Axelle Arvinando adalah putra bungsu dari keluarga Arvinando. Dia terlahir dari keluarga terpandang dan juga terhormat. Namun, hal itu tidak akan menjamin dia akan hidup bahagia.
Sang mama dan papa selalu mementingkan urusan mereka masing-masing. Bahkan mereka selalu membanding-bandingkan Axelle dengan sang kakak. Hal itulah yang membuat Axelle menjadi seorang pemberontak dan juga jatuh kedalam dunia kebebasan.
Hingga pada suatu malam dia bertemu dengan Alissa, gadis cantik dan juga lugu. Alissa di jual oleh sang kakak untuk membayar hutangnya. Axelle yang berada di tempat itu memilih untuk membantu Alissa. Namun, mereka malah di tertangkap dan di tuduh melakukan hal yang tidak senonoh.
Bagaimanakah perjalanan cinta mereka?
yuk ikuti terus kisah mereka.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
"Sayang! ini uang hasil menyanyi ku semalam. Aku ambil sedikit ya," ucap Axelle memberikan uang hasil menyayinya semalam di cafe.
"Uang yang kau berikan haritu aja masih ada," ucap Alissa menatap uang pemberian Axelle.
"Tidak apa-apa! kau ambil saja. Aku boleh bertanya gak?"
"Apa?"
"Baju dinasmu kemarin kau beli di mana?"
"Baju dinas!" ucap Alissa mengerutkan keningnya binggung.
"Baju itu lho. Baju tidur yang kau kenakan untuk mengodaku kemarin. Sebelum kau datang bulan," ucap Axelle menjelaskan.
"Oh! baju kurang bahan itu," ucap Alissa mengerti.
"Aku beli di pasar. Soalnya pedangangnya bilang begini. Ayo di beli! Jika anda membeli ini pasti suami tercinta akan merasa senang. Ayo! Ayo! senangkan suami anda mengunakan baju tidur ini," ucap Alissa dengan polosnya.
Mendengar ucapan polos Alissa, Axelle langsung terkekeh kecil. Dia menatap wajah lugu Alissa yang begitu mengemaskan. Istrinya itu memanglah sangat polos dan lugu. Akan tetapi dia memiliki otak yang sangat cerdas, bahkan lebih cerdas dari Axelle. Jadi sudah di pastikan, walapun dia sangat polos dan lugu tidak akan bisa di bodohi begitu saja.
"Kau nanti beli lagi ya! jika perlu setiap malam kau mengunakan itu," ucap Axelle tersenyum.
"Tapi aku malu membelknya lagi. Waktu itu saja aku di tatap semua emak-emak yang ada di sana," ucap Alissa memayunkan bibirnya.
"Oh ia! aku membelikan ini untukmu," ucap Axelle memberikan Alissa ponsel yang baru dia beli.
"Wah! ponsel," ucap Alissa kegirangan.
"Kau suka?"
"Em! sudah lama aku ingin membeli ponsel," ucap Alissa membolak balik ponsel pemberian Axelle.
"Sudah! sekarang ini milikmu. Jadi kau boleh membeli baju dinas itu di sini,"
"Belanja online ya?"
"Ia, Sayang!"
"Baiklah! Terima kasih, Sayang," ucap Alissa memeluk Axelle penuh kebahagiaan.
Melihat kebahagiaan Alissa, Axelle hanya tersenyum kecil. Dengan senyuman kebahagiaan yang di tunjukkan oleh Alissa, semua rasa lelah Axelle langsung menghilang begitu saja. Walaupun harus mengatur waktunya untuk kuliah, membantu papa Birma dan bernyanyi di cafe. Namun, Axelle merasa senang ketika melihat senyum bahagia Alissa.
Apalagi mengingat kehidupan Alissa yang sangat menderita sebelum bertemu dengannya. Sehingga membuat Axelle ingin selalu membahagiakannya. Agar Alissa lupa jika dia pernah hidup di lembah penderitaan yang sangat mengerikan.
"Apa datang bulanmu sudah selesai?" tanya Axelle sudah tidak sabar ingin belah duren secepetnya.
