Bianca Aurelia, gadis semester akhir yang masih pusing-pusingnya mengerjakan skripsi, terpaksa menjadi pengantin pengganti dari kakak sepupunya yang malah kecelakaan dan berakhir koma di hari pernikahannya. Awalnya Bianca menolak keras untuk menjadi pengantin pengganti, tapi begitu paman dan bibinya menunjukkan foto dari calon pengantin prianya, Bianca langsung menyetujui untuk menikah dengan pria yang harusnya menjadi suami dari kakak sepupunya.
Tapi begitu ia melihat langsung calon suaminya, ia terkejut bukan main, ternyata calon suaminya itu buta, terlihat dari dia berjalan dengan bantuan dua pria berpakaian kantor. Bianca mematung, ia jadi bimbang dengan pernikahan yang ia setujui itu, ia ingin membatalkan semuanya, tidak ada yang menginginkan pasangan buta dihidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Della
Bianca menatap tajam wanita di hadapannya, rasa amarah yang sempat hilang dalam dadanya kembali berkobar ketika wanita di hadapannya ini muncul dengan tidak tahu malunya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Bianca mendekati wanita berwajah datar itu.
Della. Kakak sepupunya sekaligus wanita yang sudah membuat Bianca harus menikahi Kaivan menatap datar Kaivan juga Bianca.
"Tidak perlu banyak drama, Bianca, aku ke sini hanya untuk mengambil barang-barang yang aku tinggal di sini," balas Bella melangkah masuk ke dalam kamar dengan santainya, lalu ia membuka lemari berwarna putih, barulah Bianca lihat ada banyak sekali baju-baju dan tas wanita di dalamnya, Selama ia tidur di kamar ini, tidak pernah sekali pun Bianca penasaran dengan isi lemari putih itu, ia pikir itu hanya lemari untuk barang-barang Kaivan.
Tapi sekarang, ia menjadi penasaran, sebanyak apa barang-barang Della di kamarnya juga Kamar Kaivan, kenapa wanita itu menaruh banyak barang di dalam kamar Kaivan seperti ia tinggal satu atap dengan Kaivan?
Tidak lama setelah itu, muncullah seorang pria tinggi dengan perawakan sedikit kurus, lalu memasuki kamar dan melangkah mendekati Della, pria itu membantu Della memasukkan barang-barang milik Della ke dalam koper yang pria itu bawa.
Sejenak ia melupakan Kaivan, ia mendekati meja panjang di bawah televisi dan mengambil semua bingkai yang ada gambar Della juga pria yang sedang membantunya itu, lalu ia jatuhkan ke dalam koper yang sudah terisi setengah baju milik Della.
"Bawa semua itu, ini hanya menjadi sampai di kamar ini," ucap Bianca dengan wajah datarnya, ingin rasanya ia mengamuk kepada Della, tapi itu tidak mungkin ia lakukan, karena jika ia mengamuk sekarang, kemungkinan suasana di dalam kamar akan semakin kacau, Bianca akan menahannya selagi wanita itu tidak lagi memancing amarahnya.
"Kau terlihat bahagia dengan pernikahanmu itu," ejek Della dengan senyum miringnya.
"Bahagia atau tidak, itu bukan urusanmu," balas Bianca.
"Rupanya sekarang kamu sudah berani berbicara tidak sopan dengan kakak sepupumu ini, hmm?"
Bianca mendongakkan wajahnya, menunjukkan jika ia tidak takut sama sekali dengan Della.
Della yang melihat keberanian adik sepupunya itu melangkah pelan mendekati Bianca dan berbisik kecil di telinga Bianca.
"Selamat menikmati Kaivan yang tidak bisa melihat itu, kau harus siap-siap untuk menjadi budaknya, ia tidak akan bisa melindungimu ataupun melakukan hal-hal yang kau mau, jadi kau harus siap jika kamu akan menjadi pembantu Kaivan ketimbang istrinya,"
Bianca langsung menampar keras pipi Della sampai membuat wajah Della menoleh ke samping. Pria yang sedang menaruh tas Della ke dalam koper berhenti ketika mendengar suara tamparan yang sangat nyaring itu, ia menoleh dan terkejut melihat Della yang pipinya sudah merah dan terjiplak bekas tamparan, ia melangkah cepat mendekati Bianca, hendak membalas tamparan Bianca, tapi dengan cepat Bianca menghindar dan tamparan itu meleset.
"Cepat bereskan semua barang-barangmu, dan keluar dari kamar ini!" perintah Bianca datar sambil menunjuk pintu keluar dari kamar.
"Dan kau," tunjuk Bianca kepada Della, "jangan pernah muncul lagi di hadapanmu atau pun Kaivan,"
Tidak ada balasan dari Della maupun pria di sampingnya, ia Bianca yakini jika pria itu adalah kekasih dari Della sendiri.
