NovelToon NovelToon
Father Of My Children

Father Of My Children

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati
Popularitas:4.4M
Nilai: 4.5
Nama Author: Irwti Asnn

[ Beberapa Bab belum di revisi ] Mohon maaf jika tidak update, ya. 🙏


Berkisah dari seorang gadis cantik yang bernama Amelia Andini Wijaya. Gadis yang kerap disapa Amel memilik sahabat yang sudah bagaikan saudara baginya, namun sahabatnya itu malah mengkhianatinya. Sahabat Amel berselingkuh dengan seseorang yang paling Amel cintai.

Hubungan Amel kandas setelah 3 tahun bersama. Membuat Amel begitu frustasi tak dapat menerima pengkhinatan dari sahabat dan pacarnya.

Demi melampiaskan rasa sakit hatinya, Amel memutuskan untuk mencari seorang gigolo. Hingga malam itu terjadilah penyatuan tanpa cinta.

3 tahun kemudian. Amel menyandang status sebagai seorang singgle Mommy. Amel dibantu Si Tukang ojek online cantik yang dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.

Tidak disangka-sangka seorang gigolo yang melakukan malam bersama Amel adalah seorang CEO sekaligus Direktur perusahaan besar yang ada di kota H.

Bagaimana kehidupan mereka setelah itu?


Simak ceritanya di sini.😉


Happy Reading All! 📚☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irwti Asnn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

FOMC part 23

Saat mengetahui tangan siapa yang ia genggam, Azka perlahan-lahan melepaskan genggaman tangannya. Azka sempat melihat ada sedikit memar di tangan Amel.

"Apa aku mengenggamnya terlalu erat, sampai tangannya memar seperti ini?" Azka mengelus tangan Amel, yang memar bekas dari genggaman tangannya.

Amel merasa elusan di tangannya dan membuatnya terusik dari tidurnya, Amel perlahan-lahan membuka matanya. Azka yang melihat Amel bergerak segera memejamkan matanya kembali.

"Astaga! Sudah jam betapa ini?" ucap Amel berdiri, melihat arloji kecil yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Oh Tuhan! Sudah jam 6 sore, bisa-bisanya aku ketiduran di sini begitu lama," ucapnya yang belum menyadari bahwa tangannya sudah di lepaskan. Amel melihat ke arah Azka yang masih tertidur pulas alias pura-pura tidur.

"Syukurlah dia sudah melepaskan tanganku," batin Amel yang melihat pergelangan tangannya yang sempat digenggam oleh Azka.

"Kuat juga genggaman dari Si Bongkahan Es ini, sampai menimbulkan memar di tanganku lagi," gumam Amel yang masih terdengar jelas, oleh orang yang sedang berpura-pura tidur.

"Aku sakit karenamu dan kamu malah diam-diam mengumpatku,awas saja kau," batin Azka.

Amel sedikit menundukkan wajahnya dan memperhatikan wajah Azka dengan lekat.

"Di lihat dari wajahnya mungkin sakitnya sudah sedikit mendingan," gumam Amel menatap wajah Azka dengan begitu intens.

Azka yang sudah tidak tahan lagi seketika membuka matanya lebar-lebar, sontak membuat Amel kaget dan refleks mengangkat badannya ke atas dan membuat dirinya tidak berdiri dengan seimbang.

Melihat Amel hampir jatuh. " Hati-hati!" teriak Azka lantang, refleks meraih tangan Amel, lalu menariknya begitu kuat dan membuat mereka tidak seimbang dan ...

Bruk ...

Mereka berdua jatuh ke tempat tidur, posisinya sekarang Azka berada di bawah bahkan memeluk Amel yang berada di atasnya.

Amel yang sempat menutup mata karena takut kepalanya terbentur, merasa kepalanya baik-baik saja, tidak sakit sama sekali.

