NovelToon NovelToon
Dikhianati Tunangan Dinikahi Pria Mapan

Dikhianati Tunangan Dinikahi Pria Mapan

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:47.4k
Nilai: 5
Nama Author: Itta Haruka07

Kelahiran bayi hasil pengkhianatan tunangan dan adiknya, membuat Nara merasakan puncak kehancuran. Rasa frustrasi dan kecewa yang dalam membuat Nara tanpa sengaja menghabiskan malam dengan seorang pria asing.
“Aku akan bertanggung jawab dan menikahimu.” -Daniel Devandra Salim
“Menikah dengan pria asing? Apakah aku bisa bahagia?”
“Seluruh kekayaanku, akan kugunakan untuk membahagiakanmu.”
Dalam pernikahan yang dikira menjadi jalan bahagia, Nara justru menemukan sebuah fakta yang mengejutkan tentang Devan yang tidak pernah dia sangka. Di saat yang sama, ipar alias mantan tunangannya mencoba meyakinkan Nara bahwa dia hanya mencintai wanita itu dan menyesal telah mengkhianatinya.
Akankah Nara berhasil mendapatkan kebahagiaan dalam pernikahannya dengan Devan?
Ataukah dia mengalami kegagalan dan kembali pada mantannya?
*
*
Follow IG @ittaharuka untuk informasi update novel ini ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruang makan apartemen. Nara, dengan riasan minimalis dan kemeja putih yang rapi, terlihat bersemangat.

Devan, yang baru saja keluar dari kamar mandi, menatap istrinya dengan heran. “Kamu mau ke mana?” tanya Devan, keningnya sedikit berkerut. “Pagi-pagi sudah rapi begini. Mau melamar kerja?” Nada suaranya terdengar sedikit cemburu, walaupun ia berusaha menyembunyikannya.

Nara tertawa kecil, senyumnya merekah. “Hari ini aku punya dua kabar baik untukmu, Dev” katanya, suaranya bersemangat. “Yang pertama … aku datang bulan. Jadi, aku tidak hamil.” Ia menekankan kata "tidak hamil" dengan nada yang penuh kelegaan. “Aku senang, aku tidak mengikuti jejak Renata.” Senyumnya menunjukkan rasa syukur yang tulus.

Devan tampak gugup, tangannya memegang cangkir kopi dengan sedikit gemetar. Ia berusaha untuk tetap tenang, mencoba untuk tidak menunjukkan kekhawatirannya. “Dan kabar kedua?” tanyanya, suaranya sedikit serak.

Nara jadi semakin bersemangat menceritakannya. “Aku diterima kerja!” serunya, matanya berbinar-binar. Ia melompat kecil kegirangan, memeluk Devan dengan erat. “Aku sangat senang, Dev! Aku diterima! Dan aku bisa langsung kerja!”

Devan memeluk Nara dengan erat, mencoba untuk menyembunyikan kekhawatirannya. “Selamat, Nara!” katanya, suaranya terdengar sedikit parau. “Kamu keterima kerja di mana? Kerja apa?” Ia bertanya dengan hati-hati, mencoba untuk tidak menunjukkan kecemburuannya.

Nara melepaskan pelukannya, senyumnya sedikit berubah. Senyumnya sekarang lebih misterius, lebih penuh teka-teki. “Sebagai staff keuangan biasa,” jawabnya, suaranya lembut. “Bukan di perusahaan bonafit.” Ia sengaja tidak menyebutkan nama perusahaan tempat ia bekerja karena takut Devan akan marah. “Ayo sarapan,” katanya, mengajak Devan ke meja makan dengan senyum yang berbeda—senyum yang menyimpan sebuah rahasia. Rahasia yang mungkin akan segera terungkap.

**

Mentari pagi masih malu-malu menampakkan diri saat Nara memasuki gedung pencakar langit tempat ia akan memulai babak baru dalam hidupnya. Detik-detik berjalan lambat, menambah debar jantungnya.

Hari pertama kerja, Nara harus memastikan tidak terlambat. Ia memilih untuk berangkat lebih awal dari Devan, suaminya, Direktur Utama perusahaan ini—sebuah rahasia yang masih ia sembunyikan rapat-rapat.

Di lobi, yang mulai ramai dengan karyawan yang bergegas menuju tempat kerja mereka, Nara menemukan Anya, sahabatnya yang telah membantunya mendapatkan pekerjaan ini.

Anya, dengan tas kerja yang modis dan senyum lebar, melambaikan tangan. “Nara!” sapa Anya, suaranya bersemangat. Ia langsung merangkul lengan Nara, menariknya ke dalam pelukan singkat.

“Kamu benar-benar hebat bisa membuatku diterima secepat ini,” ujar Nara, suaranya bercampur syukur dan rasa haru. “Aku pasti akan membalas kebaikanmu ini.”

