NovelToon NovelToon
Sepupuku, Canduku

Sepupuku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Trauma masa lalu
Popularitas:1M
Nilai: 4.9
Nama Author: alfajry

Gagal menikah karena calon suaminya selingkuh dengan sesama jenis, ternyata membuat Bulan tidak lagi menyukai laki-laki bertubuh atletis seperti yang telah menjadi kesukaannya. Dia bahkan menganggap laki-laki bertubuh kekar semua sama seperti Andra, mantan tunangannya.

Lalu ia dikirim ke rumah kakak dari sang ibu, dan bertemu dengan Samudra Biru, sepupu yang sama sekali tak dilirik Bulan karena traumanya terhadap laki-laki. Berbeda dengan Samudra Biru yang ternyata juga dosen Bulan di kampus, Biru menyukai Bulan dengan segala keanehannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menggoda Biru

Matahari mulai menyingsing. Cicitan burung yang ada di balkon kamar menandakan bahwa pagi telah datang. Alarm dari alam untuk membangunkan Bulan agar tidak terlambat kuliah telah berbunyi. Namun pagi ini, mata Bulan rasanya berat untuk terbuka.

Ada rasa hangat dan nyaman yang membuat Bulan enggan membuka mata. Dia mengusap-usapkan pipinya di bantal yang mendadak membuatnya nyaman dan ingin kembali tertidur.

Biru tersenyum. Dilihatnya Bulan kembali mendengkur dan terlihat nyaman sekali di dekapannya.

Tangan Biru menyelipkan anak rambut yang berserak di wajah gadis itu. Dia teringat dengan ucapan papanya malam tadi. Nampaknya, papanya itu tahu kalau dirinya dan Bulan memiliki hubungan dan langsung memberinya peringatin agar ia menjauhi Bulan. Mereka tidak boleh bersatu. Biru tidak mengerti kenapa sang papa begitu melarangnya dengan peringatan keras soal ini. Padahal sebenarnya tidak ada larangan hubungan cinta pada sepupu.

Bulan merasakan sentuhan di pipinya. Kelopak matanya perlahan terbuka.

"Bangun, malah tidur lagi."

Eh?

Bulan tersadar sesaat suara bariton Biru yang tertangkap di telinganya membuat gadis itu buru-buru membuka mata. Dia diam tatkala yang ada di depan matanya adalah tubuh seseorang tanpa baju.

"Morning, sayang."

Bulan mendongak, dia mematung dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka. Mimpikah ini? Masih terlalu pagi, dan.. kenapa Biru ada disini?

Biru tersenyum cerah, paginya terasa indah sekali, ya. Apalagi disuguhi wajah bingung Bulan yang masih tetap memeluk tubuhnya dengan kedua tangan melingkar di pinggang. Gadis itu mendongak, bola matanya terus menatap Biru tanpa kedip dan alis yang mengerut.

Gemas, Biru mengecup kening Bulan. Membuatnya langsung tersadar dan memundurkan badan.

"K-kak...!!"

"Iya?" Biru enggan bangkit dari tempatnya. Ia menghadap ke arah Bulan dengan tangan kiri menyanggah kepala.

"K-kenapa disini??" Bulan memperhatikan seluruh tubuhnya. Dia masih lengkap dengan piyama tidur. Tidak melakukan apa-apa, kan?

"Saya ngga apa-apain kamu, kok." Biru duduk. "Tadi malam saya ga bisa tidur. Jadi saya masuk cuma mau liat kamu aja. Ngga taunya kamu tarik dan peluk saya. Ya.. mau gak mau saya jadi tidur disini." Jelas Biru.

"Bohong banget!" Cebik Bulan, dan mendapat tawa dari lelaki itu.

Kini pandangan Bulan terkunci pada perut Biru yang Sixpack. Dada bidang dan celana pendek yang membentuk dan menunjukkan paha keras. Tadi dia tidur sama lelaki itu dalam keadaan tubuh yang begitu??

