Di suatu hari paling terpuruk di hidup Dinda, dia bertemu dengan seorang wanita paruh baya. Wanita tua yang menawarkan banyak bantuan hanya dengan satu syarat.
"Jadilah wanita bayaran."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WB&CEO Bab 25 - Berharap Sekali Saja Ada keajaiban
Deg! ucapan Derick tentu saja membuat Alden terkejut. Tentang hal itu tidak pernah sedikitpun terlintas dalam benaknya.
Sampai akhirnya ucapan Dinda kembali terngiang di telinga.
'Tidak perlu tanggung jawab! apa yang mau kamu pertanggung jawab kan? Liora dan nenek Gaida sudah mendatangi aku lebih dulu dan memaksaku meminum obat penggugur kandungan. Jadi pergilah! tidak ada sedikitpun bagian dirimu yang tertinggal dalam tubuhku!!'
Mengingat itu Alden sadar satu hal, bahwa Gaida dan Liora telah bekerjasama.
Ucapan Dinda dan semua bukti yang sudah dia dapatkan.
Bagaimana Liora dan Gaida mempermainkan hidupnya dan Dinda.
Dan saat Alden telah mengetahui semuanya. Di saat itulah Liora dan Gaida bergerak untuk menyembunyikan Dinda.
Menjelang siang saat itu Gaida tidak datang seorang diri menghampiri sang cucu di depan rumah Dinda, dia membawa dua pengawal berbadan kekar untuk bantu aksi mereka kali ini.
"Kenapa nenek lama sekali?" tanya Liora ketika dia sudah bertemu dengan Gaida.
"Nenek cari orang-orang ini dulu, mana bisa kita menghentikan dia sendiri. Saat ini dia pasti sudah melawan dengan nenek," balas Gaida pula, kemarin mungkin Dinda masih akan mematuhi dia karena perjanjian mereka. Tapi Gaida pun sudah mengatakan pada Dinda jika setelah semalam kerjasama di antara mereka berakhir.
Langkah mereka berempat terhenti saat tiba di depan gerbang rumah Dinda, gerbang itu masih terkunci rapat, tidak bisa mereka lewati dengan mudah.
"Kalian berdua saja yang masuk, bersikaplah seperti tamu, jadi dia akan membuka pintunya dengan sukarela," titah Gaida pada dua anak buahnya.
"Baik Nyonya," jawab keduanya patuh, setelah itu mereka melompati pagar dengan mudah.
Lalu mengetuk pintu rumah Dinda layaknya seperti tamu biasa.
Namun saat itu Dinda yang berada di dalam rumah tidak langsung membukanya. Jelas-jelas pintu gerbang masih dia kunci, tapi kenapa ada orang yang bisa masuk.
Dengan kecurigaan yang memenuhi seisi kepalanya Dinda pun mengintip dari balik jendela, melihat kira-kira siapa yang telah mengetuk pintu rumahnya.
Dilihat oleh Dinda dua orang pria berbadan kekar berdiri di sana, tidak ada satupun yang dia kenal. merasa aneh akan hal itu Dinda pun kemudian melebarkan pandangan dan melihat ke arah gerbang.
Deg! seketika jantungnya bergemuruh saat dia lihat kedua wanita yang tak asing, Liora dan Gaida berdiri disana dengan wajahnya yang angkuh.
Saat itu juga Dinda sadar jika kedua pria ini pasti suruhan dua wanita iblis itu.
"Tidak, aku tidak boleh tertangkap oleh mereka," gumam Dinda, dia mulai memikirkan bagaimana caranya keluar dalam situasi ini.
Yang terpikirkan olehnya hanyalah keluar dari pintu belakang.
"Iya, aku harus lewat sana," yakinnya kemudian. Dengan langkah yang masih belum normal karena perih di pangkal pahanya itu Dinda dengan segera menuju dapur. Keluar dari pintu belakang dan menaiki pagar rumahnya sendiri lalu keluar di halaman rumah orang lain, tetangganya.
"Awh!" ringis Dinda saat dia jatuh, tapi saat ini dia tak boleh lemah, tak boleh menyerah dan harus berlari. Tujuan Dinda adalah jalanan besar di ujung sana, mencari tempat ramai dan berteriak meminta bantuan.