"Kok tidak sakit? Tu-Tunggu, benda kenyal apa ini yang sedang menyentuh bibirku?" Amel merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh bibirnya, sontak membuatnya tersadar, membuka matanya melihat apa yang sudah terjadi.

Amel membelalakkan matanya saat melihat Azka yang berada tetap di depannya dan bahkan bibirnya menempel di bibir Azka. Azka hanya diam mematung dan tidak bergeming dari tempatnya.

"Syukurlah kalau dia baik-baik saja. Tapi, kok bibirku sakit?" batin Azka, yang belum sadar dengan posisinya.

Amel yang melihat Azka sedang melamun, menepuk pelan bahu Azka, Azka yang tersadar dengan lamunannya tak bergeming dari tempatnya bahkan malah memperdalam ciumannya.

"Hmmptt ... Pak, hmmp ... le," ucap Amel mencoba memberontak dari ciuman Azka.

"Bibir ini yang selalu mengangguku, setiap kali melihatnya, jadi ini hukuman buatmu yang telah berani mengumpatku secara diam-diam," batin Azka, merasa puas dengan perbuatannya.

"Le ... lepaskan hmmp ... lepaskan hmmmp Pak ...." Amel mencoba melepaskan diri. Azka sedikit mengigit bibir bawah Amel.

"Auu!" Amel merintih kesakitan, Azka lalu melepaskan tautan bibir mereka.

"Itu hadiah dariku buat dirimu," celetuk Azka.

Amel secepat kilat berdiri dari posisinya, Azka sangat merasa puas dengan aksinya bahkan bangun dan duduk dengan santainya, seakan tidak terjadi apa-apa.

Amel yang sudah berdiri merasa malu karena dia juga sempat menikmati ciuman itu, ia hanya dapat menutupi wajahnya yang panas dengan kedua tanggannya.

Melihat Amel di depannya. "Merasa malu, sudah terlambat," batin Azka merasa menang.

"Kenapa kamu di sini? Ke mana Arya?" tanya Azka datar, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"An-Anu, it-itu ... itu pa-pak Arya, sejak siang tadi sudah kembali ke kantor. Ka-Katanya masih ada pekerjaan yang belum di selesaikan," jelas Amel, gugup.

"Oh ... terus kenapa kamu berada di sini, dan tidak pulang saja ke rumahmu?"

"Sa-Saya mi-minta maaf Pak."

"Untuk?"

"Karena saya, Bapak jadi sakit. Makanya saya ada di sini sekarang, untuk menebus kesalahan saya," jelas Amel.

"Ya sudah, sekarang kamu boleh keluar! Saya mau mandi."

"Tidak bisakah kau mengucapkan terima kasih atau setidaknya menerima permohonan maafku? Dasar Bongkahan Es!" batin Amel.

"Hah?"

"Kenapa belum pergi?" tatapan Azka tajam tertuju pada Amel.

"It-Itu Pak, apa perut Bapak sudah tak sakit lagi? Kalau masih sakit, sebaiknya Bapak minum rebusan air jahenya dulu, mungkin air jahenya telah dingin, tapi masih bisa di minum."

"Perhatian juga sampai membuatkan rebusan jahe untukku, walau sekarang perutku sudah baik-baik saja, tetap saja aku harus meminumnya," batin Azka.

Azka berjalan menuju nakas yang sudah ada gelas berisi rebusan jahe, mengambilnya dan meminumnya dengan sekali tegukan sampai air jahenya tandas.

Amel yang melihatnya melongo menatap Azka yang sedang meneguk gelas, memperhatikan leher Azka yang bergerak-gerak.

"Saya sudah meminumnya, kenapa kamu belum pergi? atau jangan-jangan, kamu mau ikut mandi bersama saya, ya?" tanya Azka, menggoda.

Tersadar dengan lamunannya. " Dasar mesum!" teriak Amel dan berlari keluar kamar.

Azka yang melihat Amel berlari karena malu, tersenyum lebar sangat puas dengan tingkahnya.