"Cepat siap-siap. Kita pergi bareng. Hari ini ada ujian, nilai kamu ga boleh anjlok." Biru berdiri dan bersiap pergi.

"Ujian?? Kok mendadak!"

"Memang gitu. Saya mau liat, kalian beneran ngerti nggak, selama pelajaran saya."

"Ngga bisa gitulah! Aku kan, ga belajar, kak! Ah, aku ga mau masuk kalau gitu!" Bulan ngambek. Bisa-bisanya dia yang paling dekat dengan Biru, tapi tidak tahu ada ujian hari ini.

Melihat Bulan cemberut begitu membuat Biru menghela napas. "Ya, udah deh. Saya tunda sampai minggu depan. Puas?"

Barulah Bulan tersenyum lebar, memberi tanda 'oke' dengan jarinya. Biru menggeleng pasrah, kemudian masuk ke kamarnya melalui pintu penghubung.

Setengah jam kemudian, Biru kembali membuka pintu tanpa peduli sedang apa Bulan di dalam. Bulan pula, sudah tahu kalau Biru sesuka hatinya masuk ke dalam kamarnya. Maka dia tidak pernah lagi memakai baju diluar kamar mandi. Khawatir lelaki itu masuk ketika dia tengah tidak memakai apa-apa.

"Bulan." Kepala Biru melongok masuk. Dia menoleh kesana kemari mencari Bulan. Gadis itu membelakanginya, menyusun buku untuk ia bawa hari ini.

"Siapa?" Tanya Bulan datar tanpa menoleh ke arah Biru.

Biru mengerti arah pertanyaan itu. Sejak pertama kali Biru menyebut 'sayang', Bulan tak ingin lagi dipanggil namanya.

Dia tersenyum, "Sayang, bisa kesini sebentar?"

Barulah Bulan berjalan mendekat.

"Bantukan saya pilih baju."

"Hm? Tumben. Biasanya kakak paling bisa soal gaya."

Biru menarik tangan Bulan dan membawanya masuk ke kamarnya. Biru membuka lemari, meminta Bulan memilihkan pakaiannya.

Bulan bukannya memperhatikan, ia justru menatap lekat-lekat tubuh Biru dari atas sampai bawah. Lelaki itu memakai jubah mandi yang bagian atasnya terbuka lebar, memperlihatkan bidang dada lebar milik Biru yang menyelerakan.

'Tadi.. aku tidur di dada seluas Samudra itu, kan? Pantas aja nyaman dan buat mager seharian. Wah, kayaknya aku bakalan sulit tidur sendiri nih, kalau udah ngerasain yang enak-enak gini.'

Bulan terbelalak kaget saat Biru malah membuka bagian atas bathrobe-nya hingga terlihat pula otot perutnya.

"Tinggal bilang kalau kamu mau lihat."

"Si-siapa yang..." Bulan mencoba mengalihkan pandangan ke arah deretan baju yang tergantung. Dia pura-pura melihat deretan baju Biru dengan perasaan tak tenang. Apalagi pria itu melihatinya sambil tersenyum-senyum.

Bulan akhirnya memilihkan baju Biru dengan cepat supaya ia bisa kembali bernapas tenang di kamarnya.

"Ini.." Bulan menarik satu batik sekar jagad berwarna biru muda berlengan panjang.

Biru diam seolah tengah meneliti pilihan Bulan. "Batik, ya. Hmm.. boleh juga. Udah lama ngga dipakai."

Bulan meletakkan gantungan batik di atas kasur Biru. Kasur berukuran lebih besar dari kasurnya. Dan kelihatannya lebih empuk.

"Kenapa? Mau tidur disitu?" Tatapan jail Biru membuat Bulan melotot.

"Nggak! Udah, kan? Aku mau siap-siap."

Biru menahan bahu Bulan, membalikkan tubuh gadis itu untuk menghadapnya, lalu berjalan maju hingga membuat Bulan mundur perlahan sambil menggenggam bathrobe Biru.

