Dosenku Mantan Suamiku

Dosenku Mantan Suamiku

Bab 1 Insiden Pagi di Kampus

“Gue suka sama lo”, insiden pagi itu sukses menjadi berita heboh seantero kampus.

Bagaimana tidak? Seorang pria dan wanita sedang membuat suasana kampus yang biasanya tenang dan serius, mendadak menjadi drama bergenre romantis. Kejadian yang sudah lebih sepekan berlalu masih terus menjadi pembicaraan para mahasiswa seolah tidak ada masa expired-nya.

Ibarat channel gosip, headlinenya terus saja membahas hal yang sama berulang - ulang sampai ada berita fantastis lainnya. Adegan beberapa hari lalu juga begitu.

Seolah tak ada berita yang tak kalah fantastisnya dari situ, sampai - sampai semua orang di kampus membicarakan hal yang sama terus menerus.

Dari setiap sudut kampus terdengar kalimat itu lagi itu lagi. Adegan itu lagi itu lagi. Tatapan itu lagi itu lagi. Seolah mereka sedang kehabisan tugas kampus saja.

“Apa – apaan sih orang – orang. Hello... ini udah minggu keberapa? Kenapa omongannya masih nggak jauh – jauh dari berita basi itu.”

“Memangnya mereka kekurangan tugas? Ke kampus buat apa? Ngomongin berita cinta orang aja? Mereka kira uang kuliah dibayar dengan daun apa?”

Mereka tidak memikirkan orang tua mereka yang sudah susah payah menyekolahkan anaknya? Hah… aku geram.”, ucap Kirana, seorang gadis yang di tangannya memegang sebuah laptop serta sebuah laporan tugas yang sepertinya tidak kelar - kelar bagaimanapun dia berusaha menyelesaikannya.

“Na, bilang aja lo cemburu. Lo kan ngakunya udah lama tuh nge - gebet si Radit. Eh giliran dia ngungkapin rasa sukanya ke cewek lain, lo jadi diam seribu bahasa. Udah nggak berkicau lagi nih ceritanya?”, ujar Ghea, sahabat Kirana di kampus.

-Perkenalan Karakter-

Hai nama gue Kirana. Gue mahasiswa semester tiga di Fakultas Teknik sebuah kampus negeri terkenal di Indonesia. Gue mengambil jurusan Teknik Arsitektur Interior karena gak lolos masuk kedokteran. 

Ini sahabat gue, Ghea. Doi juga ngambil jurusan yang sama.

Hampir terdiam seribu bahasa, Kirana hanya bisa menoleh ke kiri dan menatap tajam pada teman yang dia pikir adalah sahabat terbaiknya di kampus.

“Kenapa lo menatap gue begitu? Bukannya memang bener lo udah lama ngincer yang namanya ‘Radit’? Salah ya gue? Huh?”, ucapnya yang bukannya takut ditatap dengan mata membulat seperti itu, malah menantang dengan kalimat yang lebih pedas.

“Ihhhh ...apa - apaan, kapan gue pernah bilang kalo gue suka Radit? Ngarang banget lo, ya. Kalo lo bisanya ngarang, jangan masuk Fakultas Teknik. Masuk sana Fakultas Ilmu Budaya biar jadi penulis.”, balas Kirana sambil nge-gas.

“Nggak ada ya dalam buku sejarah gue yang namanya ‘Kirana suka sama Radit’. Enak aja main menyimpulkan sembarangan. Kalo orang bego lewat dan dengar yang lo sebutin, dia bisa nganggepnya bener. BAHAYA, Ghe.”, Kirana terus nyerocos membela diri sambil tangannya masih sibuk mengoleskan cream wash  setitik demi setitik ke wajahnya.

Dia sudah meletakkan laptop dan laporannya dengan rapi di samping wastafel. Tentu saja dengan gaya marah - marah karena masih emosi.

“Sejarah? Lo aja berarti yang masuk Fakultas Ilmu Budaya. Pake bawa - bawa sejarah segala.”, ujar Ghea tak kalah lantang.

Saat itu toilet seperti milik mereka berdua. Mereka memang sengaja memilih toilet paling pojok dari ruang laboratorium. Hampir tidak pernah ada mahasiswa yang lewat disini. Ini membuat mereka menjadi lebih leluasa untuk berdandan.

