Sepupuku, Canduku

Sepupuku, Canduku

Curiga Gay

...Warning⚠️: Novel ini mengandung muatan dewasa seperti adegan, rokok, kata-kata kasar, minuman keras, dan lainnya. Pembaca diharap bijak pada pilihannya. Terima Kasih....

...🍀...

Bulan menahan napas saat mendengarkan ketiga sahabatnya bercerita tentang pengalaman mereka ketika melakukan ciuman pertama. Dimana ketiganya bercerita sambil menahan gejolak dalam dada yang nampak sekali ingin lagi mereka ulangi.

Seru, sampai bulan yang mendengarkannya pun ikut menggigit bibir. Dia... belum pernah melakukannya.

Yeshika menjambaki rambutnya frustrasi, saat ia mengingat momen buruk dimana pertama kali berciuman malah ketahuan oleh adiknya sendiri. Dan ciuman kekasihnya menjadi candu baginya.

Tak kalah asyik cerita Nadin. Berciuman pertama kali dengan pacarnya yang merupakan seorang abdi negara. Tak sengaja, karena saat itu Nadin ingin mencium pipi, tahu-tahu pacarnya memutar wajah hingga bibirnya ketemu dengan bibir kekasihnya.

Wina. Saat itu di atas puncak gunung, pertama kali merasakan ciuman bibir. Dingin suhu pegunungan tak lagi terasa lantaran aliran darahnya menjadi panas seketika.

Dan ketiga sahabatnya serentak menoleh pada Bulan yang hanya mesem-mesem mendengar cerita mereka. Kini gilirannya untuk memberitahu mereka bagaimana ciuman pertamanya terjadi.

"Eng...." Bulan menggaruk lehernya yang tak gatal. "Aku ke toilet dulu, deh."

"Eeeittts!" Serempak ketiganya menahan tubuh Bulan yang ingin berdiri. Tatapan mengintimidasi itu membuat Bulan mau tak mau menghela napas. Saat itulah mereka sadar, kalau Bulan belum pernah berciuman dengan calon suaminya.

"Yang bener kamu?"

Yeshika sampai menarik bantal yang Bulan peluk, mendekat agar mendengar suara Bulan yang sengaja ia perkecil.

"I-iya.." Jawabnya amat pelan.

"Astaga. Itu cowo normal, kan?"

"Heh!" Nadin menepuk paha Wina hingga gadis bercelana pendek itu mengelus-elus pahanya kesakitan.

"Jangan gitu, dong. Kali aja kak Andra cuma mau jaga Bulan sampe mereka sah menikah." Jawab Nadin memecahkan ketakutan Bulan.

"Iya. Kak Andra bilang gitu.." Sahut Bulan pula.

Bukan tak pernah Bulan memberi kode. Dia terlampau sering menunjukkan sikap ingin dicium. Tapi Andra hanya mengelus kepalanya dengan sayang. Lelaki berusia 27 tahun itu selalu saja begitu pada Bulan.

"Ah, ngga ada cowo yang kuat sama kamu, Mbul. Percaya, deh." Seru Yeshika.

"Iya, Mbul. Aku yang cewe aja liat kamu suka iri. Pinggang tipis, bibir seksi, rambut panjang bergelombang, dada, Pinggul. Aduhaiii.. kalo ini sih, cowo kamu yang ngga bener!" Wina sampai meliuk-liukkan tangannya untuk menggambarkan lekuk tubuh Bulan. Gadis itu sampai melempar Wina dengan bantal.

"Serius kamu udah pancing, Mbul?" Tanya Nadin kemudian.

Bulan meremas ujung tanktop-nya. "Sering, Din. Tapi kak Andra bilang sabar, dia mau aku utuh saat malam pertama."

"Etdah! Ngga sampe sana juga, kali. Emang dia ga nafsu sama lu, Mbul? Kok aku ga percaya, ya." Seru Wina kesal.

"Mbul." Yeshika menggeser duduknya. "Jangan-jangan... Andra.... gay."

"Weeeiiii..." Serentak Wina dan Nadin menyerukan Yeshika yang terlalu blak-blakan di depan Rembulan.

"Bukan apa nih, ya. Soalnya badan Andra kan, kekar. Dia suka nge-gym kan, Mbul?" Tanya Yeshika dan Bulan mengangguk-angguk.