"Kak..."

Lelaki itu berhasil mendaratkan punggung Bulan di tembok dan mulai menunduk, mensejajarkan wajahnya ke wajah Bulan yang tegang.

Tidak ada ucapan apa-apa, Biru langsung melahap bibir Bulan dengan sangat bergairah. Tangan Bulan yang tadinya menggenggam kuat pun mengendur perlahan setelah ia mulai menikmati sentuhan yang agak kasar dari Biru di bibirnya.

Biru meraih pinggang Bulan dan merapatkan ke tubuhnya, ciuman pun semakin dalam.

Tok..tok...

Bulan dengan cepat melepaskan ciumannya, kaget dengan suara ketukan. Namun Biru tidak mau lepas. Dia kembali ******* bibir Bulan mengikuti naluri yang belum terpuaskan.

"Biru. Mama sama papa pergi duluan, nggak sempat sarapan bareng. Kamu sama Bulan sarapan, ya. Mama pergi dulu." Teriak Dina dari balik pintu.

Bulan mendorong dada Biru, lelaki itu pun melepaskan ciumannya.

"Oke, ma!" Jawabnya, lalu menunduk ingin lagi mencium bibir Bulan. Namun suara dari seberang menyentakkannya.

"Bulan, tante sama Om ada urusan mendadak. Kamu sarapan sama Biru dan Selat, nggak apapa, kan?"

Kepala Bulan melongok ke pintu penghubung. Biru mengurungnya, tak memberikan gadis itu akses untuk keluar.

"I-iya, tante.."

Tidak ada suara lagi dari seberang, Bulan tetap merasa tidak enak.

"Kak, minggir, ih! Aku mau siap-siap..."

"Masih banyak waktu, Bulan.." bisik Biru. Dia bersiap memiringkan wajah, namun Bulan merunduk dan melewati Biru dari bawah lengan pria itu.

"Cepat, kita berangkat bareng, kan?" Bulan terkikik lalu menutup pintu.

Biru yang merasa dikerjain, hanya bisa menghela napas. Padahal masih tetapi gadis itu sudah main kabur saja. Terpaksa Biru berganti pakaian.

...⚘️...

"Pagi.."

"Pagi, paak.."

Biru masuk dengan kemeja batik yang dipilihkan oleh Bulan. Tampak gagah sekali, membuat Bulan yang duduk paling belakang senyum-senyum sendiri.

Biru meletakkan segala keperluannya di atas meja. Membuka laptop dan mulai menghubungkannya dengan layar besar di depan.

Ponselnya bergetar. Biru melirik pesan yang datang dari Bulan.

[Ganteng banget😙😙]

Biru membacanya dari jendela notifikasi. Lalu dia mencari dimana duduknya gadis itu.

Bulan menjulurkan lidah saat Biru mendapatinya duduk paling belakang. Berani Bulan mencari perkara di saat Biru sedang tidak bisa melakukan apa-apa.

Mata Biru terus menatap, dalam hatinya meminta agar waktu dipercepat supaya dia bisa menarik Bulan dan membelit lidah yang mengejek itu sampai puas.

Biru berdehem, membuyarkan pikiran aneh dan fokus ke pengajaran.

"Baik, kita mulai, ya."

Ponsel Biru di atas meja bergetar lagi. Pesan dari Bulan.

[Uhhh]

Biru meliriknya, gadis itu terkikik sendiri.

Lihat saja nanti, batin Biru.

Dosen psikologi itu mulai menjelaskan sedikit tentang apa yang mereka akan pelajari. Sisanya, Biru sudah meminta mereka untuk menyiapkan bahan untuk dibahas dan dilakukan ekperimennya.

Setelahnya, Biru melirik ponsel yang lagi-lagi bergetar.

[KEREN BANGETT CARA JELASINNYA PAK LOVE🫶]

Gemas, Biru meraih ponsel dan membalas pesan Bulan yang terus mengganggunya. Dia bisa kehilangan fokus jika Bulan terus mengusiknya dari sana.

