Dinikahi Mahasiswa Dicintai Dosen.

Mata Shindy melebar ketika memandangi dua orang beda jenis di dalam ruangan. Ia berpaling lalu bersandar di tembok dengan mata terpejam. Sebenarnya penasaran ingin melihat apa yang akan mereka lakukan selanjutnya, tapi hatinya tidak kuat. Ingin rasanya pergi dari tempat ini, tapi jawaban apa yang akan ia berikan kepada mertuanya ketika bertanya tentang makanan yang ia bawa.

Shindy tidak menyangka jika Arkan ternyata buaya darat, sampai-sampai bertukar ludah di tempat kerja. Sungguh menjijikan.

Hingga beberapa menit Shindy menguatkan hatinya kemudian memutuskan tetap ke dalam. Ia membuka pintu dengan tangan kiri, tangan kanan membawa bekal.

"Permisi..." ucap Shindy. Mengejutkan Arkan yang sedang mengetik di depan komputer, tapi dibelakangnya seorang wanita masih memeluknya manja, menempelkan dagu ke pundak Arkan. Entah siapa wanita itu tapi anehnya Arkan menikmati pelukan dan ciuman wanita itu.

"Shindy..." Arkan melepas tangan wanita yang dikalungkan di lehernya.

Wanita yang berpakaian kemeja lengan pendek dipadukan dengan rok mini di atas lutut itu menatap Shindy datar.

"Saya disuruh Mama mengantar makan malam" Shindy bersikap biasa saja walaupun hatinya dongkol. Bukan cemburu, tapi Arkan rupanya tidak menghiraukan ucapanya.

"Tapi sebelum makan sebaiknya kamu mandi wajib dulu Ar, jangan-jangan kamu sudah berbuat lebih dari sekedar ciuman dan pelukan" Shindy tersenyum masam.

"Siapa wanita ini Ar?" Tanya wanita yang sudah jauh lebih tua dari Arkan dan Shindy. Jika diperhatikan mungkin seusia dengan Nadila, tapi entah siapa wanita itu hanya Arkan yang tahu. "Dia ini art Tante Adisty kan Ar?" lanjut wanita itu memegang tangan Arkan yang hanya diam membatu di kursi.

"Dia..." Arkan ingin menjawab pertanyaan wanita itu, tapi tatapanya tertuju kepada Shindy yang meletakkan paperbag di hadapannya.

"Cepat ke kamar mandi Van, bau di ruangan ini lebih menjijikkan dari bau tangan saya sore tadi" Shindy menyindir, sengaja memanggil nama Ivan supaya lebih menggerakkan hati Arkan.

Benar saja, Arkan meninggalkan kursi melangkah ke kamar mandi.

 Shindy tampak cuek dengan si wanita lalu mengeluarkan isi paperbag ke atas meja.

"Siapa kamu?" Tanya wanita yang bernama Clara menatap Shindy dari atas sampai bawah.

"Sepertinya Mbak ingin tahu sekali, kalau saya jawab istri Ivan, toh Anda tidak akan percaya, bukan?" Shindy tersenyum.

"Hahaha... jelas tidak percaya, Arkan itu seleranya tinggi. Mana mungkin memilih istri cupu sepertimu" Clara tertawa meledek.

Shindy tidak terpancing walaupun Clara menghinanya, walau dalam hatinya tertawa geli. Clara bicara tidak berkaca dulu seperti apa dirinya. Keduanya saling diam ketika mendengar pintu kamar mandi di buka.

"Sebaiknya kamu makan dulu Ar, saya memasak ayam bakar kecap ini khusus untuk kamu loh" ucap Shindy tersenyum ketika Arkan sudah keluar dari kamar mandi.

Melihat tampilan ayam goreng Ivan lapar lagi walaupun sudah makan.

"Pasti ayam goreng itu tidak enak Ar, apa lagi yang memasak art kamu" Clara menarik ujung bibir ke atas ketika memandangi ayam bakar.

Shindy tidak peduli walaupun sejak awal dikatakan art oleh Clara karena pekerjaan itu tidak hina. Tetapi yang membuat Shindy kesal, kenapa Arkan bermesra dengan wanita lain. Menandakan bahwa Arkan mempermainkan pernikahan.

 "Di coba dulu Van, kalau tidak enak jangan di habiskan" Shindy menatap Arkan.

Arkan pun akhirnya duduk menggigit ayam bakar tanpa nasi. Clara sewot lalu gantian ke kamar mandi.

"Siapa wanita itu Ar? Saya tidak menyangka jika selera kamu ternyata Tante-Tante"

...~Bersambung~...