Terpaksa Menikahi Suami Sahabatku

Kanaya menyandarkan kepalanya di kursi mobil. Perempuan cantik itu berkali-kali menghembuskan napas, mencoba menetralkan perasaannya.

Rasa sakit, rasa cemburu dan rasa tidak enak terhadap Sandra bercampur menjadi satu.

Sadar, Kanaya. Kamu harus sadar dengan posisimu. Bukankah kamu sudah berjanji akan menyimpan baik-baik perasaanmu? Lalu kenapa kamu seolah terlena dengan kebahagiaan yang pria itu berikan?

Kamu harus ingat, kamu dan Sean hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh Sandra.

Kanaya memejamkan mata. Sebenarnya tubuhnya masih sangat lelah akibat perbuatan Sean yang tak berhenti mengajaknya bercinta sampai tadi pagi.

Suami sirinya itu sangat bersemangat menggempurnya berkali-kali dengan alasan agar benihnya cepat tumbuh dan tugasnya selesai.

Tugasnya selesai?

Kanya kembali mengembuskan napas panjang saat rasa sesak dan sakit muncul bersamaan. Kata-kata itu memang selalu terucap setiap kali Sean menginginkan bercinta dengannya.

Bangun, Kanaya. Sadar akan posisimu agar kamu tidak terlalu terluka.

Perempuan cantik itu terus menerus menghela napas dan menepuk dadanya berkali-kali. Air matanya terjatuh membasahi kedua pipinya.

Kanaya mengambil tisu untuk mengusap air matanya. Ia kemudian mengeluarkan kepalanya, ingin melihat apa yang dilakukan sepasang suami istri itu di sana. Kanaya merasa penasaran karena Sean sangat lama.

Dengan cepat Kanaya kembali menarik kepalanya dan bersandar di kursi mobil. Gadis cantik itu memegangi dadanya yang terasa nyeri setelah melihat pemandangan di luar sana.

Sean dan Sandra sedang asyik berciuman. Mereka saling berciuman dengan penuh gairah di halaman rumah itu.

*Kenapa mereka malah melakukannya di sana? Apa mereka tidak malu jika dilihat orang lain?

Bodo amat! Kalau pun sampai ada yang melihat mereka juga tidak apa-apa. Toh, mereka suami istri. Aku tidak mungkin menghentikan mereka bukan? Aku takut Sandra salah paham*.

Kanaya kembali menyandarkan kepala sambil memejamkan mata. Menghalau rasa sakit yang sedari tadi menyerang hatinya.

Perempuan yang baru saja menikah siri seminggu yang lalu itu mencoba menepis bayangan Sean saat pria itu merayu tubuhnya dan membuatnya melayang.

Kini, bibir yang tadi pagi mencium bibirnya dan bermain di setiap inci tubuhnya itu sedang berlabuh di bibir perempuan lain. Sahabat baiknya yang merupakan istri pertama Sean.

Ternyata seperti ini rasanya berbagi. Sandra ... kalau aku jadi kamu, aku tidak akan membiarkan suamiku bersama wanita lain. Apalagi, mengorbankan orang yang kita cintai hanya demi ambisimu.

***

Sean dan Sandra melepaskan ciuman mereka. Keduanya sama-sama terengah, apalagi, ketika hasrat sudah menguasai mereka.

"Aku menginginkanmu sekarang juga, Sandra," bisik Sean dengan suara parau. Kedua matanya berkabut gairah.

"Aku juga menginginkanmu. Tapi ...."

"Tapi apa, Sayang?"

"Kanaya. Apa kamu lupa kalau ada dia di sini? Aku tidak mungkin melakukannya di rumah ini karena ini adalah rumah yang aku beli untuk kalian," ucap Sandra. Sejujurnya, ia pun saat ini sedang terbakar gairah.

"Kalau begitu, kita cari hotel terdekat. Aku benar-benar sudah tidak tahan." Sean meraih tangan Sandra dan mengarahkan tangan perempuan itu pada bagian tubuh bawahnya yang sudah bereaksi.

"Kita temui Kanaya dulu. Kita tidak mungkin pergi dan meninggalkannya begitu saja." Sean mengangguk, menyetujui ucapan Sandra.

Mereka berdua kemudian melangkah sambil bergandengan tangan menuju mobil Sean.

Sandra dan Sean saling berpandangan saat mereka tiba di depan mobil yang pintunya masih terbuka itu. Di sana, terlihat Kanaya memejamkan mata. Perempuan itu tertidur dengan kepala menyandar di jok mobil.

Bisa-bisanya dia tertidur di sini.

Sean menggeleng pelan. Sementara Sandra menatap suaminya dengan tatapan tak terbaca. Namun, rasa nyeri menyelinap ke ruang hatinya.

Sepertinya, Kanaya kelelahan. Aku yakin, dia pasti kesulitan mengimbangi hasrat Sean yang selalu membara.

Sandra menghela napas, menetralkan detak jantungnya yang langsung memburu seiring rasa sakit di hatinya.

"Sebaiknya kamu gendong dia ke rumah. Biarkan dia beristirahat di dalam." Sandra menatap Sean yang masih terdiam sambil menatap sahabatnya.

"Sean." Sandra menepuk bahu suaminya membuat Sean sedikit terkejut.