Setelah mengetik dengan kalimat serius, Bulan malah membalas dan masih menggodanya.

[Sayang]

"Pembahasan soal gangguan mental sudah saya minta kalian untuk bahas penyebabnya dan jenisnya. Apa ada yang dibingungkan?"

Ponselnya bergetar, Biru melirik pesan yang sama dari Bulan. Dia kembali mengetik sesuatu untuk Bulan. Memberinya hukuman jika gadis itu tidak berhenti.

Biru menghela napas. Sejak tadi dia berusaha untuk tidak menatap Bulan. Gadis itu membuatnya tidak bisa melakukan hal lain, selain hasrat yang naik terlebih Bulan menggodanya begini. Kalau dia bisa menghentikan waktu, Biru ingin semua yang ada disini berhenti agar dia bisa mendekati Bulan dan mencium bibirnya. Dan setelahnya, suara Bulan pun memanggilnya.

"Pak, bapak!"

"Iya, sayang?"

Eh? Serentak satu kelas menatapnya bingung. Ada yang berbisik, ada pula yang terkaget. Berbeda dengan Bulan, dia menahan diri untuk tidak tertawa. Apalagi wajah Biru yang biasa datar, tampak kebingungan.

"Ah, Em, maaf. Maaf ya. Sa-saya.."

"Oh, bapak baru chatingan sama pacarnya, ya?" Goda mahasiswi dan mendapat kikikan dari yang lain.

Biru menghela napas pasrah saat mahasiswanya mulai menggosipinya. Mata elangnya terkunci pada Bulan. Gara-gara gadis itu, dia jadi bahan tawaan anak-anak. Dia membiarkan Bulan menertawakannya sekarang. Tapi begitu sampai di rumah, Biru janji tidak akan memberi waktu sedikitpun untuk gadis itu bernapas.

...⚘️...

Bulan membuka pintu. Rasa lelahnya muncul saat dia mencium aroma kamarnya yang membuatnya ingin segera melompat ke tempat tidur.

Gadis itu menutup pintu sembari meraba dinding untuk mencari tombol lampu. Namun belum ia memencet tombol, Bulan dibuat kaget dengan seseorang yang tiba-tiba memeluknya dari belakang hingga Bulan menjerit.

"Kak? Kenapa?" Selatan mengetuk pintunya. Kebetulan Selatan lewat dan ia mendengar jeritan dari dalam.

"Ssstt..." Suara Biru memberi syarat di telinga Bulan. Ruangan masih gelap, gadis itu tidak bisa melihat dengan jelas. Hanya siluet besar badan Biru dan harumnya yang Bulan hapal.

"Em, nggak apa-apa, Selat. Kakak cuma.. kepleset dik-ah.." Bulan meremang kala Biru mengecup cuping telinganya.

"Oke!" Suara Selatan menghilang. Kini Biru membalikkan tubuh Bulan menghadapnya, mengungkung gadis itu dalam kedua lengannya yang bertumpu pada dinding.

"Berani kamu godain saya, hm? Kamu bahkan ngga datang ke ruangan saya..." bisik Biru, mulai mengendus leher Bulan.

Gadis itu terkekeh geli, menggeliat saat Biru mengecupi lehernya.

"Kak, berhenti!" Bulan meraba saklar dan menekannya hingga terlihat jelas wajah Biru dengan sorot mata berkabut gairah, seakan ingin segera menerkam Bulan.

"Sejak kamu mengganggu saya di kelas tadi, saya bersumpah ngga akan berhenti, Bulan!"

Biru menarik tengkuk Bulan dan mencium bibirnya dengan intens, sampai Bulan menjatuhkan tasnya, mengikuti cumbuan yang Biru berikan padanya.

Biru menggendong Bulan, mendudukkannya di atas meja sebelah pintu. Menciuminya tanpa henti dan tak memberi Bulan kesempatan mengambil napas barang sejenak.

