NovelToon NovelToon
Bidadari Pilihan Zayn

Bidadari Pilihan Zayn

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Hania

“Le, coba pikirkan sekali lagi.”

“Aku sudah mantap, Umi.”

Umi Shofia menghela nafas berkali-kali. Dia tak habis pikir dengan pilihan Zayn. Banyak santri yang baik, berakhlak, dan memiliki pengetahuan agama cukup. Tetapi mengapa justru yang dipilihnya Zara. Seorang gadis yang hobinya main tenis di sebelah pondok pesantren.

Pakaiannya terbuka. Belum lagi adabnya, membuatnya geleng-geleng kepala. Pernah sekali bola tenisnya masuk ke pesantren. Ia langsung lompat pagar. Bukannya permisi, dia malah berkata-kata yang tidak-tidak.Mengambil bolanya dengan santai tanpa peduli akan sekitar. Untung saja masuk di pondok putri.

Lha, kalau jatuhnya di pondok putra, bisa membuat santrinya bubar. Entah lari mendekat atau lari menghindar.

Bagaimana cara Zayn merayu uminya agar bisa menerima Zara sebagaimana adanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Marahlah

 

“Meisya, kamu bisa dengar suara kakak.”

Berlahan-lahan mata Meisya terbuka. Dia menatap Zayn dengan sorot mata yang sayu.

“Ada apa Gus Zayn,”

“Maafkan kakak selama ini tak pernah memperhatikan perasaanmu. Apakah masih ada kesempatan untuk Kakak, agar bisa memperbaikinya?”

“Maksud Gus Zayn.”

“Maukah kamu menikah denganku?”

“Bagaimana dengan Neng Zara?”

“Meskipun umurnya lebih muda darimu, Dia adalah kakak yang baik untukmu.”

Meysha tersenyum. Dia pun mengangguk.

“Baiklah Gus Zayn, Meisya menerimanya.”

“Insyaallah besok kita akan menikah,” ucap Zayn dengan wajah tegang  sambil menahan air mata.

Meisya tersenyum. Tampak raut wajahnya bersemu merah. Sorot matanya tak lagi sendu, cerah dan bercahaya. Sebagai tanda bahwa secercah kehidupan telah kembali.

Zayn tersenyum lega. Ini berarti keputusannya tidak salah.

Tanpa mereka sadari, Zara telah tiba. Dia yang ingin menyampaikan keberhasilannya seketika terpaku di tengah pintu.

Dia melihat semuanya. Mendengar semuanya, apa yang dikatakan oleh Aa Gus kepada Meisya.

Ia tercekat. Ia tak percaya. Tak sangka  suaminya melamar seseorang di depannya secara langsung.

Hatinya bergolak tak menerima. Ia pun berlari meninggalkan mereka dengan air mata yang meluncur deras dari sudut matanya.

Zayn yang sekilas melihatnya, segera berpesan pada Meisya.

“Meisya, kamu bersama Khadijah dan Umi dulu ya. Sampai besok, kita menikah.”

Meisya mengangguk. Dia mengizinkan Zayn mengejar Zara.

Zayn segera berlari mengejar Zara yang berlari belum begitu jauh.

“Neng, tunggu!” panggilnya.

Zara terus berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit menghindar dari Zayn sampai ke pintu dia datang.

Di depan rumah sakit, dia berhenti sejenak, mencoba memanggil go-car. Namun belum sampai dirinya membuka aplikasi, Zayn telah berdiri di sampingnya.

“Neng, ayo kita pulang! Kita selesaikan di rumah.” kata Zayn sambil meraih tangan Zara.

“Lepaskan,” teriak Zara sambil menangis.

Zayn segera memeluk Zara dengan erat. Membiarkan Zara menangis di dadanya. Biar saja mereka menjadi pusat perhatian. Yang penting, istrinya bisa tenang.

Jangan dikira sedihnya hati Zayn saat ini. Hanya saja, dia menyimpan semua itu dalam diam.

“Menangisnya diteruskan di sini atau di rumah?” tanyanya dengan canda.

