NovelToon NovelToon
Langit Bumi

Langit Bumi

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Perubahan Hidup / Identitas Tersembunyi
Popularitas:372.8k
Nilai: 4.8
Nama Author: Abil Rahma

Hafidz tak pernah menyangka jika dirinya ternyata tak terlahir dari rahim ibu yang selama ini mengasuhnya. Dia hanya bayi yang ditemukan di semak dan di selamatkan oleh sepasang suami istri yang dia kira orang tua kandungnya, membuatnya syok dengan kenyataan itu.

Sebenarnya dia tak ingin mengetahui siapa orang tua kandungnya, karena dia merasa sudah bahagia hidup bersama orang tua angkatnya saat ini, tapi desakan sang Ibu membuatnya mencari keberadaan keluarga kandungnya.

Mampukah dia menemukan keluarganya?
Bagaimana saat dia tahu jika ternyata keluarganya adalah orang terkaya di ibu kota? Apakah dia berbangga hati atau justru menghindari keluarga tersebut?


"Perbedaan kita terlalu jauh bagikan langit dan bumi," Muhammad Hafidz.


"Maafin gue, gue sebenarnya juga sakit mengatakan itu. Tapi enggak ada pilihan lain, supaya Lo jauhin gue dan enggak peduli sama gue lagi," Sagita Atmawijaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

"Maaf Tante enggak mengetahui semua itu, Kakak macam apa Tante ini Git?" Tante Arin menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa Mama di masa lalu.

Ya, Gita baru saja menceritakan kisah Mama yang pedih pada sang Tante dan tentu saja ada Hafidz di sana, tapi tak ada Om Ari karena beliau sudah pamit lebih dahulu ke ruang kerja.

Berbeda dengan Tante Arin, Hafidz tak kuasa menahan air mata dan juga amarahnya. Dia memilih untuk ke toilet sebentar, meluapkan amarah pada sang Papa dengan memukul dinding kamar mandi. Mungkin jika Papa saat ini ada di hadapannya sudah dia habisi tanpa ampun.

Beristighfar dalam hati, mencoba menenangkan perasaannya. Tak ingin berlama-lama dalam balutan kemurkaan karena tak baik untuk dirinya. Memasrahkan semua urusannya pada Sang Pencipta, biarlah Allah yang membalas semua perbuatan sang Papa.

Tok Tok Tok

"Bang! Abang baik-baik aja?" Gita mengetuk pintu kamar mandi, khawatir dengan Kakak kembarnya, karena sudah cukup lama di dalam kamar mandi.

Hafidz membuka pintu kamar mandi, dia langsung memeluk Gita yang masih berdiri di depan pintu. Air matanya kembali menetes mengingat semua cerita yang Gita kisahkan tadi.

"Aku tahu Abang kecewa dan marah sama Papa, aku pun sama Bang, apalagi aku yang setiap hari melihat kehidupan mereka, rasanya sakit sekali Bang." Gita mengusap punggung Hafidz, menenangkan pemuda itu.

"Yang terpenting sekarang, kita harus jaga Mama. Jauhkan dari mereka semua, aku yakin mereka tidak akan diam begitu saja kalau tahu Mama sudah sehat Bang," pungkasnya, lalu melepaskan pelukan sang Kakak.

"Kamu pasti selama ini hidup menderita." Hafidz menatap Gita penuh selidik.

Gita tersenyum getir, "Aku baik-baik saja dibandingkan penderitaan yang Mama alami selama ini, apalagi setelah ada Bang Hafidz," ucapnya.

Tapi Hafidz menerima jawaban berbeda dari sorot mata kembarannya itu. Mungkin selama ini Gita memang menderita tapi tak pernah menceritakan pada siapa pun. Entahlah, ternyata kehidupan mewah yang sempurna di mata orang lain, justru di dalamnya tertulis kisah pilu nan menyakitkan.

Hafidz kembali memeluk Gita, "Ada aku sekarang, ada Mama juga. Kalau ada apa pun ceritakan, berbagilah dengan ku meski itu menyakitkan, biar aku tahu bagaimana sakitnya kamu, kita sejak pertama diciptakan sudah melakukan apa pun bersama," ucapnya yang membuat Gita meneteskan air mata, membalas pelukan Hafidz dengan erat.