Anya tertawa, suaranya terdengar riang. “Aku bisa melakukan apa pun demi tas branded dari kamu, Nara!” katanya, sambil terkekeh. “Lagi pula, kamu juga punya kemampuan dan pengalaman. Mana mungkin mereka melepaskanmu begitu saja. Hanya orang bodoh seperti Endra yang melakukannya.” Ia menyebutkan nama mantan pacar Nara, sekaligus atasannya itu dengan nada mengejek.

Nara mengangguk pelan, senyumnya sedikit redup. Ia masih teringat betapa beratnya ia harus berjuang untuk keluar dari perusahaan sebelumnya.

“Kamu nggak lupa sama janjimu, ‘kan?” tanya Anya, suaranya sedikit menggoda. “Jadi, kapan aku dapat tas baruku?” Matanya berbinar-binar penuh harap.

Nara memasang wajah memelas. “Nanti setelah gajian, ya,” jawabnya, suaranya terdengar sedikit lesu. “Tabunganku masih terlalu tipis buat beli barang mahal.”

Tanpa menunggu jawaban Anya, Nara langsung menarik tangan sahabatnya itu menuju lift. Tampak kerumunan karyawan yang sedang menunggu. Suasana ramai dan sedikit berisik.

Anya berbisik, suaranya nyaris tak terdengar di tengah hiruk-pikuk. "Memangnya Pak Devan tidak memberimu uang?"

“Ssttt … ” Nara dengan cepat menutup mulut Anya dengan tangannya, menahan agar sahabatnya itu tidak bersuara lebih keras.

Mereka sudah hampir sampai di depan lift, dan Nara tidak ingin rahasianya terbongkar. Ia menarik Anya masuk ke dalam lift, dengan hati berdebar-debar.

**

Mentari sore menyinari ruangan kerja Devan, menyorot permukaan meja kerjanya yang mengkilap. Devan duduk tegak di kursi kerjanya yang nyaman, wajahnya dipenuhi garis-garis kelelahan.

Di atas meja, berkas-berkas laporan tertata rapi, tetapi satu berkas khusus—laporan akuisisi saham Antariksa Hotel—terletak di tengah, seakan-akan menjadi pusat perhatian.

Dio, sekretarisnya yang muda dan cekatan, masuk dengan tenang. Ia meletakkan secangkir kopi hitam di atas meja, lalu melaporkan dengan nada datar, “Sebagian besar pemegang saham Antariksa Hotel masih menolak tawaran kita, Pak. Bahkan beberapa pemegang saham yang berbasis di luar negeri juga belum memberikan respon positif.”

Devan menghela napas panjang, suaranya berat. “Aku sudah menduga ini,” katanya, suaranya terdengar lesu. Ia mengusap wajahnya dengan telapak tangan, memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. “Dia … dia memang licik.” Ia berbicara lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Dio.

Devan memikirkan bagaimana pamannya, Danu, telah merampas hak warisan neneknya, dan bagaimana ia harus berjuang keras untuk mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi milik keluarganya.

Ia kembali menatap berkas laporan di mejanya. Antariksa Hotel, sebuah hotel mewah yang didirikan oleh kakeknya, merupakan aset penting yang dirampas oleh Paman Danu bertahun-tahun yang lalu. Devan bertekad untuk mendapatkan kembali hak warisan untuk neneknya itu. Ia telah berusaha keras, menawarkan harga yang tinggi, tetapi masih banyak pemegang saham yang enggan melepas saham mereka.

“Baiklah, Dio,” kata Devan, suaranya lebih tegas sekarang. “Beli saja saham yang bisa dibeli. Jangan buang waktu untuk yang ngotot. Untuk pemegang saham yang lain, tingkatkan tawaran harga kita. Berikan penawaran yang lebih tinggi, yang tidak bisa mereka tolak.” Ia menatap tajam ke arah Dio.

Dio mengangguk hormat. “Baik, Pak. Saya akan segera menindaklanjutinya.” Ia mengambil berkas laporan yang telah ditandatangani Devan dan pamit meninggalkan ruangan.

Devan kembali menatap berkas laporan itu, matanya berkilat-kilat. Ia tahu bahwa jalan untuk mendapatkan kembali warisan kakeknya tidak akan mudah. Ia harus lebih cerdik dan lebih agresif. Ia harus memenangkan pertempuran ini. Ia harus mendapatkan kembali Antariksa Hotel.

Dio menutup pintu ruangan Devan dengan lembut. Keheningan yang tiba-tiba terasa mencekam, diiringi oleh perubahan suhu yang dingin. Cahaya matahari sore yang sebelumnya hangat, kini terasa redup dan dingin, menegaskan perubahan suasana yang terjadi. Di wajah Devan, perubahan mulai terlihat.