Zayn tahu Zara gadis penurut. Tidak perlu paksaan agar Zara mau mengikuti kemauannya. Dia membiarkan Zara menangis. Namun berlahan-lahan ia menuntun tubuhnya untuk melangkah bersama.

Begitu tiba di mobilnya, dia segera membuka pintu dan mendudukkannya dengan baik dan menutup pintu dengan rapat. Sebelum ia menempatkan dirinya di balik kemudi.

Zayn berdiam sejenak. Untuk menata hatinya yang sekarang ini sedang kacau balau. Agar siap mengemudikan mobilnya.

“Kita pulang ya,”kata Zayn sebelum mengemudikan mobilnya. Ia berusaha untuk berkomunikasi dengan Zara, meski belum mendapat tanggapan.

Tapi dia akan tetap berusaha. Agar Zara segera sadar dan tak larut dalam kesedihan.

Berulang kali, Zayn menengok Zara. Untuk mengetahui keadaannya.

Tangisnya mulai melemah. Tapi tetes air mata tak berhentiengalir dari sudut matanya.

 “Maafkan Aa ya. Aa Salah.”

 Zara tak bereaksi. Bahkan kini wajahnya dia tutupi dengan tissu.

Zayn menghela nafas dalam-dalam. Hatinya teriris melihat airmata Zara yang tak berhenti mengalir. Keputusannya yang sepihak membuat Zara benar-benar terluka.

“Neng,  sudah sampai. Turun yuk!” ajak Zayn begitu berhasil memarkirkan mobilnya di depan rumah.

Zara tak bereaksi.

Zayn tak mau mengusiknya. Dia pun tetap di dalam mobil. Duduk diam, sambil sesekali melihat Zara.

“Biarkan aku sendiri, Aa Gus.” Akhirnya Zara bicara juga setelah sekian lama Zayn menunggu.

“Tidak. Aa mau menemani Neng di sini.”

Zara tak bicara sepatah katapun lagi. Dia segera keluar dari mobil. Berjalan cepat meninggalkan Zayn yang mencoba menyusulnya.

Begitu sampai di kamar mereka, Zara segera memutar kuncinya dan masuk. Dan dia menutup pintunya dengan sangat keras.

Untung saja, Zayn cepat sampai. Dia menahan pintu itu dengan telapak tangannya. Tangan terjepit.

Ups... cukup sakit juga. Tapi tak apalah, asalkan dia tidak terkunci luar. Meski dengan meninggalkan garis merah yang amat mencolok di telapak tangannya.

Setelah Zayn berhasil masuk, Dia segera mengunci pintunya. Agar tak sampai ada orang yang tahu dengan pertengkaran mereka.

Dia menatap Zara dengan sedih.

“Neng,” panggilnya lembut.

Bukannya mendapat sambutan hangat, justru Zara memalingkan muka dengan marah. Zara tak peduli dengan Zayn. Dia benar-benar sakit hati dengan keputusan Zayn.

Zayn sadar benar dengan keadaan Zara yang tak berbeda jauh dengan dirinya saat ini. Yang merasa tertekan dengan keadaan Meisya. Jika Zara bisa marah pada dirinya. Namun dia akan marah pada siapa. Tak ada. Selain menerima ini dengan lapang dada.

“Aku mau pulang,” teriak Zara.

“Pulang ke mana, Neng. Di sini lah rumah Neng.” Zayn mencoba bersabar, dia tak ingin terbawa emosi dengan keadaan istrinya yang masih terpukul dengan keputusannya.

“Bukan. Aku mau pulang ke rumah Bunda,” Teriak Zara lagi.

“Oke. Aku juga sedang kangen Bunda. Nanti kita sama-sama ke sana.” Zayn menjawabnya dengan tenang.

Tapi sesabar-sabar dirinya, setenang-tenang dirinya. Menghadapi tekanan yang sedemikian berat akan runtuh juga pertahanannya.

Dia pun menjatuhkan dirinya di hadapan Zara.

“Neng, boleh marah ke Aa. Boleh pukul-pukul Aa, boleh lempar-lempar apa pun ke Aa. Tapi tolong jangan halangi keputusan Aa. Aa juga tertekan, Neng. Sangat tertekan.

