Mikha merupakan seorang agent yang sangat cantik. Bukan hanya cantik, namun
dia juga mempunyai banyak keahlian.
Karena kecantikannya tidak sedikit pemuda yang jatuh cinta kepadanya.
Mikha harus tewas saat ia sedang menjalani sebuah misi. Tubuhnya hancur lebur dikarenakan bom.
Namun ternyata dia masih diberikan kesempatan kedua di dunia yang yang penuh dengan intrik dan siasat licik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua pilihan
Jika seharusnya Hyun dan Pangeran Ji Won kembali ke jalan yang mereka lalui sebelumnya, maka kini sebaliknya.
Pangeran Ji Won mengajak Hyun melalui jalan yang berlawanan. Mereka juga keluar dari desa Ruo tanpa menggunakan kuda.
"Bagaimana ini, Kak?"
Mereka berhasil keluar dari desa Ruo karena penjagaan di perbatasan tidak seketat sebelumnya. Tapi kini mereka sadar kenapa penjagaannya tidak ketat.
Di depan mereka ada jurang yang cukup dalam. Hanya ada dua pilihan bagi mereka saat ini. Melanjutkan perjalanan atau kembali ke desa Ruo.
Jika mereka melanjutkan perjalanan maka mereka harus melalui jurang tersebut. Namun bagaimana mereka harus melaluinya?
"Menurutmu bagaimana?"
"Bagaimana kalau kita kembali saja ke desa Ruo?"
"Tudak!"
"Terus bagaimana dong?"
"Sepertinya aku tidak punya pilihan lain..."
Setelah mengucapkan hal itu, pangeran Ji Won langsung membawa Hyun kedalam gendongannya. Hyun terkejut dengan tindakan yang dilakukannya.
Baru saja dia hendak memberontak, namun pangeran Ji Won sudah melompat kedalam jurang. Dia merasa jantungnya ingin berhenti karena terkejut.
Mereka berhasil mendarat dengan sempurna dibawah. Ilmu meringankan tubuh pangeran Ji Won tidak diragukan lagi.
Pangeran Ji Won menurunkan Hyun ketanah dengan lembut. Kemudian menatap Hyun yang masih terbengong karena tindakannya.
"Kamu baik-baik saja kan?"
"Kenapa kakak langsung loncat begitu saja? Hampir saja jantungku berhenti berdetak karena terkejut," protes Hyun dengan mata melotot.
Pangeran Ji Won terkekeh mendengarnya. Membuat Hyun bertambah jengkel.
"Maaf...tapi dari pada harus kembali ke desa Ruo, aku lebih suka melakukan hal seperti tadi," ucap pangeran Ji Won dengan enteng.
"Tapi hal tadi bisa membahayakan keselamatan kita berdua."
"Buktinya kita baik-baik saja. Apa yang perlu di khawatirkan?"
"Tapi _"
"Bicaranya dilanjutkan nanti saja. Sekarang lebih baik kita kembali berjalan agar tidak terjebak didalam hutan."
Hyun langsung memperhatikan kondisi sekitarnya. Benar...kini mereka berdua berada di bawah tebing yang cukup tinggi. Banyak pohon besar yang tumbuh di sekitar.
"Memangnya kemana kita akan melangkah?"
"Yang penting jalan dulu. Ayo!"
Pangeran menggenggam tangan Hyun dan mengajaknya untuk berjalan. Hyun tidak lagi protes. Bagaimanapun dia sudah ada disini mau protes pun tidak ada gunanya lagi.
Keduanya terus berjalan menyusuri hutan. Sesekali mereka berhenti untuk istirahat dan mencari makan.
Di sepanjang jalan keduanya berkali-kali bertemu dengan binatang yang ada di hutan itu. Mulai dari hewan kecil hingga hewan yang berbahaya.
Pangeran Ji Won dan Hyun lebih memilih menghindar dari pada membuat masalah dengan hewan-hewan itu.
Keduanya berada didalam hutan selama tiga hari tiga malam. Untuk mengisi perut, mereka mengandalkan kelinci, ayam hutan serta buah-buahan
Akhirnya tibalah mereka disebuah desa. Keduanya sangat bersyukur bisa keluar dari hutan.
"Memangnya kita akan kemana, Kak?"tanya Hyun.
"Entah. Yang penting kita sudah keluar dari desa Ruo."
"Aku jadi penasaran. Siapa yang menginginkan nyawa kak Ji Won sebenarnya? Hingga kakak lebih memilih terjun sebelumnya."
"Jangan keras-keras. Angin pun punya telinga,"ucap pangeran Ji Won sambil berbisik.
Hyun menoleh kekanan dan kekiri. Suasana cukup sunyi.
"Memangnya siapa yang akan dengar. Orang saja tidak ada," cebik Hyun dengan cemberut.
"Siapa tahu saja."
Hyun tak menyahut. Dia lebih memilih memperhatikan situasi di sekelilingnya. Entah kenapa sejak memasuki desa ini, ia belum bertemu dengan seorangpun.
Melihat Hyun terdiam pangeran Ji Won merasa bersalah. Tapi dia memang belum siap jika harus jujur dengan identitasnya.
"Maaf..."
"Kenapa harus minta maaf?"
"Karena aku belum bisa menceritakan semuanya."
"Tidak masalah. Ngomong-ngomong kakak pernah ke desa ini?"
"Belum pernah. Ke desa Ruo saja baru kali ini," jawab pangeran Ji Won jujur.
"Hyun kira kakak sudah sering kesana. Kok tidak tersesat?"
"Dao dan yang lain pernah kesana. Jadi kita tidak tersesat."
"Oh...apa kakak tidak merasa ada yang aneh dengan suasana desa ini?"
Pertanyaan Hyun membuat pangeran Ji Won mengerutkan keningnya. Kemudian memperhatikan sekitarnya. Tapi dia tidak melihat ada yang aneh.
"Aneh kenapa?"
"Sejak kita masuk kedalam desa ini, aku tidak melihat satu orang pun."
"Apanya yang aneh. Di siang hari seperti ini banyak orang yang meluangkan waktunya untuk bekerja. Entah itu untuk bertani, berdagang atau yang lainya. Jadi tidak aneh lagi jika kita tidak bertemu dengan seorangpun."
"Ucapan kak Ji Won memang benar. Tapi di desa Karo bahkan di desa yang sudah kita lewati sebelumnya tidak ada kejadian seperti ini. Bukankah didesa lain juga banyak petani dan pedagang tetapi keadaannya tidak seperti desa ini."
Mendengar ucapan Hyun, pangeran Ji Won mulai berfikir. Dia akhirnya menyadari jika ucapan Hyun masuk akal.
"Benar juga. Apa kamu punya jawabannya?"
"Kalau aku tau jawabannya tidak mungkin aku tanya kakak," sindir Hyun dengan sarkas.
"Apa mungkin ini yang disebut desa mati?" gumam pangeran Ji Won namun masih bisa di dengar oleh Hyun.
"What!!! Desa mati?"