"Em! tinggal sedikit lagi,"
"Huff! lama sekali. Kalau begitu ayo, kau sudah selesai 'kan? nanti kita terlambat," ucap Axelle melirik jam yang melingkar di tangannya.
"Sudah! ayo," ucap Alissa mengambil tasnya lalu berjalan keluar bersama Axelle.
Mereka berjalan secara beriringan, bahkan tangan Axelle terus menggenggam mesra tangan Alissa. Seakan-akan dunia ini milik mereka berdua. Mereka menuruni anak tangga sambil bercanda gurau bersama. Terlihat keduanya tertawa bahagia sehingga, membuat tiga orang yang sedang sarapan bersama menatap ke arah mereka.
Suatu kejadian yang langka, Axelle melihat kedua orang tuanya berserta Askara sedang sarapan bersama di ruang makan. Selama Axelle tumbuh di keluarga itu, Axelle sampai lupa kapan mereka makan bersama. Namun, kali ini. Tidak ada hujan tidak ada angin tiba-tiba keluarganya sarapan bersama.
"Axelle! kau sudah sarapan? ayo sini, bibi tadi masak nasi goreng," ucap Askara menatap Axelle.
Mendengar ucapan Askara, Axelle langsung menatap ke arah Bi Inem, asisten rumah tangga sekaligus pengasuh Axelle dan Askara. Melihat itu, Axelle langsung bisa menebak jika Askara yang telah menyuruh Bi Inem untuk memasak sarapan untuk mereka. Sajak dulu Axelle dan Askara memang terus berusaha mendamaikan kedua orang tuanya.
Namun, aslinya sama saja, kedua orang tuanya tetap bertengkar seperti biasanya. Bahkan mereka sering menjadi sasaran empuk kemarahan kedua orang tuanya. Hal itulah yang membuat hubungan mereka berlahan menjauh satu sama lain.
"Sudah lama aku tidak makan nasi goreng buatan bibi," ucap Axelle langsung duduk dengan penuh semangat.
"Ayo, Sayang. Duduk di sini. Kau harus coba masakan bibi, rasanya sangat enak," ucap Axelle menarik tangan Alissa.
"Sini biar aku yang isi," ucap Alissa mengambil piring yang ada di depan Axelle.
Dia mengisi piring untuk Axelle dengan sangat telaten lengkap dengan air minumnya. Setelah melayani Axelle dengan baik, barulah Alissa mengisi piring untuknya. Dia duduk di samping Axelle lalu menyantap nasi goreng buatan Bi Inem dengan begitu lahap nya.
"Bagaimana? enak 'kan?" tanya Axelle menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulut Alissa.
"Ia, sangat enak! besok ajari aku memasak ya, Bi. Agar Kak Axelle tidak perlu beli makanan di luar lagi," ucap Alissa tersenyum.
"Ia, Nyonya! nanti setelah nyonya pulang kuliah, bibi akan mengajari nyonya," ucap Bi Inem tersenyum.
"Paling mension ini akan gosong karena ulahmu. Kau itu 'kan rakyat miskin. Jadi mana bisa kau mengunakan barang-barang mewah di mension ini," ucap Mirna memicingkan sudut bibirnya.
"Lebih baik menjadi orang miskin tapi saling menghargai. Dari pada hidup serba kecukupan tapi di butakan oleh uang," ucap Axelle membela Alissa.
Mendengar ucapan Axelle, Mirna langsung membanting sendok yang ada di tangannya. Dia menatap geram Axelle karena telah berani menantangnya di depan Alissa.
"Apa yang di katakan Axelle benar. Lebih baik memiliki istri dari kalangan bawah, tapi bisa menghargai suaminya," ucap Nando mengambil tissu lalu bangkit dari duduknya.
Dia langsung melangkahkan kakinya keluar dari mension sebelum mendapatkan ocehan pedas dari istrinya. Mirna hanya bisa mengepalkan tangannya geram lalu bangkit dari duduknya. Dia menatap Alissa penuh kebencian, lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya dengan penuh kekesalan.
Bersambung.....