"Kalian pernah denger ngga, kalo tempat gym biasanya sarang cowo macho yang... begini." Yeshika memberi tanda dengan membengkokkan tangannya.

"Masa, sih..." Bulan mulai resah. Selama ini dia malah suka dengan bentuk tubuh atletis Andra. Bulan suka menempel di bahu dan dadanya yang bidang itu. Bagi Bulan, laki-laki yang punya perut kotak-kotak seperti tahu dan dada selebar bantal tidur adalah lelaki yang sangat tampan. Bulan selalu menelan ludah jika melihat abs pria itu.

Tapi setelah mendengar pernyataan sahabatnya...

"Iihhh, Yeshi. Jangan gitu, dong. Kasian tau, Bulan." Nadin merangkul Bulan dan menepuk-nepuk bahunya. "Nggak gitu kok, Mbul. Kan, gak semua cowo kekar itu homo. Banyak kok, yang normal. Kalo misalnya nih, dia emang begitu, buat apa dia nikahin kamu. Ya, kan?"

Yang lain manggut-manggut juga akhirnya setelah mendengar ucapan Nadin.

"Anggap aja cobaan menjelang pernikahan, Bul. 2 bulan lagi, loh. Sabar aja.." imbuh Wina pula.

"Udah, ah. Kok jadi sedih. Kita tuh, jauh-jauh dari Jakarta cuma mau bantuin Embul buat cari gaun pernikahanya yang tinggal 2 bulan lagi. Jadi, stop panas-panasin Bulan. Sekarang, ayo kita main game sebelum tidur.." Seru Nadin dengan semangat.

Mereka mulai berisik lagi di kamar Wina. Bermain, bercanda, tak lupa kudapan yang dibeli demi mengisi perut di kala gosip dan kehebohan lainnya membuat mereka jadi begadang.

Tetapi di tengah itu, Bulan jadi kepikiran ucapan teman-temannya. Dia setuju dengan Nadin di awal, bahwa Andra mungkin saja tengah menjaga dirinya. Tapi sebagai perempuan normal, Bulan juga kepengen keningnya dikecup, atau ingin mencicipi manisnya ciuman bibir seperti yang teman-temannya ceritakan. Apalagi Andra cinta pertamanya.

Sudah berapa kali Bulan memberi kode, tapi Andra tak pernah mau memberikannya kecupan walau singkat. Padahal mereka sudah berpacaran selama 2 tahun. Tapi Andra benar-benar membatasi dirinya.

Keesokan harinya, Bulan mengajak Andra bertemu. Ucapan teman-temannya sebenarnya membuat Bulan terus berpikir buruk. Itu sebabnya dia ingin memastikan sesuatu.

"Hei, maaf aku telat." Andra baru datang dan langsung duduk di sebelah Bulan. Lelaki itu meneguk gelas berisi lemon tea dingin milik Bulan.

"Panas banget." Ucapnya sambil mengibas-ngibaskan kerah kemejanya.

Bulan, yang sudah beberapa hari tidak bertemu Andra, merasa rindu. Melihat lelaki itu saja sudah membuatnya bahagia.

Ia lalu mengelap keringat Andra dengan tisu. Pelan-pelan, sampai Andra meraih tangan Bulan dan mengecupnya.

"Makasih, ya."

Bulan terenyuh saat Andra mengecup dan mengusap-usap punggung tangannya. Lelaki itu sangat perhatian, juga sangat bisa Bulan rasakan kasih sayangnya. Itu sebabnya dia tak percaya dengan ucapan teman-temannya.

"Kamu udah pesan makan?"

Bulan menggelengkan kepala. "Belum. Aku nunggu kakak datang."

"Ngga perlu nunggu, sayang. Langsung pesan aja. Kalau aku tadi telat lama, gimana. Kamu pasti jadi laper banget." Ucap Andra fokus membaca menu yang ada di atas meja. Lalu tangannya naik, memanggil pelayan.

Bulan terus memperhatikan kekasihnya, menatapnya saat Andra menyebut makanan apa saja yang ia pesan, lalu pesanan Bulan sendiri yang bahkan ia tidak tanya, sebab Andra sangat tahu apa yang disukai Bulan. Bagaimana dia tidak jatuh cinta setiap hari dengan Andra?