Kita selama ini yang merawatnya, kita tahu keadaannya. Dan kita tahu berapa lama lagi umurnya. Aku mohon Neng, ijinkan Aa melakukan kesalahan ini.

Ya, Neng. Ini adalah kesalahan yang harus Aa tanggung,” ucap Zayn dengan mata yang berkaca-kaca.

Zara tertegun. Melihat suaminya yang berjongkok di hadapannya. Dia tak tahu, bahwa dibalik diamnya ternyata menyimpan beban yang sangat berat. Hati Zara pun luruh. Hilang sudah kemarahannya

“Aa Gus,” ucap Zara.

“Ya Neng.” Dia tak mampu menatap Zara.

Zara pun berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Zayn.

“Maafkan Neng, Aa Gus.”

“Neng nggak salah. Neng sudah benar. Justru Aa yang salah, membuat Neng marah,” ucapnya sedih.

Zara mengajak Zayn berdiri, membawanya duduk di atas kasur.  

“Aa Gus, boleh ya.” Ucap Zara memohon sambil merebahkan kepalanya di pangkuan Zayn.

“Sangat boleh,” jawab Zayn dengan senyum dikulum.  

“Aa Gus kok gitu sih. Mana tangan Aa Gus,” kata Zara manja.

Biasanya begitu dia rebahan, tangan Gus Zayn akan membelai rambutnya. Tapi ini kok, tidak.

“Kangen ya?”

Hehehe

“Aa lebih kangen, Neng.” kata Zayn sambil mengakat kepala Zara. Seketika membuat Zara cemberut.

“Sini!” Zayn menepuk bantal di sebelahnya. Menyuruh Zara rebahan di sampingnya.

“Sudah hafal doanya?”

Zara mengangguk.

“Wah, Aa sudah boleh buka puasa nih.”

“Tapi lembar terakhir, Neng belum setor ke umi.”

Umi...Umi... Bagaimana ini. Anggap saja ini sebagai imbalan atas permintaan kalian yang hampir-hampir membuat kami berperang hebat.

1
RaDja
menarik semangat sukses sehat selalu terima kasih
RaDja
Meisya
sejatinya mencinta dalam diam itu lebih baik apalagi yang kau cintai telah dimiliki oleh orang lain berarti memang bukan jodoh
jika masih tetap memaksa sungguh dirimu smakin terluka
cinta yang sesungguhnya akan bahagia dengan kebahagiaan orang yang kita cintai meski akhirnya bukan kamu yang disisinya

ikhlaslah dengan takdir
cinta itu suci murni jangan dinodai dengan keegoisan memanfaatkan kesempatan
Wira Putri Bia: sedikit tersentil dengan kalimat nya kk, semoga saya bisa mengambil hikmah nya dan ikhlas melepasnya
hania: benar sekali Kak...
total 2 replies
hania
maaf jika di bab ini banyak yang marah dengan alur cerita yang mungkin tidak memuaskan para reader .

tapi begitu alurnya.

mohon bersabar ya...🙏🙏
emma
mf thor ak unfollow.
ak black list cerita author klo kyk gini.
mending zara g setor amalan baca surat yg akhirnya di poligami.
by lah ga suka ceritanya
emma
kan ak pling benci cerita nya gini. jd males baca kelanjutan nya.
palagi yg berhubungan dgn pesantren. trs byk yg poligami apapun alasan nya.
entah itu kyai ustad ulama pling g suka klo mrka pny istri lbh dari 1
Mami Pihri An Nur
Ga seru, harus nya zara prgi sj tinggalkn suaminya bikin dia menyesal,, kak thor ga seru deh
Anto D Cotto
menarik
hania: terima kasih kakak
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Anto D Cotto: seep 👌👍
hania: akan saya coba kakak
total 2 replies
Rian Moontero
mampiiiir🖐🤩🤸🤸
hania: makasih kakak
total 1 replies
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat dan nggak ada drama'' poligami.a ya Thor
hania: Beres kakak 😍
total 1 replies
hania
terimakasih kakak
❤️⃟Wᵃfℛᵉˣиᴀບͤғͫᴀͣⳑ🏴‍☠️ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
bagus ceritanya seru kayaknya lanjut kak
hania: ok kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!