“Iiih… susah banget ya perasaan ngomong sama lo. Sejarah, HISTORY, maksudnya sejarah hidup gue. Bukan sejarah dalam mata kuliah kampus. Perlu banget gue jelasin sejelas - jelasnya.”, Kirana masih mengomel dengan nada tegas. Namun, jari - jari lentik miliknya tetap bisa menempelkan krim ke wajahnya dengan lembut.

“Ah… bilang dong dari tadi kalau yang lo maksud itu adalah lembaran sejarah hidup lo. By the way, mau gue buka lagi lembar sejarah lo. Perlu gue putar pake film dokumenter? Biar lo inget kalo lo pernah suka sama Radit. Tunggu, bukan pernah sih, kayanya sekarang masih. Hahahhaha”, Ghea tertawa heboh sambil mencuci tangannya.

Toilet ini sudah menjadi tempat persembunyian mereka dan markas untuk bergosip. Karena memang sejarang itu ada yang menggunakan toilet ini. Tapi, mereka juga tidak pernah menyangka kalau kata ‘JARANG’ bukan berarti tidak ada yang lewat.

“Udah gue bilang kan, itu cerita lama. Buka hari baru dong. Masih aja ngomongin berita lama. Sekarang sudah abad ke berapa. Harus move-on.. Hello, kalau lo buka bisnis, sekarang udah ga tahu kemana perginya karena lo gak up-to-date.”, ujar Kirana dengan tangannya yang masih sibuk. Entah mau berapa lapis dia mengenakan krim itu.

“Tadi bilangnya nggak ada dalam sejarah, sekarang bilangnya udah cerita lama, yang konsisten dong. Cemburu bilang aja. Gak usah malu – malu kali, Ran. Lo bilang ‘MOVE-ON’, kan? Bener dong lo pernah suka sama Radit.”, meski tak terlihat memperhatikan, ternyata Ghea mengomentari kata per kata dari Kirana.

“Gue nggak cemburu. Catet baik - baik. GUE GAK CEMBURU. Jangan asal ngomong dong. Lagian apa bagusnya sih si Radit itu. Poin dia tuh cuma di jabatannya doang, K-E-T-U-A B-E-M Kampus. Selain itu, apa lagi? Gak adaaa”, kata Kirana menegaskan.

Dia bahkan tidak segan - segan menggunakan gestur tangan dan ekspresinya untuk mempertegas pendapatnya. Lalu, dia kembali fokus dengan dandanannya.

“Anak basket?”, ucap Ghea lagi antara ingin memastikan dan menjahili.

“Ehm.. ya.. itu juga. Cuma itu doang kan? Heh.. basket mah semua laki - laki juga bisa. Gak cuma Radit doang.”, Kirana mengalihkan wajahnya sekilas ke arah Ghea dan mengakuinya sambal ragu - ragu.

“Tajir?”, ucap Ghea lagi yang sudah menaikkan jarinya yang ketiga untuk mendaftarkan satu per satu keunggulan Radit, laki - laki yang mereka bicarakan.

“Yah, cuma itu kan? Tajir mah bokapnya. Bukan dia. Jangan samakan tajir dari lahir sama tajir penjajakan, ya. Beda!”, kata Kirana lagi tidak mau menyerah meski sekarang Ghea sudah mengangkat jarinya yang ke-empat.

“Cakep, putih, tinggi semampai, kaya model internasional, bersahaja, kekar? Apa perlu gue pake jari kaki? Udah gak cukup nih mau daftarin keunggulannya si Radit”, Ghea terus saja mentrigger kemarahan temannya.

“Aahh serah lo dah. Rasa gue ama dia udah lama hilang.”, sanggah Kirana lantang.

Kirana sudah kehilangan kata - kata. Dia ingin menyangkal tetapi mau bagaimana. Perkataan Ghea, sahabatnya barusan ada benarnya juga. Dia juga tidak bisa tidak mengakui hal yang benar adanya.

Kalau dipikir - pikir sekali lagi. Radit memang tampan. Tingginya lumayan. Dia bukannya orang sembarangan di kampus. Ketua BEM yang bisa memikat hati siapapun. Bukan lagi BEM Fakultas tetapi BEM satu universitas. Gimana gak keren?

