NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

"Sialan Chen Feng Yu," gerutu Lin Hua, bibirnya berdesis pelan. Cahaya bulan perak menyoroti topeng rubah yang menutupi sebagian wajahnya, menyembunyikan ekspresi jijik yang terpancar dari matanya. "Keluarga cabang berharap bisa menguasai kekuasaan militer keluarga sah? Memang benar, keturunan selir selalu tidak tahu diri." Gumamannya terdengar sinis, saat ia akhirnya menyadari identitas pria yang tengah menggenggam erat plat komando militer keluarga Chen.

Tanpa ragu, Lin Hua mencabut belati peraknya yang terselip di balik jubahnya. Dengan gerakan cepat dan terukur, ia melemparkan belati itu ke arah Chen Feng Yu. Suara cling nyaring terdengar saat belati itu mengenai tangan pria itu, tepat di atas buku-buku jarinya yang menggenggam plat komando militer. Chen Feng Yu tersentak kaget, erangan kesakitan tertahan di bibirnya.

Lin Hua melompat turun dari atas pohon oak tempat ia bersembunyi, gerakannya ringan dan anggun seperti seekor kucing. Ia melesat dengan cepat, memanfaatkan kegelapan malam sebagai selimutnya, dan meraih plat komando militer yang hampir terjatuh ke tanah. Debu beterbangan saat kakinya mendarat dengan sempurna di tanah.

"Keluarga cabang ingin memberontak pada atasan?" Lin Hua mencibir sinis, matanya yang tajam menatap Chen Feng Yu dengan tatapan merendahkan. Darah segar menetes dari luka robek yang cukup dalam di tangan pria itu, namun Lin Hua sama sekali tidak merasa iba.

"Kau! Berani-beraninya merebut milikku!" teriak Chen Feng Yu, wajahnya memerah karena amarah dan rasa sakit. Ia menunjuk Lin Hua dengan tangan yang gemetar, tidak percaya bahwa plat komando militer yang menjadi ambisinya itu kini berada di tangan seorang wanita asing bertopeng rubah.

"Apa yang kalian lakukan?! Cepat bunuh wanita sialan itu!" Chen Feng Yu berteriak histeris, memberikan perintah kepada para pengawal bayarannya.

Pembunuh bayaran yang semula dikira Lin Hua berasal dari bangsa iblis itu langsung bergerak menyerangnya dengan pedang mereka. Lin Hua mendengus sinis saat menyadari sesuatu yang janggal. "Iblis mana yang tidak memiliki akar sihir?" ejeknya, suaranya dingin dan menusuk. Ia tidak merasakan sedikit pun aura sihir dari tubuh para pembunuh bayaran itu. Mereka hanyalah manusia biasa yang dilatih untuk membunuh.

Lin Hua dengan gerakan cepat menangkis serangan para pembunuh bayaran itu dengan belati miliknya. Gerakannya sangat lincah, bagai bayangan yang bergerak cepat, menghilang dan kembali muncul di tempat yang berbeda. Setiap gerakan tangkisannya menghasilkan suara dentang logam yang nyaring, memecah kesunyian malam. Ia memanfaatkan kecepatan dan kelincahannya untuk menghindari serangan para pembunuh bayaran yang lebih kuat dan besar darinya.

Lin Hua menyeringai di balik topeng rubahnya, menikmati kebingungan dan frustrasi yang terpancar dari wajah para pembunuh bayaran itu. Mereka jelas tidak menyangka bahwa lawannya adalah seorang wanita yang begitu cepat dan gesit.

Dengan gerakan memutar tubuh yang anggun, Lin Hua menghindari tebasan pedang yang mengarah ke kepalanya. Ia membalas dengan tusukan cepat ke arah perut salah satu pembunuh bayaran, belatinya menembus lapisan baju besi tipis dan mengenai daging. Pria itu mengerang kesakitan dan mundur selangkah, memegangi perutnya yang berdarah.

Lin Hua tidak memberinya kesempatan untuk pulih. Ia melesat maju, menusuk leher pria itu dengan belatinya. Pria itu tersentak, matanya membelalak, lalu ambruk ke tanah dengan suara gedebuk yang keras.

Para pembunuh bayaran lainnya terkejut melihat rekan mereka tumbang begitu cepat. Mereka semakin meningkatkan serangan mereka, berusaha mengepung Lin Hua dan menjebaknya. Namun, Lin Hua terlalu cepat bagi mereka. Ia terus bergerak, menghindari serangan mereka dengan mudah dan membalas dengan tusukan-tusukan mematikan.

