Kirana, gadis berusia 20 tahun yang baru saja menginjak semester tiga di kampusnya, ternyata sudah pernah menikah dan bercerai.
Rian, Dosen Fisika paling killer se-kampus yang biasanya hanya mengajar mahasiswa tingkat akhir dan S2, malah tiba - tiba menjadi dosen Kirana.
Siapa sangka, dosen killer itu adalah Rian yang sama yang pernah menikahi dan menceraikannya tiga tahun yang lalu.
Saat hatinya sudah mantap melupakan masa lalu, Kirana justru bertemu kembali dengan orang yang paling dia hindari selama ini.
Apakah Kirana masih mengharapkan cinta Rian?
Atau Kirana justru berpaling pada Radit, sang Ketua BEM yang menaruh hati padanya?
Mungkinkah Kirana justru bermain hati dengan Raka, mahasiswa baru dari luar negeri yang tiba - tiba jadi pacar pura - puranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hermosa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Pria Nyebelin
Rian, pria itu terduduk di dapur begitu saja setelah Kirana keluar dari rumah sambil membanting pintu pagar. Terdengar dengan jelas meski jaraknya jauh dari pintu utama dan dapur. Mungkin, besok Rian bisa diomeli oleh tetangga saking kerasnya Kirana membanting pintu pagar itu.
‘Apa yang sudah aku lakukan.’, ucap Rian menenggelamkan kepalanya pada kedua lutut yang dia katup rapat.
Energinya belum kembali dengan sempurna. Pikirannya kacau. Terlebih dengan kedatangan Kirana di rumahnya. Semua itu membawa kembali momen - momen kebersamaan mereka di rumah itu.
“Enggak gitu, Kak. Coba deh sumpitnya ditaruh ke dalam wajan pas dibagian tengah. Terus di gerakkan secara melingkar. Pasti deh setelah itu jadi donat.”, ucap Kirana di dapur itu sekitar tiga tahun yang lalu.
Saat itu mereka baru sebulanan resmi menikah. Kirana yang awalnya merasa posisinya aneh berada di dekat Rian perlahan mulai nyaman dengan berbagai aktivitas - aktivitas kecil yang mereka lakukan.
Papa Rian yang sudah pensiun beberapa tahun lalu mulai memfokuskan perhatiannya pada yayasan pendidikan yang dia dirikan kurang lebih 10 tahun yang lalu. Yayasan itu adalah yayasan pendidikan khusus anak - anak yang kurang mampu tetapi memiliki prestasi yang tinggi.
Papa Rian terus menghabiskan waktunya untuk ini sampai jarang pulang dan memilih untuk menginap di asrama yayasan miliknya.
Dengan begitu, Rian lebih leluasa berada di rumah bersama Kirana. Mereka yang baru saling nyaman satu sama lain berusaha untuk menikmati waktu - waktu kebersamaan sebelum Rian kembali ke luar negeri untuk menyelesaikan studi S3 nya.
“Kenapa tiba - tiba kamu jadi bisa masak? Paling juga cuma bisa masak donat doang, iya kan?”, kata Rian meledek istrinya.
“Enak aja. Tapi bener sih. Hahahahaha.”, Kirana tertawa lebar.
Saat dia lengah, Rian mengambil krim strawberry dan mengolesnya ke hidup Kirana. Gadis itu langsung terkejut dan memasang muka jutek. Krim strawberry adalah satu diantara beberapa krim yang mereka gunakan untuk menghias donat nanti.
Kirana masih melayangkan wajah juteknya sampai Rian agak terkejut dan merasa bersalah. Kemudian, saat pria itu kehilangan kewaspadaannya, Kirana langsung memberikan olesan yang sama pada wajah Rian.
Sayangnya, tinggi badan Rian membuat Kirana hanya mampu menyentuh area dagunya saja. Rian juga langsung melakukan gerak refleks dan menghindar jauh.
Hari itu, mereka bangun pagi - pagi dengan rencana membuat 50 kotak donat dan membagikannya pada penghuni yayasan milik papanya.
Tawa Kirana tak henti - hentinya pecah saat tindakan mereka malah membuat rencana mereka hari itu gagal. Alhasil, pada akhirnya mereka yang harus mengkonsumsi donut karya mereka dan memilih membeli di toko untuk diberikan pada penghuni yayasan.
*********
“Kirana? Ran!”, panggil Radit membuka kaca mobilnya.
“Radit? Ngapain lo disini?”, tanya Kirana terkejut.
Suaranya harus beradu dengan suara banyaknya mobil yang melaju di jalanan. Kirana sampai harus berteriak agar Radit bisa mendengarnya. Melihat itu, Radit otomatis turun dari mobil dan menghampiri Kirana.
‘Eh..eh.. Ngapain nih orang pake nyamperin, sih!’, bathin Kirana dalam hati.
Sejak terakhir dia bertemu dengan pacar Radit, Kirana menjadi tidak nyaman berada di dekat laki - laki itu. Pertama memang karena dia merasa Radit seperti sedang mendekatinya dan dia tidak suka. Kedua, meski begitu, Kirana lebih tidak suka saat pacarnya membuat dirinya seolah - olah terlihat ingin merebut Radit darinya.
“Lo, ngapain disini?”, tanya Radit.
“Lah, lo sendiri ngapain disini?”, tanya Kirana melemparkan kembali pertanyaan yang sama pada Radit.
Mendengar Kirana justru mengulang pertanyaannya, Radit hanya bisa menghela nafas.
“Abis nganterin Fay.”, Radit membalasnya dengan malas.