“Nah, udah ngomongin rasa nih. Berarti pernah ada dong, rasanya. Kapan rasanya? Gimana rasanya?”, ucap Ghea terus menjahili Kirana yang sudah selesai mengoleskan krim di wajahnya.

“Lagian, apa bagusnya juga cewek yang ditembak sama Radit. Kaya gak ada cewe lain aja di kampus ini.”, Kirana memasukkan kembali krimnya ke dalam tas dan merapikan laptop dan laporannya di tangannya.

Semakin Kirana menyangkalnya, semakin terlihat kalau sebenarnya Kirana mungkin punya rasa terhadap Radit. Atau, Kirana hanya tidak bisa mengutarakan maksudnya sehingga membuat sahabatnya salah paham? Atau dia hanya tidak bisa dibilang kalah dengan perempuan yang sekarang sudah resmi menyandang status ‘Pacar Radit’. Yang mana nih kira - kira?

“Cuih, cemburu bilang aja, jangan disembunyiin. Ntar jatohnya nyesek lo, Ran.”, kata Ghea.

Dia masih tidak ingin menyerah.

Ghea, entah sahabat atau bukan. Sedari tadi dia sangat bersemangat untuk memanas - manasi Kirana. Bukan Ghea namanya kalau mengalah tentang urusan perdebatan rasa ini. Mereka belum bersahabat lama tetapi sudah sangat akrab semenjak Ghea dan Kirana berada dalam satu kelompok Ospek yang sama.

Mereka punya sejarah simbiosis mutualisme di jaman itu. Sehingga, persahabatan mereka juga terbilang unik.

“Waaah ni orang ngajak ribut, sini lo...”, kata Kirana sambal menunjuk – nunjuk ke arah Ghea.

Kedua gadis yang mengenakan celana jeans dan kemeja formal itu masih saling bergurau satu sama lain sembari sibuk merapikan diri mereka untuk persiapan presentasi tugas di kelas nanti. Satu gadis sibuk merapikan rambut yang tatanannya yang sebenarnya tidak pernah berubah meskipun sudah disisir ratusan kali. Satu lagi sibuk menyemprotkan parfum ke bajunya.

Begitu asyiknya  membicarakan masalah pribadi mereka di depan toilet hingga tak sadar pada keberadaan orang lain. Bahkan sampai Kirana yang sudah selesai dengan ritual siangnya menabrak seseorang. Terasa sekali dada bidang dan tubuh tegapnya, karena setelah  menabrak pun tubuhnya masih santai dan tak bergeming.

“Anggap gue nggak denger apapun.”, kata seorang cowok yang tiba – tiba berjalan melewati toilet wanita, tepat saat peri – peri gosip itu meluncur keluar toilet.

Belum lagi Kirana sempat menoleh, pria itu sudah mengucapkan satu kalimat. Bukannya terdengar biasa, kalimatnya justru membuat dia terdengar lebih mencurigakan.

Pria itu juga langsung pergi. Lebih tepatnya berlari terbirit - birit karena sepertinya dia sudah mendengar hal yang tidak seharusnya dia dengar.

Kirana dan Ghea hanya bisa saling bertatap - tatapan.

Wajah mereka merah padam, antara ragu, bingung, dan malu pada kemungkinan kalau pria tadi mungkin sudah mendengar semua perkataan mereka hari ini.

“Ghe, dia nggak denger apa yang kita omongin kan?”, kata Kirana dengan wajah khawatir.

Kirana, gadis ini memang tidak begitu mempedulikan apapun yang orang lain katakan. Tetapi, kalau untuk urusan romansa di kampus, apalagi kalau hal ini berhubungan dengan Radit, dia juga tidak bisa tinggal diam.

Bagaimana kalau pria tadi mengatakan pada yang lain. Bagaimana kalau dia malah salah paham? Ah… tidak mungkin. Memangnya bisa terdengar keluar. Dia saja mengatakan untuk menganggap dia tidak mendengar apapun.

‘Menganggap berarti benar - benar dengar?’, Kirana bersusah payah untuk meyakinkan dirinya sekuat tenaga kalau cowok tadi tidak mendengar apapun atau bahkan salah paham.

“Menurut lo?”, jawab Ghea dengan nada tak menyakinkan.

