Angkasa Lu merupakan seorang ceo yang kaya raya, dan juga Arogan. Karena traumanya dia membenci wanita. Namun, karena permintaan sang kakek terpaksa dia melakukan kawin kontrak dengan seorang perempuan yang bernama Hana. Dan begitu warisan sudah ia dapatkan, maka pernikahan dia dengan Hana pun selesai. Akan tetapi belum sempat Angkasa mendapatkan warisan itu, Hana sudah pergi meninggalkan pria itu.
Lima tahun kemudian, secara tidak sengaja Angkasa di pertemukan dengan Hana, dan juga kedua anak kembarnya. Pria itu tidak tahu kalau selama ini sang istri telah melahirkan anak kembar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Brak......
Angkasa membuka pintu rumah Hana dengan kasar, membuat Hana terpental beberapa langkah ke belakang. Tak lama, pria itu melangkah masuk dengan tatapan dingin, membuat suasana di dalam rumah semakin mencekam.
Tidak terima melihat sang kakak diperlakukan secara kasar, Zaka segera berdiri dan melawan. "Apa-apaan kamu, hah!" teriak Zaka dengan suara tertahan, hati-hati agar tidak membangunkan kembar yang sudah terlelap.
"Kamu tidak usah ikut campur, ini urusan ku dengan wanita itu," ucap Angkasa dengan nada dingin, sambil menatap tajam ke arah Zaka.
"Wanita itu adalah kakak ku, urusan dia akan menjadi urusan ku juga" ucap Zaka berusaha melindungi sang kakak dari amarah Angkasa.
Suasana semakin tegang, namun Hana berusaha menenangkan adiknya agar tidak terjadi perkelahian.
Hana mencoba mendekati Angkasa, menatap matanya yang marah, dan berbicara dengan nada lembut, "Sebenarnya apa yang anda inginkan dariku? Aku sudah membatalkan kawin kontrak itu, aku tidak ingin lagi berurusan dengan anda dan juga keluarga besar Lu" tanya Hana yang sudah lelah berurusan dengan pria yang berada di hadapannya.
Angkasa tak bergeming, ia terus menatap Hana dengan tajam, seolah ingin meluapkan kemarahannya. Hana merasa cemas, ia takut jika situasi ini semakin memburuk dan berdampak pada anak-anak mereka.
Angkasa tersenyum miring, menatap Hana dengan pandangan sinis. "Apa kamu pikir semudah itu membatalkan perjanjian kita, hah? Bahkan aku bisa menuntutmu dan memasukkanmu ke dalam penjara," ancam Angkasa.
Hana mengepalkan tangannya kuat, amarah dan kekecewaan bercampur dalam hatinya. Andai saja dia tahu sebelumnya bahwa akan berakhir seperti ini, dia tidak akan mau menerima tawaran kawin kontrak dengan lelaki arogan dan sombong yang ada di hadapannya ini. Dia merasa terjebak dalam situasi yang sangat sulit. Berurusan dengan orang kaya ternyata tidak sesimpel itu.
"Lalu apa yang Anda inginkan dariku? Uang? Aku akan mengembalikannya, tapi tidak semuanya. Sisanya akan aku cicil," ucap Hana mencoba menawar dengan suara yang bergetar.
Angkasa berdiri tegak dengan tangan terlipat di depan dada, matanya menatap tajam ke arah Hana. "Kamu pikir aku butuh uangmu? Aku bisa mendapatkan uang lebih banyak dari yang kamu tawarkan, Hana. Yang aku inginkan adalah anak-anakku bukan uangmu itu" ucap Angkasa.
Deg
Hana menundukkan wajahnya, menggelengkan kepalanya pelan. Air mata mulai menggenangi matanya, namun dia berusaha keras untuk tidak menangis di depan pria itu.
"Mereka anak-anakku, aku yang berjuang melahirkan mereka. Anda tidak berhak mengambil mereka dariku," seru Hana dengan suara bergetar.
Angkasa tersenyum sinis, mendekati Hana."Kata siapa aku tidak berhak? Aku ayah kandungnya, yang menanamkan benih di dalam rahimmu, Hana. Tanpa aku kamu tidak akan bisa hamil mereka" katanya sambil mengejek. "Aku berhak atas mereka, aku akan membawa mereka"
"Tidak, tuan Angkasa. Aku tidak akan membiarkan kamu mengambil mereka dariku. Aku akan melawan, sampai napas terakhirku!" sentak Hana.
"Lakukan! Jika kamu bisa. Sampai kapan pun kamu tidak akan pernah bisa melawanku, Hana" ucap Angkasa sombong.
Pria itu mengalihkan pandangannya kearah Victor, dan beberapa anak buahnya yang baru datang.
"Victor! Lakukan tugasmu" panggil Angkasa dengan suara tegas dan dingin, menatap asistennya yang berdiri di depannya.
"Baik tuan," jawab Victor, menundukkan kepalanya, paham akan perintah yang diberikan oleh tuannya.
Ia lantas memanggil beberapa anak buah Angkasa yang telah bersiap. Mereka pun bergerak cepat, menggeledah setiap sudut kamar di kediaman Hana, mencari kembar yang masih terlelap.
Tak ada satu pun ruang yang luput dari pencarian mereka. Hana, yang menyaksikan semua ini di hadapannya, tak kuasa menahan air matanya yang mengucur deras membasahi wajahnya. Ia merasa seolah-olah dunianya runtuh seketika, karena ulah Angkasa.