Apalagi tubuh atlestisnya itu. Alasan pertama yang membuatnya menyukai Andra pada pandangan pertama. Bulan menyukai lelaki bertubuh tegap tinggi dan punya kotak-kotak di perutnya. Seperti Andra, lelaki itu suka sekali olahraga. Pasti enak banget kalo dipeluk. Ada di dekat Andra, Bulan seperti memiliki penjaga.

"Kamu kenapa liatin aku kaya gitu?"

Bulan tersenyum, lalu memeluk lengan besar Andra. "Gapapa. Aku kangen aja."

"Aku juga kangen.." Andra mengusap pucuk kepala Bulan. "Kamu masuk shift malam, ya?"

"Iya. Bentar lagi harus kerja." Jawab Bulan lesu karena harus berpisah. Dia melirik jam, masih ada waktu satu jam lagi. "Nanti malam kakak kemana?"

"Nge-gym. Udah lama aku ga kesana. Badan aku jadi kayak ga enak gitu kalo ga olahraga."

Bulan memegangi bahu kekar Andra. Memakai kaos polo pres tubuh membuat ototnya terlihat sempurna "Uuu.."

"Udah, jangan diliatin." Andra menurunkan lengan bajunya yang disingkap Bulan.

"Hehee. Aku tadi pengen nyuruh kakak pake muscle shirt- Aduh!" Bulan mengusap dahinya saat Andra menyentilnya pelan.

"Kamu seneng kalo aku diliatin cewe-cewe?"

"Ya enggaklah." Bulan memeluk lagi lengan Andra. "Aku tuh, sayang banget sama kakak."

"Aku juga sayang banget sama kamu." Ucap Andra mengelus rambut Bulan.

"Oh, ya." Bulan duduk mencondong ke arah Andra. "Aku mau ke Jakarta minggu depan. Aku udah ajuin cuti. Perginya sama Yeshi, Wina, juga Nadin. Mereka bakalan balik ke Jakarta jadi aku mau ikut dan liburan sebentar kesana. Boleh, kan..."

"Berapa hari?"

"Tiga hari aja kok. Ya-ya-ya.." Bulan menyatukan kedua telapak tangan, memohon agar Andra mengizinkan.

Andra melihati Bulan yang memasang wajah melas supaya dirinya kasihan. "Pengen banget, ya?"

"Bangettt. Kakak kan, tau. Aku belum pernah ke Jakarta. Temen-temen aku semua pindah dan kuliah disana. Jadi mereka mau ajak aku main. Kakak kan, sering ke Jakarta. Aku juga pengen..." rengek Bulan yang bergelayut manja di lengan Andra.

"Hm. Yaudah. Tapi jangan lama-lama." Jawab Andra.

"Yeaayy. Makasih, sayang." Bulan refleks mencium pipi Andra, yang membuat lelaki itu mematung sesaat.

"E-eh. Maaf, maaf.." Bulan merasa bersalah. Ia mengusap-usap pipi Andra yang ia kecup tadi.

"Ngga apapa. Kenapa dihapus? Kamu kan, tunangan aku."

'Iya benar. Tapi kenapa kamu kayak kaget gitu pas aku cium?'

"Aku pikir kakak bakalan marah."

Andra meraih tangan Bulan, "Aku bukannya ga suka kamu cium atau apapun itu. Aku tau kamu pengen kayak orang-orang. Kamu tau kan, aku cuma pengen jaga kamu. Supaya saat menikah, kamu utuh dan aku pasti bakalan seneng banget bisa jaga kamu sampai kita sah."

Bulan tertunduk. Benar, sih. Andra ga salah. Tapi kadang ada hasrat yang ingin dituntaskan saat dia bersama Andra seperti ini. Bukan pervert. Bulan sudah cukup dewasa soal itu.

"Aku ngerti, kok."

"Good." Andra mengelus kepala Bulan dengan kasih sayang. Lalu mereka mengobrol panjang sambil makan makanan yang tersaji di atas meja.

Bulan sibuk bercerita tentang undangan yang belum juga diantar oleh percetakan, ketering, dan baju pengantin yang akan dia beli besok. Ditengah itu, ponsel Andra berbunyi hingga Bulan harus berhenti bicara. Terlebih melihat Andra yang tampak mulai gelisah.

"Kenapa?" Tanya Bulan.

"Em.. kamu jam berapa masuk kerja?"

"Satu jam lagi."