“Aahhhh bodo! Gara – gara lo sih.”, Kirana langsung menuduh Ghea sambal mengeluarkan nada ngegas dan muka bete-nya.

“Loh kok jadi gara – gara gue. Orang yang suaranya kaya toak tuh elu.”, lagi - lagi, bukan Ghea namanya kalau dia mengalah begitu saja.

“Tunggu, tapi cowok tadi sepertinya bukan dari fakultas kita deh? Atau bukan dari angkatan kita? Kok perasaan wajahnya gak gue kenal sama sekali?”, tanya Kirana yang akhirnya bisa berpikir jernih setelah tadi kalang kabut harus bagaimana mengendalikan situasi ini.

“Bener juga. Kalau dipikir - pikir gue baru pertama kali melihat cowok tadi? Apa adik kelas ya?”, sekarang Ghea pun ikut bertanya - tanya.

“Gak mungkin, walaupun lo jarang ngampus, tapi gue sering. Gue juga anak BEM Fakultas, jadi junior sampai senior gue apal. Dan anak tadi sepertinya bukan.”, Kirana sangat sangat dengan dirinya.

“Bener juga. Lo pasti apal. Atau mungkin dia anak fakultas lain?”, Ghea mulai mengeluarkan berbagai asumsi yang ada di kepalanya.

“Ngapain anak fakultas lain disini? Pake nguping dekat toilet lagi.”, Kirana tak bisa menerima begitu saja asumsi dari Ghea.

“Biasalah. Mungkin ceweknya anak fakultas sini dan lagi jemput atau mau makan bareng. Kan sering. Atau lagi ada keperluan apa gitu.”, kata Ghea kembali menguatkan dugaannya di awal.

“Bener juga. Artinya dia gak bakal kenal dong sama gue, apalagi Radit. Jadi aman dong.”, kata Kirana tersenyum lega.

“Hn. Untuk sementara bisa kita anggap begitu.”, ucap Ghea.

“Loh, kok untuk sementara sih?”, Kirana tak menerimanya.

“Ya mau gimana. Kan kita belum mendapatkan jawaban pastinya.”, lagi - lagi mereka berdebat untuk yang ke sekian kalinya.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