"Ayo Dinda, kamu bisa, kamu harus berlari," gumam Dinda, dia bangkit dan membuang jauh-jauh rasa sakit di pangkal pahanya. Melihat gerbang rumah tetangganya yang juga terkunci. Itu artinya dia harus melompati pagar itu dalam sekali percobaan, karena Liora dan Gaida pasti akan langsung melihatnya.
Tapi Dinda tak boleh mengukur waktu, sebelum 2 pria kekar itu tau keberadaannya dia harus kabur lebih dulu.
"1, 2, 3," ucap Dinda, lalu berlari sekuat tenaga. Melompat tinggi dan kembali jatuh di jalanan.
Brugh!!
Suara itu sontak saja mencuri perhatian Liora dan Gaida yang ada disisi kanan, jarak diantara mereka hanya sekitar 20 meter.
"Nenek wanita itu!!" Pekik Liora seraya menunjuk ke arah Dinda yang masih terjatuh.
Namun dengan cepat Dinda bangkit dan berlari secepat mungkin, Dinda dengar dengan jelas saat Liora dan Gaida memanggil anak buahnya untuk mengejar dia.
"Cepat kejar wanita itu! tangkap DIA!" pekik Liora.
"Lio, kita pakai mobil!" ucap Gaida pula, dia paling tidak kuat berlari. Saat itu Liora langsung menganggukkan kepalanya setuju.
Semetara kedua pria berbadan kekar itu langsung mengejar Dinda dengan cepat.
Tidak butuh waktu lama wanita incarannya sudah terlihat di depan sana.
Sementara Dinda terus berlari, dia sengaja tidak melihat ke belakang dan terus mempercepat larinya.
"Berhentilah!! kami akan segera menangkap mu!" teriak salah seorang pria, suaranya terdengar begitu dekat di telinga Dinda. Dia bahkan merasa tubuhnya telah mampu di jangkau oleh tangan panjang kedua pria itu.
Tapi dia tidak mau menyerah, tidak mau tertangkap.
Ujung Gang sudah mulai terlihat, Dinda bahkan melepaskan alas kakinya dan berlari lebih cepat.
Aku mohon Tuhan, kali ini aku mohon lepaskan aku dari mereka semua.
Aku mohon Tuhan, aku tidak akan meminta apapun lagi, aku tidak akan menyesali hidupku lagi, tapi aku mohon, lepaskan aku dari mereka semua.
Aku mohon Tuhan.
Batin Dinda, berharap sekali saja ada keajaiban dalam hidupnya.
Brak!! Dengan sengaja Dinda tabrakan tubuhnya pada sebuah mobil yang melintas di jalan raya. Tubuhnya terpelanting cukup jauh. Sebuah kejadian yang membuat Dinda teringat akan sang ibu diantara kesadarannya yang tinggal separuh.
Kecelakaan yang terjadi di depan mata itu, sontak saja membuat kedua anak buah Gaida terkejut. Langkah kaki mereka terhenti, bahkan berangsur mundur. Terlebih saat mereka lihat pemilik mobil itu pun keluar, seorang pria dengan jas lengkap.
"Bagaimana ini?" tanya salah satunya.
Belum sempat pertanyaan itu terjawab, mobil Liora berhenti tepat di samping mereka. Liora dan Gaida pun bisa melihat dengan jelas Tubuh Dinda yang tergeletak di jalanan. Kemudian banyak orang berkerumun membantu wanita malang itu.
"Bagaimana ini Nek?" tanya Liora, dengan tatapan yang masih lurus menatap keramaian itu.
"Anggap saja dia sudah mati," jawab Gaida pula.
Mendengar itu Liora pun menelan ludahnya dengan kasar. Dia pun tak pernah menyangka jika semuanya akan berakhir seperti ini. Tapi tentang Alden bukanlah sesuatu hal yang bisa dia lepaskan dengan mudah. Apa yang dia lakukan hari ini, setimpal dengan apa yang akan dia dapatkan nanti.
Menyadari itu tidak ada sedikitpun penyesalan di hati Liora. Lagi pula sudah nasibnya wanita bayaran itu mati dengan mengenaskan.
"Semoga dia benar-benar mati," ucap Liora lagi. Seolah tanpa rasa bersalah sedikitpun dia kembali melajukan mobilnya, keluar dari gang rumah Dinda dan mulai memasuki jalan raya. Pergi begitu saja. Termasuk kedua anak buahnya pun langsung meninggalkan tempat kejadian.