Sejak bermasalah beberapa kali dengan Fay, pacarnya, Radit tak lagi merasa nyaman dengan status pacarannya. Dia ingin mengakhiri hubungan mereka, tapi Fay malah masih menariknya terus. Radit juga masih butuh sokongan dana dari orang tua Fay agar proker BEM nya berjalan.
Maklum, perusahaan milik orang tua Fay adalah salah satu sponsor terbesar dan teraktif di kampusnya. Selain itu, Radit juga bisa dengan mudah untuk memasukkan proposal pada beberapa startup kenalan kakak laki - laki Fay berkat pacarnya itu.
Di satu sisi dia ingin mengakhiri hubungan mereka. Sementara disisi lain, dia masih sangat membutuhkan Fay. Salah satu alasan kenapa Radit bisa menjadi ketua BEM adalah kemampuannya untuk meloloskan proker dan membuat rencana jadi nyata. Padahal, semua tentang Dana.
Beruntung, hanya Radit dan Fay yang mengetahui tentang hal itu.
“Rumah Fay di sekitar sini?’, tanya Kirana heran.
‘Kenapa dulu aku tidak pernah melihatnya ya. Huh, lagipula, berada di lingkungan yang sama belum tentu bisa bertemu dengan mudah. Apalagi di area sana, perumahannya besar - besar. Pasti mereka jarang keluar.’, batin Kirana.
‘Tunggu, berarti Fay itu tajir dong.’, Kirana melirik ke arah Radit sebentar.
Meskipun Fay itu tipe cewek yang melelahkan, tapi dia tak suka memperlihatkan kekayaannya. Dia lelah selalu dimanfaatkan orang - orang. Tapi, sebaliknya, dia benar - benar memanfaatkan kecantikannya untuk membentuk bodyguard - bodyguard gratis di kampus.
“Kamu dari mana? Tadi kenapa ga masuk kelas?”, tanya Radit duduk di samping Kirana.
“Lo, ngapain duduk disini? Itu, mobil lo, gapapa di taruh disitu? Asal lo tahu, ini tuh halte. Mobil lo mau digerek?”, ucap Kirana.
Selain memang itu kenyataannya, Kirana juga memang ingin Radit segera pergi dari sini. Dia sedang ingin sendiri setelah syok dengan tindakan Rian tadi.
“Ya udah. Lo mau pulang? Gue anter. Kita bicara di mobil aja.”, ucap Radit berdiri dengan santai mengajak Kirana.
“Enggak ah.. Gapapa.. Gue naik bus aja. Sebentar lagi dateng kok.”, kata Kirana.
“Naik bus disini? Mana ada yang jurusan ke rumah lo.”, kata Radit.
“Hah? Emang lo tahu rumah gue dimana?”, tanya Kirana kaget.
“Baru tahu hari ini. Tadi gue mo ke rumah lo. Gue tanya Ghea.”
“Hah? Buat apa?”, Kirana makin bingung.
“Lagian, lo kenapa gak ke kampus? Gue kira lo sakit?”, tanya Radit.
‘Iyaaa… maksud gue.. Mau gue sakit, apa urusannya sama lo..’, Kirana hanya bisa bergumam dalam hati.
Dari luar, Kirana nampak hanya menyunggingkan senyuman tipis saja.
Tiba - tiba rintik gerimis turun. Awalnya hanya berubah titik - titik hujan yang membasahi bagian kecil aspal saja. Tetapi, gerimis langsung berubah menjadi hujan lebat dalam tempo yang singkat.
“Oh… Ran.. Hujan.. Udah yuk naik mobil aku aja.”, kata Radit menawarkan.
“Kamu mau nunggu bus sampai jam berapa? Percaya deh. Aku tuh udah sering kesini dan gak ada bus yang arahnya ke dekat rumah kamu. Yang ada nanti kamu malah nyasar. Hayuk..”, saking gregetnya karena Kirana tak bergeming sedikitpun, Radit sampai harus menarik tangan Kirana.
Gadis itu hanya bisa mengikuti. Dia tak punya pilihan lain. Mungkin saja Radit benar. Tidak ada bus yang lewat di sekitar sini. Kalau menunggu lebih lama lagi, yang ada malam semakin larut.
“Kamu habis dari rumah siapa sih? Setahu aku, rumah Ghea juga bukan di daerah sini. Bahkan berlawanan arah.”, tanya Radit sambil mengibas - ngibas rambutnya yang basah terkena hujan.
Meski jarak dari halte ke mobil itu terbilang dekat, tetapi hujan sudah terlanjur membuncah lebat. Mereka tetap saja basah terkena hujan hanya dalam waktu singkat.
“Kamu gak kedinginan? Ini aku ada jaket. Lagian, kena AC mobil, takutnya kamu malah jadi sakit beneran.”, Radit sedari tadi mendominasi pembicaraan.
Sejujurnya, Kirana merasa sangat tidak nyaman dengan panggilan Radit. Aku dan kamu. Dia tidak terlalu apatis untuk tahu kalau kata pengganti subjek itu lebih sering digunakan untuk mereka yang sedang berpacaran.
“Dit, bisa gak sih lo ga perlu pakai ‘Aku’ ‘Kamu.”, Kirana mengatakannya saat Radit mulai melajukan mobilnya.
“Oh? Kenapa? Aneh, ya?”, tanya Radit.
‘Demi apaaaa… baru sadar lo, kalo aneh.’, gerutu Kirana dalam hati.
Aq n readers lain bnr" kcewa berat nie
udah nunggu stgh tahun kyknya...
hihiii wkwkwk
ayo thor kirananya cpt2 dikasih hidayah
aqu pusinggg lht ego Rana..
lbh pusingggg lg nunggu kak. mosa nih..
up nya luamaaaaaaaa🤭🤣