Mencintainya bukan bagian dari sebuah kesalahan,namun melupakannya adalah sebuah keharusan, meskipun bukan sebuah keinginan.
Mampukah Rayyana mendapatkan cintanya atau sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Bertemu bunda Dewi
Pagi berselimut awan tebal, cuaca masih sejuk sisa hujan semalam,dan seperti nya pagi ini pun akan berlanjut, melihat langit di atas sana yang berwarna gelap menandakan hujan lebat akan segera mengguyur bumi yang sudah lama kering.
Rayya baru saja selesai sarapan,pagi ini dia tidak ke rumah sakit seperti biasanya, Lia,rekan sesama perawat ijin tidak masuk bekerja karena ada keperluan,jadi Rayya yang harus menggantikan shift nya sebentar malam.Biasanya ini kerjaan Devi,tapi kebetulan dia harus ke luar kota menghadiri seminar neurologi.
Rayya sedikit bersantai, tidak harus terburu buru ke rumah sakit, dan yang paling penting dia tidak akan bertemu dengan Abian.
Siang hari, untuk menghilangkan rasa bosannya, dia memutuskan untuk jalan jalan, mengunjungi pusat perbelanjaan akan sedikit mengurangi rasa kesepian nya.
Si maroon kesayangan Rayya mulai melaju membelah jalan raya.Hujan deras baru saja berhenti sejam yang lalu menyisakan gerimis yang sementara menemani perjalanannya.Mood nya hari ini jauh lebih baik dari beberapa hari kemarin, sambil menyetir dia bersenandung kecil mengikuti irama lagu.
Rayya memarkir mobilnya di basement.Dengan langkah ringan dia berjalan memasuki mall terbesar di kota itu. Asik berjalan melihat ke kiri dan ke kanan, tidak sengaja Rayya menabrak seorang wanita setengah baya yang datang dari arah berlawanan.
Bruukkk.....
"Maaf Bu, aku nggak sengaja." ujar Rayya.
"Nggak papa nak.. " jawab wanita tadi.
Rayya berjongkok, memunguti isi tas yang berceceran di lantai.
Wanita paruh baya tadi pun ikut berjongkok dan membantu Rayya,saat memunguti satu persatu barang barangnya,tidak sengaja wanita tadi melihat id card bertuliskan 'Rayyana Adistira Hutomo,bangsal neurologi,Rumah sakit internasional Grahatama.'
"Makasih ibu,maaf merepotkan. " Rayya terlihat sungkan.Dari cara berpakaian dan gestur tubuh wanita yang barusan dia tabrak, terlihat jelas kalau dia bukan wanita sembarangan.
"Ini semua pasti gara gara aku terlalu asik mainin ponsel sambil jalan, jadinya nabrak deh, ibu juga minta maaf ya.." jawabnya dengan sangat ramah dan sedikit bercanda.
Rayya tersenyum simpul menimpali perkataan wanita tadi.
"Boleh kita berkenalan? " lanjutnya.
"Iya bu, tentu saja. " Rayya mengulurkan tangan kanannya sambil tersenyum.
"Rayyana."
"Dewi."
Ya,, wanita itu adalah Dewi Wiranti Grahatama,nyonya besar Grahatama Group,perusahaan raksasa yang bergerak di bidang medis dan alat rumah sakit.
"Kamu kesini dengan siapa? " tanya bunda Dewi.
"Sendiri bu." jawabnya sungkan.
Bunda Dewi berjalan beriringan dengan Rayya, dia merubah haluannya yang tadinya sudah ingin pulang,kembali masuk hanya untuk bertukar cerita dengan Rayya,aneh memang, mereka baru saja bertemu, tapi seperti ada ikatan batin di antara keduanya. Bunda sangat menyukai kepribadian Rayyana yang tidak terlalu banyak bicara, tapi pintar membawa diri dan terlihat smart.
Sepanjang jalan dia terus mengajak Rayya mengobrol, Rayya pun merasa seperti sedang bersama dengan ibunya,sifat bunda Dewi dan ibu Erika memang mirip.itulah yang menyebabkan Rayya sangat nyaman bersama bunda Dewi.
"Sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau ibu traktir makan? " ujar Bunda saat berada di depan sebuah restoran western.
"Kan yang nabrak ibu aku, harusnya aku yang traktir."
"Sudahlah,jangan di pikirkan siapa yang nabrak siapa,gini aja, kali ini aku yang bayar, nanti kalau kita ketemu lagi kamunya yang bayar, ok".Bunda memberi penawaran.
Rayya hanya mengangguk,mau menolak rasanya kurang sopan,lagian dia memang belum makan siang.
Mereka duduk di pojokan restoran.
"Kamu mau pesan apa? " tanya bunda sambil membolak balik menu yang ada di tangan nya.
"Samain aja sama ibu." jawab Rayya.
"Baiklah."
Bunda Dewi memanggil pelayanan dan memesan dua porsi ratatouille,makanan khas prancis yang terbuat dari berbagai macam sayuran, seperti tomat, zucchini, bawang putih, bawang merah, paprika, kentang, dan lain sebagainya.Makanan ini cukup menyehatkan, jadi bunda memilihnya untuk menu makan siang kali ini.
"Tadi tanpa sengaja ibu melihat id card mu, apa kamu bekerja di rumah sakit Grahatama? " tanya bunda Dewi.
"iya bu." jawab Rayya singkat.
"Kamu dokter? "
"Bukan bu, saya perawat."
Bunda Dewi seperti kehabisan kata kata,dia menatap Rayyana dengan senyum di bibirnya.