Andra menggaruk kepalanya. "Gini, sayang. Temen aku butuh bantuan banget. Kamu ga apapa kan, kalo aku tinggal disini. Maaf, aku ga bisa antar kamu ke resto. Maaf banget, ya." Andra merogoh dompet dan meletakkan beberapa lembar uang biru dan pergi setelahnya.

Melihat betapa buru-burunya Andra, membuat Bulan tergerak ingin mengikuti. Dia pengen tahu, apa yang membuat Andra seperti itu.

Bulan menyetop taksi, meminta supir mengikuti mobil putih milik Andra di depan. Dengan perasaan tak enak, Bulan terus memantau mobil milik kekasihnya.

Gadis itu memilin jari-jari. Jantungnya berdegup kencang karena ini kali pertama dia mengikuti Andra. Apa lelaki itu akan marah kalau tahu Bulan mengikutinya? Setidak percaya itukah Bulan padanya?

Entahlah. Bulan hanya ingin memastikan sesuatu. Bahwa semua kecurigaannya soal Andra salah. Wajar jika Andra tidak mau menyentuh, karena ingin menjaga dirinya. Hanya saja Bulan sedikit terusik.

Mobil Andra berhenti di sebuah kos-kosan cukup mewah. Dia memantau, melihat pergerakan Andra yang buru-buru masuk ke dalam pagar hitam.

Kos-kosan siapa ini? Bulan tegang dan penasaran, dia turun dari taksi dan mengikuti Andra dengan cepat.

Andra berhenti di salah satu deretan pintu kamar di sebuah lorong. Dia mengetuk pintu dengan sabar, lalu terbukalah pintu itu.

Ketegangan Bulan semakin mengendur dan luruh berganti dengan tubuhnya yang serasa tak memiliki tulang saat dilihatnya Andra berpelukan dengan seorang lelaki yang baru saja membukakan pintu. Pelukan manja, lelaki itu bahkan merebahkan kepalanya di dada Andra.

Bulan yang mengintip dari balik tembok lorong, merasa dunianya runtuh tatkala menyaksikan betapa perhatian Andra pada lelaki itu. Mengecek wajah, tangan, dan menangkup kedua pipi lelaki itu dengan wajah khawatir.

Tubuh Bulan bergetar dengan hati berdenyut, menyangga tubuhnya dengan bersandar di tembok. Andra ternyata memang tidak pernah punya perasaan padanya, karena lelaki itu tidak mencintai seorang wanita, melainkan pria. Bulan terjongkok pasrah disana, tatkala ia mendengar pintu ditutup dan dikunci dengan Andra di dalamnya.

TBC.....

Jangan lupa baca Dear Majikanku yang Lumpuh, yaa. Bantu komen disana🫰

Terpopuler

Comments

Rull

Rull

gw kalau baca cerita trus ada sebagian gay nya kek lucu aja gitu😆kira² ada org gay bisa disembuhin gak?

2024-01-08

0

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

truscria

2024-01-06

0

Mystera11

Mystera11

baru mampir thor😌 dari kmarin nahan diri biar bs nabung bab dlu...takut penasaran nanti bacanya soalnya upnya suka lama😭😭 pingin mampir di "dear majikanku yg lumpuh tp babnya msh tipis...ya udah disini aj dlu sambil nunggu Rania up🥱