"Bawa dia masuk ke dalam rumah. Setelah itu kita pergi dari sini. Kamu bilang, kamu menginginkan aku bukan?"

Mendengar ucapan istrinya, Sean kemudian menundukkan kepala. Kedua tangannya meraih tubuh Kanaya yang tertidur pulas.

Bisa-bisanya kamu tertidur di sini. Padahal, aku baru saja ingin mengajakmu ke kantor.

Sean membopong tubuh wanita cantik yang sedari kemarin memuaskan hasratnya itu. Laki-laki itu kemudian melangkah menuju rumah.

Sementara, Sandra mengikuti langkah suaminya dari belakang.

"Sayang ... tolong ambilkan kunci rumah di dalam tasnya."

Sandra yang mendengar ucapan Sean langsung membuka tas Kanaya yang ia pegang.

Model cantik itu kemudian membukakan pintu rumah setelah ia menemukan kunci di dalam tas sahabatnya.

Sandra membuka pintu dan membiarkan Sean membawa Kanaya ke kamarnya.

Sandra mengikuti Sean sampai ke kamar dan meletakkan tas Kanaya di atas nakas. Perempuan itu kemudian mengirimkan pesan ke nomor ponsel Kanaya kalau Sean akan pergi bersamanya.

Tidak lupa, Sandra meminta maaf terlebih dahulu karena meninggalkan Kanaya yang tertidur dan pergi bersama Sean tanpa sepengetahuan istri keduanya itu.

Setelah merebahkan tubuh Kanaya, Sean menatap perempuan cantik itu sebentar sebelum akhirnya berbalik dan mendekati Sandra yang sedang memainkan ponselnya.

"Aku mengirimkan pesan pada Kanaya kalau kita akan pergi. Aku takut dia mencarimu nanti," ucap Sandra saat melihat sorot mata Sean yang merasa penasaran.

"Aku akan pergi bersama istriku. Kenapa dia harus mencariku?" Wajah Sean cemberut. Tangannya meraih tangan Sandra kemudian mengajak perempuan yang dicintainya itu keluar dari kamar Kanaya.

Kamar yang menjadi saksi bisu percintaan panasnya dengan istri keduanya.

Sean mengambil kunci cadangan sebelum laki-laki itu mengunci pintu rumahnya.

"Kemana asisten rumah tangga? Kenapa tidak terlihat?" tanya Sandra setelah mereka keluar dari rumah.

"Kemarin dia pulang. Ada keluarganya yang sakit. Mungkin tiga atau empat hari lagi dia akan kembali." Sean tersenyum, menggandeng tangan perempuan itu.

"Aku merindukanmu." Sean mengangkat tangan Sandra kemudian mengecupnya lembut.

"Aku juga merindukanmu." Sandra tersenyum manis membuat Sean ikut tersenyum.

Sepasang suami istri itu memutuskan masuk ke dalam mobil milik Sean. Di dalam mobil, mereka langsung saling menautkan bibir.

Sean menarik tengkuk istrinya. Memperdalam ciumannya. Kedua insan yang sedang dilanda rindu itu saling mencumbu dengan penuh gairah.

"Kita cari penginapan terdekat. Aku sudah tidak tahan–" Suara Sandra terputus saat Sean kembali membungkam mulutnya dengan bibir pria itu.

"Aku juga sudah tidak tahan. Kita lakukan di sini saja sebentar, setelah itu kita ke hotel untuk melanjutkannya." Belum sempat Sandra menjawab, Sean kembali membungkam mulut Sandra dan ******* bibir perempuan itu yang bertahun-tahun sudah menjadi candunya.

Pagi itu, Sean membuktikan ucapannya. Pria itu benar-benar melakukannya dengan Sandra di dalam mobil karena mereka sudah tidak bisa lagi menahan hasrat yang harus segera dituntaskan.

Setelah selesai, Sean melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah, menuju hotel terdekat untuk menyalurkan hasrat mereka berdua yang yang masih menggebu.

BERSAMBUNG ....

Maafkan baru bisa update. Maunya tiap hari update, tapi apalah daya, akhir-akhir ini Author bener-bener sibuk di dunia nyata. Mudah-mudahan, besok sudah bisa update rutin lagi.

Sambil nunggu author update, yuk, baca juga karya keren milik temen Author.

Blurb

Aldrich Marchdika yang meninggal karena konspirasi paman dan sahabatnya, akhirnya terlahir kembali dalam tubuh seorang pria tampan bernama Kendra Argantara yang berstatus sebagai mahasiswa abadi jurusan Tehnik Arsitektur di sebuah Universitas Negeri ternama di negeri ini, sekaligus sebagai pewaris tunggal Perusahaan besar Argantara Group. Namun, dia harus meninggal dunia akibat konspirasi dari tunangan dan sepupunya sendiri yang menginginkan harta warisan milik Kendra.

Bagaimana seorang Aldrich yang kini menjadi sosok Kendra mengungkapkan kematian si pemilik tubuh?

Bagaimana pula dia mengatakan pada Allana kalau sebenarnya dia adalah suaminya, sedangkan pertemuan pertama Kendra dan Allana memberikan kesan yang buruk untuk istrinya?