Dalam waktu singkat, beberapa pembunuh bayaran lainnya tumbang, tergeletak di tanah dengan luka menganga di tubuh mereka. Chen Feng Yu menyaksikan semua itu dengan ngeri, tidak percaya bahwa para pengawal bayarannya yang terlatih itu bisa dikalahkan dengan begitu mudah oleh seorang wanita.

"Sialan! Kalian semua tidak berguna!" teriak Chen Feng Yu, amarahnya memuncak. Ia mencabut pedangnya sendiri dan berlari menyerang Lin Hua.

Lin Hua mendengus sinis melihat Chen Feng Yu menyerangnya. Pria itu jelas bukan tandingan baginya. Gerakannya lambat dan kaku, pedangnya tidak memiliki kekuatan atau ketepatan.

Dengan mudah, Lin Hua menangkis serangan Chen Feng Yu dan membalas dengan tendangan keras ke arah dadanya. Chen Feng Yu terhuyung mundur, kehilangan keseimbangan, dan jatuh terduduk di tanah.

Lin Hua melompat maju, menginjak dada Chen Feng Yu dengan kakinya. Ia menodongkan belatinya ke leher pria itu, matanya memancarkan aura membunuh yang dingin dan kejam.

"Kau pikir kau bisa memberontak pada keluarga Chen?" tanya Lin Hua dengan suara rendah dan berbahaya. "Kau salah besar."

Chen Feng Yu menatap Lin Hua dengan ketakutan. Ia tahu bahwa hidupnya berada di tangan wanita bertopeng rubah ini.

"Ampuni aku," mohon Chen Feng Yu dengan suara gemetar. "Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku berjanji."

Lin Hua menyeringai sinis. "Janji seorang pengkhianat tidak berarti apa-apa," ujarnya.

Tanpa ragu, Lin Hua menusuk leher Chen Feng Yu dengan belatinya. Pria itu tersentak, matanya membelalak, lalu tubuhnya kejang-kejang sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.

Lin Hua mencabut belatinya dan membersihkan darah yang menempel di bilahnya dengan kain yang ia bawa. Ia kemudian menatap mayat Chen Feng Yu dengan tatapan dingin dan acuh tak acuh.

"Satu masalah selesai," gumam Lin Hua. "Sekarang, saatnya untuk menyelesaikan masalah lainnya."

Lin Hua berbalik dan menghilang ke dalam kegelapan malam, meninggalkan mayat Chen Feng Yu dan para pengawal bayarannya tergeletak di tanah.

Lin Hua kembali memanjat pohon willow yang menjulang tinggi, gerakannya lincah dan tanpa suara, bagaikan seekor kucing hutan yang mencari mangsa. Ia yakin, Jenderal Chen yang terluka pasti bersembunyi di suatu tempat di sekitar sini, berusaha menghindari kejaran musuh. Benar saja, setelah beberapa kali melompat dari satu pohon ke pohon lainnya, mengikuti instingnya yang tajam, Lin Hua akhirnya melihat siluet Jenderal Chen yang terluka parah, bersembunyi di balik semak-semak azalea yang rimbun.

Meskipun Jenderal Chen adalah seorang jenderal yang kuat dan ditakuti musuh di medan perang, bukan berarti dia tidak bisa terluka. Apalagi, dia baru saja kembali dari medan perang yang jauh, tubuhnya pasti kelelahan setelah melakukan perjalanan panjang dan melelahkan. Ia harus segera menyelamatkannya.

Lin Hua mengatur napasnya, bersiap untuk melompat turun dan menghampiri Jenderal Chen. Namun, takdir sepertinya memiliki rencana lain. Saat ia melompat turun dari pohon, kakinya tanpa sengaja menginjak sesuatu yang keras dan berkarat di antara dedaunan kering. Sebuah jebakan! Ranjau yang sudah dipersiapkan oleh musuh untuk menjebaknya, atau lebih tepatnya, untuk menjebak siapa pun yang mencoba mendekati Jenderal Chen.

Suara klik pelan namun memekakkan telinga terdengar, diikuti oleh suara gemerisik dedaunan yang bergesekan. Lin Hua membeku di tempatnya, matanya membulat karena terkejut dan panik. Ia tahu betul apa arti suara itu. Dalam hitungan detik, ranjau itu akan meledak, menghancurkan tubuhnya menjadi berkeping-keping. Bukan hanya itu, ledakan itu juga akan membahayakan Jenderal Chen yang bersembunyi tidak jauh darinya.

'Sial!' umpat Lin Hua dalam hati. Ia harus bertindak cepat.

1
Murni Dewita
double up thor
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
SamdalRi: halo kakak, makasih udah mampir ☺
total 1 replies
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!