"Stop! Tolong jangan bawa mereka," teriak Hana dengan suara memohon.
"Cuma mereka yang membuatku semangat hidup di dunia ini!" Namun, teriakannya tampaknya tak mampu menggoyahkan niat Victor dan anak buah Angkasa yang tetap melanjutkan pencarian.
"Dasar lelaki pengecut!" teriak Zaka dengan nada penuh amarah.
Bugh!
Dengan sekuat tenaga, Zaka melayangkan pukulan keras ke wajah Angkasa yang langsung membuat sudut bibir pria itu mengeluarkan darah segar.
Angkasa mengusap bibirnya yang berdarah, lalu menatap Zaka dengan sinis. Matanya penuh kebencian, seolah ingin melumatkan pria di depannya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Perkelahian sengit pun terjadi antara keduanya. Tinju dan tendangan saling terbang, membuat debu dan keringat bercampur menjadi satu.
Hana terdiam, menatap keduanya dengan nafas terengah-engah. Ia merasa bingung dan takut, namun tidak bisa berbuat apa-apa selain menyaksikan pertarungan sengit di depan matanya.
Tubuh kurus Zaka tidak sebanding dengan tubuh kekar Angkasa.
Dalam keadaan babak belur, Zaka berusaha berbicara dengan suara serak, "Cepat! Hentikan mereka, Kak, jangan biarkan mereka membawa kembar!" katanya sambil menahan sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya.
Sementara itu, di dalam kamar, Victor berhasil menemukan tempat tidur di mana Ciara dan Xander tertidur pulas, saling memeluk satu sama lain. Wajah mereka tampak begitu tenang, tak menyadari dengan keributan yang terjadi saat ini.
Victor menghela nafas panjang, dan mengeluarkan sapu tangan dari dalam sakunya.
"Maafkan Uncle, sayang," gumamnya pelan, "Uncle terpaksa melakukan ini." Dengan hati-hati, Victor mendekati Ciara dan Xander, lalu menutup hidung dan mulut mereka dengan sapu tangan yang telah diberi obat bius.
Ia merasa bersalah harus melakukan hal ini pada kedua anak yang tidak tahu apa-apa. Tubuh Ciara dan Xander perlahan melemah, tak berdaya di bawah pengaruh obat bius tersebut.
Victor mengangkat tubuh Ciara yang masih kecil dan lemah dalam pelukannya, sementara yang lain membantu mengangkat Xander yang tidak sadarkan diri. Napasnya terasa sesak dan berat, seolah-olah ia menjadi seorang penjahat yang menculik anak-anak yang tak berdosa. Namun, Victor tahu bahwa ia tidak punya pilihan lain. Ia harus mematuhi semua yang diperintahkan oleh Angkasa.
Dalam langkah yang hati-hati, ia membawa Ciara keluar dari kamar. Tidak lama, suara tangisan Hana terdengar memenuhi rumah itu.
"Mau dibawa kemana anak-anakku? Lepaskan mereka! Aku mohon jangan ambil mereka dariku," teriak Hana dengan suara parau dan air mata berlinang di wajahnya.
Victor tidak tega melihat tangisan Hana yang terdengar pilu, tetapi ia tidak bisa menghentikan langkahnya. Ia terus berjalan keluar, berusaha tidak menatap wajah Hana yang sedih dan penuh harap agar anak-anaknya tidak dibawa.
Hana berusaha keras untuk merebut Ciara dari tangan Victor, namun usahanya sia-sia. Anak buah Angkasa menghadangnya. Tangis Hana semakin keras, namun tidak ada yang bisa ia lakukan selain menatap putrinya di bawa pergi oleh Victor.
Angkasa mengambil alih Xander dari anak buahnya, pria itu keluar dari rumah Hana menyusul Victor yang sudah berada di dalam mobil bersama putrinya.
"Brengs*k! Kembalikan keponakan ku bajing*n!" teriak Zaka dengan marah dan penuh emosi, tidak rela Xander diambil begitu saja.
Wajahnya memerah, tangannya gemetar. Zaka berusaha bangkit dan mengejar mereka, namun Angaksa dengan kejamnya menghentikan langkah pemuda itu.
Dia menoleh ke arah anak buahnya yang masih berdiri di ruang tamu, lalu memberikan perintah dengan suara dingin dan tegas, "Hajar dia."
Anak buah Angkasa mengangguk patuh, lalu dengan cepat dan brutal mulai memukuli Zaka di hadapan Hana. Pemuda itu jatuh tersungkur ke lantai, mencoba melindungi tubuhnya dari hantaman demi hantaman yang datang tanpa henti.
"Tolong hentikan! Aku mohon jangan sakiti adikku," ucap Hana dengan suara parau, berusaha keras melepaskan diri dari cengkeraman salah satu anak buah Angkasa yang menahannya.
Air mata mengalir deras di pipinya, hatinya tercabik-cabik melihat adik yang sangat ia cintai harus menderita karena perbuatannya. Namun, usahanya sia-sia, anak buah Angkasa semakin mengencangkan cengkeramannya, membuat Hana tidak bisa menolong adiknya.
Sementara itu, Angkasa menatap kejadian itu dengan senyuman sinis di bibirnya. Setelah puas menyaksikan adegan itu, dia berbalik dan melangkah meninggalkan Hana dan Zaka yang terkapar lemah, membawa Xander masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu. Tak lama mereka pergi meninggalkan rumah Hana begitu saja tanpa rasa belas kasihan.
Ngakak aku dari tadi... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