat ancaman Oma sebelumnya. "Ya ampun! Bagaimana kalau Oma tahu Axel tidak datang? Bisa mengamuk tujuh hari tujuh malam!"
Sementara itu, Axel kembali ke sisi Alex dan menghubungi Omanya. Dengan nada dibuat-buat menyesal, ia berkata, "Halo, Oma sayang. Maafkan Axel belum bisa menjenguk Oma hari ini. Ada urusan mendadak di Jepang, masalah penting di markas."
Suara Oma langsung meninggi dari seberang telepon. "Cucu tidak tahu diri! Dunia hitam itu saja yang ada di pikiranmu! Kapan kamu bisa jadi anak baik?!" omel Oma dengan nada membentak.
Dengan terpaksa, Axel menjauhkan ponsel dari telinganya. "Sudah dulu ya, Oma. Sampai nanti," ucap Axel cepat-cepat sebelum Oma kembali meradang.
"Dasar tidak punya tata krama!" gerutu Oma dengan suara kesal yang masih terdengar di ujung telepon.
Senja mulai menyelimuti. Dengan lembut, Axel menggandeng tangan Rara, membimbingnya menaiki tangga menuju jet pribadi yang telah siap landas.
"Kita akan pergi kemana, Axel?" tanya Rara dengan suara pelan, masih menyimpan jejak kesedihan.
Axel tersenyum lembut dan mengecup kening Rara penuh kasih sayang. "Ada kejutan indah menantimu, Sayang. Bersabarlah sedikit," bisiknya menenangkan.
Jet pribadi itu membawa mereka menuju Korea Selatan. Sementara itu, Tomy telah menerima tugas untuk menyelidiki kematian tragis Nek Asih dan mengawasi gerak-gerik Bondan. Rico sendiri kembali disibukkan dengan urusan kantor yang menumpuk.
Usai mengantar kepergian Axel dan Rara, Rico bergegas menuju apartemennya. Belum sempat ia meletakkan tas, dering ponselnya memecah keheningan.
Nama "Oma Tersayang" tertera di layar. Jantung Rico mencelos. Perasaan kaget dan cemas bercampur aduk saat ia mengangkat panggilan itu.
"Selamat sore, Oma," sapa Rico dengan nada sedikit gugup.
"Cepat katakan! Apa si berandal Axel itu sudah benar-benar pergi?" tanya Oma dengan suara tajam.
"Sudah, Nek. Beberapa saat yang lalu saya baru saja kembali dari bandara setelah mengantar mereka," jawab Rico dengan hati-hati.
semua anak buah good Banggt menurut ku kaya di film badabest Banggt 👍
lanjut Thor
Weh Weh obat perangsang dah ga laku lah let lagu lama itu