Garis-garis kelelahan di wajah pria tampan itu seakan lenyap seketika, diganti oleh ekspresi yang dingin dan tajam. Matanya, yang tadinya redup, kini berkilat-kilat dengan intensitas yang menakutkan. Posturnya pun berubah, lebih tegap dan penuh percaya diri.

Bukan Devan yang ada di sana sekarang, melainkan … Bara.

Bara tersenyum tipis, sebuah senyum yang tidak mencapai matanya. Ia meraih cangkir kopi hitam yang ditinggalkan Dio, mengangkatnya ke bibirnya, lalu meneguknya dalam satu tarikan napas. Gerakannya cepat dan pasti, berbeda jauh dari Devan yang biasanya tenang dan terukur.

Ia menatap berkas laporan akuisisi saham Antariksa Hotel, jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan irama yang teratur. “Harga yang lebih tinggi, ya?” gumamnya, suaranya berat dan bernada mengancam. “Mereka pikir uang bisa membeli segalanya?”

Bara bangkit dari kursinya, berjalan ke arah jendela. Ia menatap gedung-gedung pencakar langit di kejauhan, tetapi pandangannya kosong, seakan-akan melihat sesuatu yang jauh lebih jauh dari cakrawala kota.

“Danu,” bisiknya, suaranya dingin dan penuh dendam. “Permainan ini belum berakhir.” Ia mengepalkan tangan membuat urat-urat di lengannya menegang. “Aku akan mengambil kembali apa yang menjadi hakku.” Senyum tipisnya kembali muncul, lebih dingin dan lebih mengancam dari sebelumnya. Ia berbalik, menatap berkas laporan itu sekali lagi, sebelum mengambil telepon genggamnya dan mulai menghubungi seseorang. Permainan baru dimulai.

***

Gimana, alur ceritanya gaess, semoga gak bikin bingung yak 😂😂 Like dan komennya jangan ketinggalan 💋💋💋

1
Azam Alpalak
ini yakin orang segini banyaknya gak hafal ayat kursi
Reni Anjarwani
kok aneh yaa devan
宣宣
sini aku peluk bang , biar amnesia mu sembuh 🤭🤭🤭😜😜😜🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
pasti ada pemicu yang membuat sisi gelap Dave bangkit ,Nara ,Nara pasti bisa membuat Dave mengontrol emosi nya 🥹🥹🥹🫂🫂🫂🫂🫂🫂🥳🥳🥳🥳🥳🥳
K4RL4
trauma di masa lalu yg jd pemicunya dan hrs di sembuhkan, obatnya di nara. semangat nara.
K4RL4
mo di bikin ena² y, dev 🤭
tau ach
mas Devan mau tanya....jadi gak nih unboxing Nara nya.....
tau ach: 😂😂😂😂😂😂
*Septi*: nggak jadi, soalnya kalian ngintip 🤣🤭
total 3 replies
syahrizal siregar
srru thor lnjit up
Dien Elvina
Nara harus bisa mengobati Devan, yg seperti punya dua kepribadian..mungkin dgn mereka bersatu 🤭
yuning
gimana orang yang punya dua kepribadian bisa sembuh
Adinda
devan kerasukan
宣宣: bukan kerasukan,tapi memiliki dua personaliti biasanya diakibatkan oleh trauma masa lalu dan personaliti kedua itu muncul untuk melindungi diri .... personaliti Bara muncul karena merasa Devan lemah dlm menghadapi masalah....
total 1 replies
Yati Siauce
dulu aq ada temn kyk gini...in persis bngt kisah temnku klo lg mrh ktnya dia d rasuki tmn masa kecilnya...istri ny tkut...tp sekrg mereka dah pisah
Khairul Azam
mungkin klau bercinta bisa sembuh itu bang devan🤭
tien@wahyuni
apakah bara alter ego devan..? 🤔
Muh Alvin Alfarizky
duh ini gimana caranya biar Devan bisa sembuh Thor
Ayu Ning Ora Caantiikk
kok bisa tubuh devan di kuasai bara... apa yg terjdi dan gimna nyembuhinnya
Lsari
bagus ceritanya
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
ko bisa ya devan bara jelasin boleh nga ni thor
🍒 ig@ittaharuka 🍒: jelasinnya lewat cerita berkelanjutan mak 😂😂
total 1 replies
K4RL4
aku prnh nonton drakor, dia pny 7 kepribadian. dg sabar si cewe menyatukan kembali
K4RL4: Kill me Heal me, aktornya Ji Sung. ni drakor ud jadul bgt.
🍒 ig@ittaharuka 🍒: kak, judulnya apa??
aku butuh referensi soalnya 😂😂
total 2 replies
K4RL4
klo bara yg muncul, mslh bs teratasi dg baik walo ad tragedi, seru nih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!