Seorang gadis remaja yang kini duduk di bangku menengah atas. Ia bernama Rona Rosalie putri bungsu dari Aris Ronaldy seorang presdir di sebuah perusahaan ternama. Rona memiliki seorang kakak lelaki yang kini sedang mengenyam pendidikan S1 nya di Singapore. Dia adalah anak piatu, ibunya bernama Rosalie telah meninggal saat melahirkan dirinya.
Rona terkenal karena kecantikan dan kepintarannya, namun ia juga gadis yang nakal. Karena kenakalan nya, sang ayah sering mendapatkan surat peringatan dari sekolah sang putri. Kenakalan Rona, dikarenakan ia sering merasa kesepian dan kurang figur seorang ibu, hanya ada neneknya yang selalu menemaninya.
Rona hanya memiliki tiga orang teman, dan satu sahabat lelaki somplak bernama Samudra, dan biasa di panggil Sam. Mereka berdua sering bertengkar, namun mudah untuk akur kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosseroo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengadu pada kakak
Sejak kedatangan Claudia sebagai murid baru di sekolah, suasana terasa agak berbeda. Gadis berambut ikal panjang itu sering kali mencari perhatian, terutama pada Samudra—kakak sepupunya. Hampir setiap jam istirahat, Claudia selalu saja duduk di dekat Samudra, seakan tak peduli tatapan murid lain.
Samudra sebenarnya merasa risih. Ia tahu niat Claudia tidak sepenuhnya salah, tapi gaya berlebihan itu membuatnya serba salah. Suatu ketika, ia akhirnya menjelaskan pada Rona saat mereka berdua di lantai atas gedung sekolah.
"Sayang, Claudia itu anak dari pamannya Papah. Dulu keluarganya sempat tinggal di sini, terus pindah ke Denmark. Baru beberapa minggu ini mereka balik lagi ke Indo. Aku juga nggak tahu dia bakal pindah ke sekolah ini.”
Rona menatap pelan “Oh”
Samudra menarik napas “Kok jawabnya gitu. Jujur aku agak risih. Dia terlalu berlebihan, seolah-olah kita nggak punya batas. Padahal aku pengin jelas biar nggak bikin kamu salah paham.”
Rona tersenyum tipis “Aku ngerti kok. Selama kamu bisa tegas.”
Samudra memeluk tubuh ramping tunangan nya "Jangan jauhi aku, aku gak tenang kalo kamu diemin."
Di sisi lain, Erina semakin geram. Ia sudah cukup kesal dengan posisi Rona yang dianggap saingan utamanya. Kini ditambah Claudia—si murid baru—yang berlagak manja dan pick me. Erina merasa martabatnya diganggu.
***
Suatu hari di koridor belakang sekolah, Erina menghampiri Claudia yang sedang merapikan buku.
Erina dengan suara tajam “Hehh murid baru! Dengar ya, loe tuh cuma anak baru di sini. Jangan coba-coba sok menonjol di hadapan semua orang.”
Claudia kaget, wajah pucat “A-aku… aku cuma—”
Erina mendekat, menatap tajam “Jangan bikin gue muak. Kalau loe mau aman di sekolah ini, jangan cari gara-gara.”
Claudia menelan ludah, jelas ketakutan. Namun pada saat itu, Rona muncul dari ujung lorong, baru saja lewat setelah mengembalikan buku ke perpustakaan.
Rona menatap tajam ke arah Erina dan berjalan mendekat.
Erina berhenti sejenak, lalu mendengus “Tch… gue nggak mau buang waktu ribut sama dia.”
Tanpa banyak kata, Erina berbalik pergi, menyisakan Claudia yang masih gemetar.
Claudia menatap Rona dengan wajah pucat “Kak Rona… aku—”
Rona mendengus kesal, menatap Claudia, “Lain kali hati-hati. Gak semua orang itu baik!”
Lorong itu hening, hanya menyisakan Claudia yang merasa terpojok, sementara Rona sudah pergi meninggalkan nya. Ia tak mau terlalu lama bersama gadis itu.
Sore itu, pulang sekolah, Rona tidak bersama dengan Samudra seperti biasanya. Ia memilih dijemput supir pribadi, karena ingin langsung menuju kantor ayahnya. Mobil hitam itu berhenti di depan gedung tinggi milik keluarga mereka.
Begitu masuk ke lobi, Rona langsung mendekati resepsionis.
“Mbak, ayah ada di ruangan nggak?”
Resepsionis tersenyum sopan “Maaf, nona Rona. Pak Aris dan pak Raymond sedang ada meeting bersama kolega dari Singapura.”