keep 👍

2024-02-02

0

Enung Samsiah

Enung Samsiah

masa ngobrol d toilet smpi 1 bab, membosankan

2023-11-24

0

Eliani Elly

Eliani Elly

baru mampir

2023-10-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2 Bab 2 Dosen Killer
3 Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4 Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5 Bab 5 Gosip dan Single Parent
6 Bab 6 Tugas dari Dosen
7 Bab 7 Tertidur
8 Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9 Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10 Bab 10 Hah, kok bisa?
11 Bab 11 Pasti ada yang salah
12 Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13 Bab 13 Menghindar
14 Bab 14 Penjelasan
15 Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16 Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17 Bab 17 Salah Paham
18 Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19 Bab 19 Sakit?
20 Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21 Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22 Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23 Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24 Bab 24 Tindakan tak Terduga
25 Bab 25 Pria Nyebelin
26 Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27 Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28 Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29 Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30 Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31 Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32 Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33 Bab 33 What is wrong with Raka
34 Bab 34 Sandiwara Kirana
35 Bab 35 Kilas Balik
36 Bab 36 Awal Pertemuan
37 Bab 37 Hamil
38 Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39 Bab 39 Mimpi Buruk
40 Bab 40 Mantan Terindah
41 Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42 Bab 42 Radit Agresif
43 Bab 43 Akhirnya Jujur
44 Bab 44 Siapa Wanita itu?
45 Bab 45 Perkelahian di Klub
46 Bab 46 Memar
47 Bab 47 Masih Perhatian
48 Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49 Bab 49 Pengen Kabur
50 Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51 Bab 51 Patah Hati
52 Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53 Can’t forget you
54 Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55 Bab 55 Tanpa Status
56 Bab 56 Cemburu
57 Bab 57 Curhat
58 Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59 Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60 Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61 Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62 Bab 62 Kemarahan Rian
63 Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64 Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65 Bab 65 Perlahan Terungkap
66 Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67 Bab 67 Salah Sangka
68 Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69 Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70 Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71 Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72 Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73 Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74 Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75 Bab 75 Saling Bertanya
76 Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77 Bab 77 Penyelamat disaat genting
78 Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79 Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80 Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81 Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82 Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83 Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84 Bab 84 Bersembunyi
85 Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86 Bab 86 Situasi Genting
87 Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88 Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89 Bab 89 Mantan Suami Gue
90 Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91 Bab 91 Surat Ancaman
92 Bab 92 Cowok Red Flag
93 Bab 93 Rian punya mata - mata
94 Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95 Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96 Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97 Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98 Bab 98 Permintaan Maaf
99 Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100 Bab 100 Perang Dingin
101 Bab 101 Definisi Rasa
102 Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103 Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104 Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105 Bab 105 Showtime!
106 Bab 106 Mau kemana mereka?
107 Bab 107 Real Showtime!
108 Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109 Bab 109 Bukan Begini Caranya
110 Bab 110 Kesal
111 Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112 Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113 Bab 113 Chapter Baru
114 Bab 114 Keberanian
115 Bab 115 Ngampus lagi
116 Bab 116 Bagaimana mungkin?
117 Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118 Bab 118 Siapa itu?
119 Bab 119 Pembicaraan Serius
120 Bab 120 Proposal Dadakan?
121 Bab 121 Insiden di Kelas
122 Bab 122 Salah Paham
123 Bab 123 Kejutan
124 Bab 124 Kepercayaan
125 Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126 Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127 Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128 Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129 Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130 Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2
Bab 2 Dosen Killer
3
Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4
Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5
Bab 5 Gosip dan Single Parent
6
Bab 6 Tugas dari Dosen
7
Bab 7 Tertidur
8
Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9
Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10
Bab 10 Hah, kok bisa?
11
Bab 11 Pasti ada yang salah
12
Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13
Bab 13 Menghindar
14
Bab 14 Penjelasan
15
Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16
Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17
Bab 17 Salah Paham
18
Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19
Bab 19 Sakit?
20
Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21
Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22
Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23
Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24
Bab 24 Tindakan tak Terduga
25
Bab 25 Pria Nyebelin
26
Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27
Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28
Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29
Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30
Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31
Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32
Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33
Bab 33 What is wrong with Raka
34
Bab 34 Sandiwara Kirana
35
Bab 35 Kilas Balik
36
Bab 36 Awal Pertemuan
37
Bab 37 Hamil
38
Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39
Bab 39 Mimpi Buruk
40
Bab 40 Mantan Terindah
41
Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42
Bab 42 Radit Agresif
43
Bab 43 Akhirnya Jujur
44
Bab 44 Siapa Wanita itu?
45
Bab 45 Perkelahian di Klub
46
Bab 46 Memar
47
Bab 47 Masih Perhatian
48
Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49
Bab 49 Pengen Kabur
50
Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51
Bab 51 Patah Hati
52
Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53
Can’t forget you
54
Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55
Bab 55 Tanpa Status
56
Bab 56 Cemburu
57
Bab 57 Curhat
58
Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59
Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60
Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61
Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62
Bab 62 Kemarahan Rian
63
Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64
Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65
Bab 65 Perlahan Terungkap
66
Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67
Bab 67 Salah Sangka
68
Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69
Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70
Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71
Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72
Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73
Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74
Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75
Bab 75 Saling Bertanya
76
Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77
Bab 77 Penyelamat disaat genting
78
Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79
Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80
Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81
Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82
Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83
Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84
Bab 84 Bersembunyi
85
Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86
Bab 86 Situasi Genting
87
Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88
Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89
Bab 89 Mantan Suami Gue
90
Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91
Bab 91 Surat Ancaman
92
Bab 92 Cowok Red Flag
93
Bab 93 Rian punya mata - mata
94
Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95
Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96
Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97
Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98
Bab 98 Permintaan Maaf
99
Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100
Bab 100 Perang Dingin
101
Bab 101 Definisi Rasa
102
Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103
Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104
Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105
Bab 105 Showtime!
106
Bab 106 Mau kemana mereka?
107
Bab 107 Real Showtime!
108
Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109
Bab 109 Bukan Begini Caranya
110
Bab 110 Kesal
111
Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112
Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113
Bab 113 Chapter Baru
114
Bab 114 Keberanian
115
Bab 115 Ngampus lagi
116
Bab 116 Bagaimana mungkin?
117
Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118
Bab 118 Siapa itu?
119
Bab 119 Pembicaraan Serius
120
Bab 120 Proposal Dadakan?
121
Bab 121 Insiden di Kelas
122
Bab 122 Salah Paham
123
Bab 123 Kejutan
124
Bab 124 Kepercayaan
125
Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126
Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127
Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128
Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129
Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130
Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!