"Rasain kamu," batin Azka senang, berhasil menggoda Amel.

"Ciuman barusan lumayan juga, sudah lama aku tidak merasakannya," lirih Azka, mengusap bibirnya.

"Bibirku lecet juga tidak apa-apa, asalkan imbalannya setimpal," gumam Azka mengingat kembali, saat dirinya mengigit bibir bawah Amel.

Azka berlalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Sedangkan Amel yang berada di luar kamar milik Azka, sedang bergumam sendiri.

"Mengapa dia selalu membuat jantungku berdebar, seakan jantungku mau copot dari tempatnya," ucap Amel mengumpat Azka.

"Hais ... sebaiknya aku ke dapur dulu, membuatkannya bubur untuk mengisi perutnya. Lagian dia tidak makan apapun selain makan bakso siang tadi," batin Amel peduli, dan berlalu turun ke lantai bawah.

Amel segera ke dapur membuatkan bubur untuk Azka, hanya memakan waktu 30 menit, dia sudah selesai dengan acara memasaknya.

Amel mengambil mangkuk dan menuangkan bubur yang sudah matang ke dalam mangkuk dan segera membawanya ke kamar Azka.

Sesampainya di depan kamar Azka.

Tok ... tok ... tok ... ( Amel mengetuk pintu.)

Sudah berkali-kali Amel mengetuk pintunya, tapi tetap tidak ada sahutan dari dalam.

"Pak, saya masuk ya!?" ucapnya sedikit berteriak dan melangkah masuk ke kamar Azka. Azka masih berada di dalam kamar mandi.

"Busyet, dia mandi apa sedang nyucian di dalam, lama banget," ucap Amel, meletakkan bubur di atas nakas.

Cek-lek ...

Tiba-tiba pintu kamar mayat terbuka, eh maksudku kamar mandi terbuka. Amel sontak melihat ke arah pintu kamar mandi tersebut.

"Aaaaaaa!" teriak Amel dengan kencangnya, refleks menutup wajahnya dengan tangan, karena dia baru saja melihat pemandangan indah.

Azka berdiri santai di depan pintu kamar mandi, dengan lilitan handuk kecil yang hanya melingkar indah di tubuh bagian bawahnya, perut roti sobek yang terpampan jelas di mata, rambutnya yang masih sedikit basah membuat buliran air menetes dari rambutnya, nampak menggoda.

Bersambung ... 🍀

1
mutiyah wiyono
Kebanyakan pov, jadi bosan bacanya
Yani Mulyani
Biasa
ani Aniati
bagian POV masing"tokoh chapt"sblmnya trllu panjang bolak balik ..
jdi rd MLS klmaan
anita
smngat thoor smg kryamu sll sukses
Vita Fatimah Pramana
Kecewa
Vita Fatimah Pramana
Buruk
Mimie Lilis
gawe keder
Mimie Lilis
maaf thor,bcanya bnyak yg aku loncat
Mimie Lilis
mbulet
ibeth wati
kan bener di cerita ini selalu agak " gimana gitu klo ada tulisan flashback😆😆😆
ibeth wati
ceritanya diulang Krn pakai POV. pemain ..maaf Thor kenapa g pakai POV authornya saja biar TDK di ulang"
Endang Nurhayati
alamak, anak diculik mak bapaknya santui bingit gregetan aku mah
As Thyen
Arya cembukur😂😂😂
Hana Camelia
lumayan sih ceritanya
Nur Suci Aeni
males banget di ulang"
Nur Suci Aeni
sebenarnya ceritanya bagus cuma terlalu banyak cerita ulang
MM TJ
Jejak, faforitkan 🥰
semangat thor
Utry Hajir
makasih 🥰
Utry Hajir
Luar biasa
Sulfia Nuriawati
suka crtanya cm maaf y thor agak sliw motion utk sampe k pernikan amel, sm hubungan arya k ayu🙏🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!