Gita yakin, kehidupannya di masa depan akan lebih indah, apalagi mereka hidup bertiga. Dia akan selalu di lindungi oleh sang Kakak yang menyayanginya juga akan mendapatkan kasih sayang seorang ibu yang tak di dapatkannya selama ini.

Setelah cukup lama saling menguatkan, keduanya kembali menemui Tante Arin. Tantenya itu menceritakan banyak hal, mulai dari mencari keberadaan Mama Sinta, tapi tak pernah menemukannya. Mengurus kepindahan ke Bandung, setelah sang Papa meninggal, dan masih banyak lagi.

Setelah Tante Arin berpamitan untuk istirahat, untuk pertama kalinya mereka berdua bersama hingga larut, menceritakan kisah di masa lalu, terkadang terlihat raut kesedihan di wajah ke duanya, tapi lebih banyak tertawa saat menceritakan hal rondom di masa lalu. Bahkan mereka mengejek satu sama lain saat ada hal yang lucu.

Pagi hari pun tiba, Indra sudah berada di rumah Tante Arin, bahkan ikut sarapan di sana karena memang Tante Arin yang meminta. Lebih baik berangkat pagi hari, supaya semuanya bisa terselesaikan tanpa harus menunggu besok.

Mereka berangkat menggunakan dua kendaraan, satu mobil milik Indra dan mobil Tante Arin tentunya.

Perjalanan yang amat panjang menurut Gita dan Hafidz, karena mereka sudah tak sabar membawa Mama pergi dari tempat menyedihkan itu. Begitu pun Tante Arin, perjalanan kali ini terasa lama, mungkin karena ingin segera bertemu dengan adiknya.

Dua mobil itu berhenti di parkiran rumah sakit, si kembar langsung mengajak sang Tante menuju kamar Mama, tapi ternyata Mama sudah berada di taman, tempat favoritnya.

"Sinta!" Tante Arin memeluk tubuh kurus yang sedang duduk menyendiri di kursi taman. Air matanya menetes tak terbendung, bersyukur akhirnya bertemu dengan adiknya.

"Mbak Arin," gumam Mama Sinta, tak urung membalas pelukan sang Kakak.

Keduanya larut dalam kebahagiaan, menumpahkan rasa syukur dan haru dalam satu waktu. Rindu yang selama ini terpendam akhirnya gugur juga, pecah dalam tangis penuh syukur.

"Maafkan kakak mu ini yang tidak tahu apa-apa, hanya mempercayai ucapan orang yang sengaja menghancurkan, maaf sekali." Arin menghapus air mata yang terus membanjiri sisi wajahnya.

"Mbak Arin tidak salah, ini emang keinginanku sendiri Mbak, menjauh dari kehidupan yang terlihat sempurna padahal penuh luka," sambung Sinta.

Mendengar ucapan adiknya, Arin kembali memeluk adik yang sudah lama hilang itu.

Di sisi lain, mereka berempat menyaksikan keharuan tersebut dengan tersenyum bahagia, meski air mata menetes tapi senyuman tak henti mereka pamerkan.

Tak ingin berlama-lama di tempat tersebut, karena bisa jadi membahayakan. Mungkin saja tanpa di rencana Renaldi akan berkunjung, tentu saja semua rencana yang sudah di susun akan hancur berantakan.

"Kalian kemasi barang-barang, Tante sama Om yang akan menemui dokter, semoga mereka mengijinkan kami membawa Mama kalian pergi dari sini," ucap Tante Arin setelah puas memeluk sang adik yang dirindukan itu.

Mengemasi barang Mama yang tak seberapa itu. Mereka terkejut mendapati banyak lukisan dan tulisan tangan Mama yang tersimpan di dalam lemari. Mungkin itu salah satu penghilang jenuh selama sendiri di tempat sepi ini. Tak lama mereka membereskan barang Mama, setelah itu memutuskan untuk menunggu Tante dan Omnya di ruangan tersebut.

Hafidz sengaja menghubungi suster Nana yang tak terlihat hari ini, tapi ternyata sang suster mengatakan jika sedang libur.

"Suster Nana, sedang cuti, katanya Ayahnya sakit parah," ucap Mama saat mengetahui Hafidz menelfon Suster tersebut.

"Ya Allah, semoga Ayahnya suster Nana lekas sembuh," ucap Hafidz tulus.