"Ku harap kau tidak akan pernah menyesal dengan keputusanmu ini, Bianca, Kau membela suamimu sampai rela menampar keluargamu sendiri, kau pasti sudah tau, jika orang tua Kaivan tidak akan pernah setuju dengan pernikahan kalian. Well orang tuaku ternyata sangat bisa diandalkan dalam hal ini, orang tuamu dan Kaivan bahkan tidak bisa datang ke acara pernikahan itu dan menghentikannya, kasihan sekali dirimu, Bianca, terjebak bersama dengan pria yang bukan impianmu dan malah akan menyusahkanmu ke depannya," ucap Della sebelum ia melangkah keluar kamar diikuti oleh pria yang Bianca anggap kekasih dari Della.
"Akan kupastikan, kau menyesali perbuatanmu, Della," bisik Bianca yang hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya.
"Kamu tidak perlu melakukannya, Bianca, sekalipun Della menyesal dan kembali padaku, aku tidak akan pernah kembali kepadanya," ucap Kaivan pelan.
Bianca langsung memutar tubuhnya begitu ia mendengar suara suaminya, ternyata Kaivan sudah berdiri tepat beberapa senti di belakangnya.
"Tidak bisa, aku masih marah karena rencana dia dan orang tuanya Kaivan, kita menikah karena itu memang rencana dari Della dan orang tuanya, aku sudah memutuskan untuk membuat Della menyesali perbuatannya tanpa aku harus turun tangan langsung," ucap Bianca menggebu-gebu.
"Sepertinya itu tidak perlu, biarkan dia menjalani kehidupan yang dia mau, dan kita juga bisa menjalani kehidupan kita sendiri,"
Mendengar itu Bianca semakin merasa kesal, "Dengar ya, aku masih tidak terima dengan semua yang terjadi padaku, aku tidak bisa membiarkannya lolos begitu saja dan hidup bahagia sedangkan aku tidak," balas Bianca tidak menyadari ucapannya sendiri.
Kaivan diam, ia sudah menduga hal ini, Bianca masih belum bisa menerima sepenuhnya, di hatinya masih ada hal yang belum ia pahami sepenuhnya.
"Aku sudah mengatakan kepadamu jika kamu bisa menenangkan pikiranmu di rumah orang tuamu, aku tidak pernah melarangmu untuk melakukan semua hal yang kamu suka, aku juga tidak pernah membatasi aktivitas dan pertemananmu, kamu bebas dan kamu bisa mengejar kebahagianmu," balas Kaivan datar.
Bianca diam, ia baru menyadari ucapannya, tidak pernah ia duga jika ucapannya akan keluar begitu saja tanpa ia bisa tahan, padahal ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak pernah membahas apapun yang dapat menyinggung Kaivan, tapi sekarang, Bianca malah mengucapkannya tanpa berpikir panjang.
Sial, sial, sial, Bianca memaki dirinya sendiri di dalam hati, ada apa dengan dirinya, ia masih tidak bisa menerima kekurangan Kaivan tapi ia juga tidak bisa melihat Kaivan berdekatan dengan orang lain, apa yang sebenarnya terjadi dengannya? Bianca tidak tahu apakah perasaan tidak suka itu karena dirinya yang sudah mulai menyukai Kaivan sehingga ia merasa marah jika ada wanita yang dekat dengannya? Tapi di satu sisi ia masih belum benar-benar menerima kekurangan Kaivan apalagi jika ada orang yang mengejek dirinya karena memiliki suami yang cacat seperti yang dilakukan Della tadi.
"Kamu tidak perlu memikirkan apa yang sedang kamu rasakan sekarang Bianca, kamu memiliki banyak waktu untuk memikirkan itu, pelan-pelan saja, aku akan tetap di sini, aku tahu tidak mudah menerima kekurangan aku ini, jadi aku tidak akan pernah menuntutmu untuk bisa menerimaku seutuhnya," ucap Kaivan pelan.
Bianca diam, matanya lekat menatap bola mata Kaivan yang tidak menatapnya, bola mata itu terlihat indah walaupun tidak berfungsi.
"Aku berangkat kerja dulu, kamu istrahat ya," pamit Kaivan mulai melangkah menjauhi Bianca dengan bantuan tongkat yang ada di tangannya.
Dengan gerakan cepat, Bianca menghadang di depan Kaivan, Kaivan mengerutkan dahinya ketika tongkatnya menyentuh kaki Bianca.
"Bianca," panggil Kaivan untuk memastikan jika itu benar Bianca.
Bianca mendekat dan langsung memeluk Kaivan, "Biar aku antar," bisik Bianca lirih.