2024-01-01

0

lihat semua
Episodes
1 Curiga Gay
2 Balas Dendam
3 Samudra Biru
4 Pintu Kamar Penghubung
5 Kiss and Splash
6 Jiwa yang Terganggu
7 Dijemput Dosen
8 Rasa Ingin Menafkahi
9 Lelaki yang waktu itu...
10 Ciuman Pertama
11 Perlahan Menjauh
12 Tantangan Biru
13 Anting di Kamar Biru
14 Penjelasan Biru
15 Cari Perhatian
16 Mengikuti Naluri
17 Tersentil Ucapan Bulan
18 Digoda Waria
19 Bisikan Biru
20 Ciuman Gila
21 Mantan Kekasih Biru
22 Di Atas Ranjang
23 Membohongi Biru
24 Panggilan Sayang
25 Menggoda Biru
26 Berkenalan Dengan Malika
27 Pemilik Saham Cakra
28 Pelanggan Pertama Wina
29 Dalam Pantauan Biru
30 Pertikaian Yang Seharusnya Tak Didengar
31 Selesai
32 Keputusan Anita
33 Di Kantor Polisi
34 Rasa Rindu Bulan
35 Menggantikan Pengantin Pria
36 Bibir Yang Menjadi Candu
37 Kepergian Bulan Dari Rumah
38 Biru Mengejar Bulan
39 Jangan Berhenti, Biru.
40 Menelan Ludah Sendiri
41 Membuat Rencana Baru
42 Perkenalan Bulan Dengan Rudi
43 Perang Batin
44 Sepupu Baru
45 Kehadiran Biru Membuat Rindu
46 Pemindahan Kekuasaan
47 "Dia itu Gay."
48 Berita Besar Untuk Wina
49 Kecurigaan Biru pada Papanya
50 Berita Baik dan Buruk buat Biru
51 Berlutut Didepan Anita
52 Kunjungan Rumah Sakit
53 Kamera CCTV Dashboard Mobil Cakra
54 Tersebarnya Perselingkuhan Cakra
55 Mengajak Bulan Menikah
56 Panggilan Untuk Mas Pacar
57 Wanita Selingkuhan Cakra
58 Tidak Semua Bisa Diceritakan
59 Ancaman Wina untuk Biru
60 Gombalan Bertubi-tubi
61 Pantai
62 Dibuat Kesal
63 Perjanjian Pranikah
64 Dapat Restu!
65 Di Kamar Mandi
66 Bertemu Rudiantoro
67 Fitting Baju
68 Menuju Hasrat Tertinggi
69 Virgin until Married
70 Foto Kenangan
71 Kehadiran Malika
72 Kehadiran Cakra di Depan Rumah Anita
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Curiga Gay
2
Balas Dendam
3
Samudra Biru
4
Pintu Kamar Penghubung
5
Kiss and Splash
6
Jiwa yang Terganggu
7
Dijemput Dosen
8
Rasa Ingin Menafkahi
9
Lelaki yang waktu itu...
10
Ciuman Pertama
11
Perlahan Menjauh
12
Tantangan Biru
13
Anting di Kamar Biru
14
Penjelasan Biru
15
Cari Perhatian
16
Mengikuti Naluri
17
Tersentil Ucapan Bulan
18
Digoda Waria
19
Bisikan Biru
20
Ciuman Gila
21
Mantan Kekasih Biru
22
Di Atas Ranjang
23
Membohongi Biru
24
Panggilan Sayang
25
Menggoda Biru
26
Berkenalan Dengan Malika
27
Pemilik Saham Cakra
28
Pelanggan Pertama Wina
29
Dalam Pantauan Biru
30
Pertikaian Yang Seharusnya Tak Didengar
31
Selesai
32
Keputusan Anita
33
Di Kantor Polisi
34
Rasa Rindu Bulan
35
Menggantikan Pengantin Pria
36
Bibir Yang Menjadi Candu
37
Kepergian Bulan Dari Rumah
38
Biru Mengejar Bulan
39
Jangan Berhenti, Biru.
40
Menelan Ludah Sendiri
41
Membuat Rencana Baru
42
Perkenalan Bulan Dengan Rudi
43
Perang Batin
44
Sepupu Baru
45
Kehadiran Biru Membuat Rindu
46
Pemindahan Kekuasaan
47
"Dia itu Gay."
48
Berita Besar Untuk Wina
49
Kecurigaan Biru pada Papanya
50
Berita Baik dan Buruk buat Biru
51
Berlutut Didepan Anita
52
Kunjungan Rumah Sakit
53
Kamera CCTV Dashboard Mobil Cakra
54
Tersebarnya Perselingkuhan Cakra
55
Mengajak Bulan Menikah
56
Panggilan Untuk Mas Pacar
57
Wanita Selingkuhan Cakra
58
Tidak Semua Bisa Diceritakan
59
Ancaman Wina untuk Biru
60
Gombalan Bertubi-tubi
61
Pantai
62
Dibuat Kesal
63
Perjanjian Pranikah
64
Dapat Restu!
65
Di Kamar Mandi
66
Bertemu Rudiantoro
67
Fitting Baju
68
Menuju Hasrat Tertinggi
69
Virgin until Married
70
Foto Kenangan
71
Kehadiran Malika
72
Kehadiran Cakra di Depan Rumah Anita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!