"...Kak.." Bulan terengah, dia mendorong tubuh Biru, namun lelaki itu melayangkan cumbuan ke lehernya. Memberikan jejak disana.

"..enghh.."

Biru mencium lagi bibir Bulan dan menggendongnya menuju kasur. Perlahan ia menggolekkan tubuh Bulan tanpa melepaskan ciumannya.

Bulan mengalungkan tangannya di leher Biru, lalu perlahan turun, meraba perut hingga dada pria itu. Dengan naluriah Bulan membuka kancing kemeja Biru satu persatu, ingin melepaskan kain itu dari tubuh atletis Biru. Lelaki itu melepaskan ciumannya, membuka kemeja yang sudah dilepaskan separuh oleh Bulan.

Tatapan penuh napsu itu tak berkedip menatap Bulan.

"Kamu yang minta." Ucapnya lalu melemparkan kemejanya ke sembarang arah.

***

Yuhuu Makasih gift dan Vote-nyaa!!

1
Yunita Dwi Lestari
kak lama ga update
Yoan
Alamakkkkkk
Yoan
Kalau salah orang, tamatlah riwayatmu dibuat rudi
D_wiwied
katanya masih ga bertenaga tp tangannya mancing2 terus, maumu apa sih Mbuuuull... 🤭😆
Yoan: Bulan ga kuat liat otot pak biru
total 1 replies
D_wiwied
pelakunya mmg papamu Biru,, walaupun salah sasaran tp ttp aja dia udah ngrencanain hal itu, ealah pak cakar koq ya ga sadar2 to kamu, siap2 aja jeruji besi sdh menantimu
Siti Nina
Lanjut thor semangat 💪💪💪
Pena Putih: Terima kasih kaa^^
total 1 replies
ALURRA KHAI BACHTIAR 💅
POV bulan
"bisa....aku akan diem dan nurut seperti anak kecil.kakak silahkan bekerja dengan baik".

POV pembaca
"bocah kurang asem.udah sakit masih aja ambil kesempatan dalam kelonggaran".

kalo biru nama panjangnya "samudra biru".
kalo selatan? namanya panjang nya siapa.
Gak mungkin "selatan barat daya kan"?
Santi Maria Havernandes: gimana kalau nama anak : pantai laut selatan
total 6 replies
Yoan
belum up pen..
Yunita Dwi Lestari
semangat kak, makin seru ceritanya
Yoan
Bulaaannn🤣🤣
Nona aan Chayank
Astagaaa,,, si Cakra ngerencanain apa lagi ini...??
D_wiwied
ngrencanain apalagi ni orang, ga kapok2 apa yaa🤔
D_wiwied
wah wah Mbul.. kamu nakal ya 😆😆
ALURRA KHAI BACHTIAR 💅
kagak kapok juga ya demit satu ini.udah pernah dibuat babak belur dan di miskinkan masih aja gak kapok.
takut banget nih di nyuruh buat celakain mbul.
D_wiwied
lah kalo hukumannya ky gini Biru ga bakal merana, mlh bs jadi bikin kesalahan terus ntar 😆😆
Yoan
🤣🤣🤣
ALURRA KHAI BACHTIAR 💅
heh ....ni bocah 😆
makin lama makin menjadi.dasar mbul mbul.
mamah mertua.......!!!
anakmu ni lho. dorong segera ke KUA.

siape yang di hukum, siape yang gak kuat nahan godaan.

aku paling demen, kalo ada chat dari mereka berdua.seruuuj aja gituh.
IG mu apa beb
ALURRA KHAI BACHTIAR 💅
"Dear majikan lumpuh" kagak di lanjut lagi yak?
Nona aan Chayank
Rasain kamu Biru... emang enak dicuekin pacar....?? 😁
D_wiwied
wkwkwk salahmu sendiri Biru bikin si embul ngambek nangis2 tu 😆😆😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!