Rona menghela napas panjang. Rasanya bosan sekali jika menunggu di lobi. Tanpa pikir panjang, ia pun naik ke lantai kantor kakaknya.
"Bikinin saya coklat hangat dan waffle!" Rona memesan pada staf, lalu dengan seenaknya masuk ruangan Raymond dan merebahkan diri di sofa panjang. Seragam putihnya sudah kusut, dasi tergantung setengah lepas, rambut kuncirannya acak-acakan. Bahkan kakinya ia taruh di atas meja kaca, sementara sepatunya entah tergeletak di mana.
Beberapa menit kemudian, pintu terbuka. Raymond masuk dengan wajah lelah setelah rapat, namun langkahnya terhenti begitu melihat pemandangan itu.
Raymond mendengus, menaruh map di meja “Astaga, si kelinci kecil ini… aku kira aku punya adik perempuan. Ternyata, yang sedang menungguku ini preman jalanan.”
Rona santai sambil menyeruput coklat hangat “Lah, mentang-mentang penganten baru. Bawel banget? Aku capek, Kak. Lagian sofa ini enak banget buat rebahan.”
Raymond mengusap wajah “Enak dari mana? Itu tempat buat tamu bisnis! Bayangin kalau kolega Singapura tadi nyelonong masuk, terus lihat kamu begini. Bisa-bisa citra perusahaan hancur gara-gara satu anak SMA lusuh.”
Rona cengengesan, menurunkan kaki sedikit “Tenang aja, kak. Kan mereka nggak masuk.”
Raymond mendekat, menepuk kepala Rona pelan “Dasar bocah bandel. Rambutmu itu kenapa kayak habis dikejar angin ribut?”
Rona hanya nyengir “Habis balapan sama ojol.”
Raymond geleng-geleng sambil tertawa kecil “Kamu tuh… bener-bener, bikin aku pengin pasang aturan dilarang masuk kantor kalau nggak pakai seragam rapi.”
Rona hanya menjulurkan lidah, sementara Raymond akhirnya duduk di kursinya, melirik adiknya yang seenaknya sendiri. Walau kadang membuatnya pusing, ia tak bisa menyembunyikan rasa sayang pada gadis kecil yang kini makin tumbuh dewasa itu.
"Kak, kapan aku punya ponakan?" pertanyaan Rona, membuat Raymond tergelak.
"Kamu ini, jujur saja. Ada apa kemari, tumben-tumbenan loh. Jawab."
"Hehe, aku lagi kesel."
"Terus, keselnya kamu di lampiasin ke kakak gitu?"
Rona tertawa, lalu memasang wajah cemberut. "Aku kesel sama Sam."
"Emangnya Sam abis ngapain? Godain cewek?" tanya nya pelan, sambil membuka laptopnya.
"Lebih parah malah." ketusnya. Raymond menoleh tak percaya.
"Jangan bohong, kakak tau betul bagaimana Samudra dek."
"Dihh kakak gak percaya, seharian dia gandengan sama cewe, sok kecapekan lagi tuh cewek!"
"Siapa ceweknya, biar kakak kasih peringatan."
"Itu, adik sepupunya! Claudia namanya."
Raymond tertawa gemas "Jadi, kamu cemburu sama adik sepupunya?"
"Kak Ray nggak lihat sih, gimana dia manja ke Sam. Ngeselin tau!"
"Ya udah, kamu tinggal bilang pelan-pelan sama Sam. Dia pasti lebih perhatiin kamu kok dek."
"Tau ah, dah terlanjur kesel!"
Tiba-tiba pintu terbuka, nampak Alina datang membawa tas berisi kotak makanan. "Wah, ada Rona juga disini."
"Eh kak Alina, maaf ya aku jadi ganggu. Aku pulang dulu deh."
"Kok buru-buru, sudah makan siang belum. Kita makan bareng aja, yuk?" ajaknya.
"Nggak usah deh kak, aku mau ke ruangan ayah dulu sebelum pulang."
"Hati-hati ya Rona."
Rona melangkah keluar ruangan. Raymond hanya menggelengkan kepala. "Dasar, anak manja."
"Jangan gitu yank, dia kan adek kamu. Dia seperti itu karena kurang perhatian."
"Udah lah, kita makan dulu yuk?" Raymond berdiri dari kursinya, dan berjalan ke arah sofa. Siang itu, ia asik makan berdua dengan istrinya.
Disisi lain, Rona masuk ke dalam ruangan ayahnya. Ia merengek minta liburan ke Cina, namun pak Aris melarangnya karena kini putrinya sudah memasuki kelas duabelas, harus lebih fokus untuk belajar. Rona semakin merajuk.
Peka dikit
terimakasih sudah di promosikan