"Apa kamu selalu menjawab sesingkat itu saat ada yang bertanya padamu? " Bunda Dewi jadi gemes sendiri mendengar jawaban serba singkat dari Rayya.
Rayya tersenyum menanggapi perkataan bunda Dewi.
"Bisa kau ceritakan sedikit,,, tidak,, bisa kau menceritakan banyak hal tentang dirimu pada ibu?"
"Cerita tentang apa bu?"
Bunda geleng geleng sendiri melihat sifat Rayyana yang menurutnya sangat lucu dan menggemaskan.
"Semuanya.. "
"Mmm...sudah lama Aku bekerja di rumah sakit internasional Grahatama,ini sudah tahun ke sebelas ku di sana.aku bekerja di bagian neurologi."
"Waahhhh,, lama juga ya,, apa kamu betah bekerja di sana? "
"Betah dong bu, kalau nggak, ya nggak mungkin bertahan sampai sekarang." ujarnya tersenyum.
"Sudah berapa lama kamu bekerja di bagian neurologi? "
"Semenjak pihak rumah sakit merekrut ku sebelas tahun lalu."
Bunda Dewi tidak percaya sampai membuka mulutnya lebar lebar.
" Kamu nggak bosan apa di situ terus, kenapa nggak minta di pindahin kemana gitu?"
"Aku suka dengan pekerjaannya bu, bisa nggak ibu bayangkan, betapa bahagianya saat melihat pasien yang datang dengan keluhan sulit menggerakkan tangan atau kakinya,dan setelah di lakukan perawatan beberapa hari,tangan dan kaki itu sudah bisa di gerakkan walaupun minimal sekali.Itu adalah kebahagiaan tersendiri untuk kami para perawat di bangsal neurologi,dan aku sudah mengikuti pelatihan neurologi, jadi tidak akan bisa di pindahkan ke tempat lain. " Rayya bercerita panjang lebar,Bunda sudah paham hanya dengan melihat sorot mata Rayya yang begitu senang saat menceritakan pekerjaannya.Bunda Dewi terus memandang wajah ayu dan cantik Rayyana.
"Tulus banget kamu."batin bunda.
"Apa kamu sudah menikah? "tanya nya lagi sambil mengaduk ratatouille yang baru saja di antar oleh pelayan.
Rayya menghela napasnya kasar..
" hhhh..... "
" Aku berhasil di karirku bu, tapi tidak dengan kehidupan rumah tangga ku, beberapa bulan yang lalu, aku baru saja berpisah."
Bunda Dewi yang baru saja akan memasukkan ratatouille ke dalam mulutnya jadi urung dia lakukan, dia menyimpan sendoknya kembali.
"Maaf kan ibu, seperti nya ibu sudah keterlaluan,kita baru pertama kali bertemu, tapi ibu sudah menanyakan berbagai hal padamu bahkan sampai kehidupan pribadimu." Bunda merasa sangat bersalah.
"Oohh.. nggak papa bu, aku merasa seperti sedang curhat dengan ibuku sendiri." Ujar Rayya, dia berusaha mengurai kecanggungan karena permintaan maaf dari bunda Dewi barusan.
"Oo iya,, apa ibumu cerewet seperti ku? " tanyanya kembali dengan raut wajah yang terlihat sangat penasaran.
"He.. he.. he.."Rayya terkekeh, kemudian mengangguk kan kepalanya.
"Kenapa kamu bisa pendiam seperti ini, padahal ibumu sama seperti ku, tidak bisa berhenti bicara..? "
"Aku mungkin mewarisi sifat ayahku bu, kakak ku juga sama seperti ku,irit kosakata."
Bunda terkekeh, "he.. he.. he... "
"Kamu punya kakak?"
"Iya bu,aku memanggilnya mas Ari, dia seorang abdi negara, sama seperti ayah."
"Apa beliau seorang tentara? " bunda bertanya random.
"Iya bu.. "
"Waaahhh...hebat ya kamu, tumbuh dan besar di lingkungan militer, pasti kamunya punya hati sekuat baja,iya kan..?Dulu saat ibu kecil, ibu paling takut loh kalau ketemu sama paman yang bajunya ijo ijo,, sereeemm banget tau liatnya."
"Ha.. ha.. ha... " Rayya tertawa.
Melihat lawan bicaranya tertawa seperti itu, membuat hati bunda tersentuh.
"Kami cantik sekali saat tertawa seperti itu." puji bunda Dewi.
Rayya tersipu malu mendapat pujian dari wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik di usianya.
"Aku juga punya anak perempuan, mungkin usianya sedikit di bawahmu, tadi saat pertama kali bertemu,ibu langsung teringat dengannya.Dia sekarang di luar negeri melanjutkan pendidikannya,, sifatnya mirip denganmu." ujarnya panjang lebar.
"Nanti kapan kapan aku kenalin deh, pasti kalian cepat akrab." lanjutnya.
"Aku menunggu itu bu."
"Ya sudah,, habiskan makananmu."
Setelah menghabiskan makanannya, mereka menyempatkan berkeliling mall,bunda Dewi membelikan beberapa lembar baju untuk Rayyana.
Rayyana menolak, tapi apa daya, kuasa nyonya besar itu tidak bisa di bantah, mau tidak mau, Rayya menerimanya.
Puas berjalan jalan, mereka akhirnya berpisah setelah bertukar nomor ponsel.
"Sayang, anakku masih terikat pernikahan, seandainya tidak, aku akan menjodohkan Abian dengannya. " batin bunda Dewi.matanya tidak berhenti memandangi mobil Rayya sampai hilang di ujung jalan.
...****************...
baiklah
rayya...daebak