Mereka mengamini doa Hafidz tersebut.

Ternyata cukup lama Tante dan Om, di ruang dokter. Setengah jam kemudian mereka baru kembali, dengan wajah cerah. Bisa ditebak jika mereka berhasil mendapatkan ijin membawa Mama pulang.

"Gimana Tan?" tanya Gita tak sabaran, meski dia bisa menebak tapi jawaban dari bibir sang Tante sangat dibutuhkan, untuk kepastian.

"Alhamdulillah, dengan berbagai alasan, akhirnya dokter mengijinkan Mama kalian pulang, meski awalnya dokter tidak percaya jika kami kerabatnya, apalagi selama ini hanya Papa kalian saja yang ke sini dan menemui dokter, dan kami menjelaskan apa adanya, akhirnya dokter setuju," jelas Tante Arin.

Semuanya mengucapkan syukur, karena mereka selangkah lebih maju. Dengan membawa Mama pergi dari tempat ini, maka gerbang kebahagiaan akan segera terbuka lebar.

Bersambung.......

🍁🍁🍁

1
Tita Ningsih
Ceritanya bagus, tidak bertele tele, dan bukan sekedar berhalu tentang dunia percintaan yang jauh dari jangkauan nyata.
AbhiAgam Al Kautsar
mantaaapppp
YuWie
yahhh baguss..walo gak puasss krn disini semua perannya jadi protahonis semua. antagonisnya di maafken malah tambah bahagia..begitulah
YuWie
waguuu
YuWie
anehhh..knpa adrian bebas. bukankah dokter ini kerjasama dg sita membohongi pasien.
YuWie
pastiii sukses kamu fidz
Santi Rizal
keren banget ceritanya
Santi Rizal
pengkhianatan membuat banyak orang yang terluka
Santi Rizal
sita bener bener jahat banget wong edan
Santi Rizal
bagus ceritanya Thor
LENY
ZUVA SAMA REVAN AJA ATAU SAMA RICKY. KL SAMA HAFIZD KETUAAN DAN SDH DIANGGAP ADIK SAMA HAFIZD.
LENY
YA WAJARLAH GITA KECEWA KRN PERBUATAN TANTE NYA SDH KELEWAT BATAS KEJAM NYA 😥
LENY
MAAF THOR KOK AKU GAK ADA TERHARU NYA YA LIHAT SINTA MINTA MAAF SETELAH PERBUATAN JAHAT SITA DIASINGKAN 10 THN DI TMH SAKIT JIWA ANAK DIBUANG DUH BLM BISA DAN GAK RELA SITA SEMUDAH ITU DIMAAFKAN. BAGUSLAH GITA JGN CABUT LAPORAN PERCOBAAN PEMBUNUHAN BIAR SITA RASAKAN DULU AKIBAT PERBUATAN JAHAT NYA🙏
LENY: MALAH SINTA YG DIJAHATIN MINTA MAAF DULU ADUH 🙈🙈
total 1 replies
LENY
YA BENER AKU GAK SETUJU KL DICABUT TUNTUTANNYA BIARKAN SITA DIPENJARA DULU AGAR JERA KRN PERBUATANNYA SDH KELEWAT BATAS. ENAK BENER KL SMPE DILEPAS DARI PENJARA. LAGIAN SINTA KOK MERASA BERSALAH JG ANEH. SITA AJA YG HATI NYA JAHAT IRI DENGKI.
LENY
KRN IRI SAMA SAUDARA SENDIRI TEGA BERBUAT JAHAT DAN KEJAM MELEBIHI BINATANG😡 PADAHAL SINTA BAIK ORANGNYA GAK PANTAS DISAKITIN DGN KEJAM
LENY
PAPA REY INI TERLALU LEMAH MSH AJA GAK MAU CERAIKAN SITA KRN KASIHAN REVAN. PADAHAL PERBUATAN SITA SDH KELEWAT BATAS KEJAMNYA. GAK MIKIR ANAK KANDUNG DIBUANG DAN ISTRI DISAKITIN. JD GREGETAN LIHATNYA.
Santi Rizal
semoga kedepannya LBH bahagia hafizd ..mm dan Gita
Santi Rizal
saudara kembar tapi jahat banget
Santi Rizal
hubungan batin ibu dan anak emang kuat
LENY
LANJUT THOR
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!