Menceritakan anak remaja bernama Fei Chen yang menjadi korban pembantaian keji dan bertahan hidup di kerasnya dunia persilatan. Disepenggal nafas terakhirnya Fei Chen diselamatkan oleh seekor kucing yang merupakan jelmaan Dewa Naga dan sebuah pedang yang merupakan jelmaan Raja Neraka. Berkat pertemuan itu Fei Chen terjebak dalam takdir yang lebih besar, dia terkena Kutukan Raja Neraka yang dapat dipatahkan dengan menikahi sebelas wanita yang tulus mencintainya. Dari sinilah perjuangan Fei Chen untuk membalaskan dendam kedua orang tuanya dan mematahkan kutukan itu dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Ilfar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPFC 25 - Restoran Harta Alam
PPFC 25 - Restoran Harta Alam
Fei Chen membayar biaya administrasi layaknya orang dewasa, sedangkan Jia Li dibuat berdecak kagum karena Fei Chen merupakan pemuda yang mandiri dan dapat diandalkan.
“Kota Lingdu merupakan kota yang dikuasai Bangsawan Ling. Aku ingin pergi menemui orang yang memiliki pengaruh besar di kota ini...” Fei Chen menggumam dan memandang bangunan Kota Lingdu.
‘Apa perlu aku yang mencarinya? Kau cukup menikmati suasana kota dengan manusia muda ini.’ Kucing Manis melompat dari bahu Fei Chen dan berharap ada kemajuan hubungan manis antara Fei Chen dan Jia Li.
“Baiklah, aku mengandalkanmu Kucing Manis...” Fei Chen berkata pelan sambil menatap Kucing Manis yang menjauh darinya.
Melihat itu, Jia Li kebingungan, ‘Selama perjalanan dia selalu berbicara dengan kucing menggemaskan itu? Ada yang aneh disini...’
Jia Li menarik tangan Fei Chen dan mengapitnya, “Nah, Chen, ayo kita cari penginapan yang memiliki kolam air panas. Tetapi sebelum itu, traktir aku makan.”
Sikap manja Jia Li membuat Fei Chen menghela napas panjang, “Kau ini lebih tua dariku, apa pantas bersikap manja padaku?”
Jia Li mengembungkan pipinya, “Chen, kau ini menyebalkan. Kau tahu, di Sekte Lembah Pedang aku adalah primadona yang kelak akan menjadi gadis cantik yang menawan. Justru kau harus merasa bangga karena telah mengenalku.”
Dengan bangganya Jia Li berkata demikian, sementara itu Fei Chen tersenyum dan berjalan menuju restoran, segera Jia Li mengikutinya dari belakang.
“Tunggu, Chen!” Jia Li menatap wajah Fei Chen yang terlihat sedih.
“Kuharap aku dapat melihatnya. Tetapi saat kau menjadi gadis cantik yang menawan, aku sudah tidak ada.” Fei Chen menggelengkan kepalanya dan menatap papan yang bertuliskan Restoran Harta Alam.
“Chen...” Jia Li penasaran dengan ucapan Fei Chen.
Saat Fei Chen membuka pintu Restoran Harta Alam, dua gadis berpakaian rapi dan sopan menyambutnya.
“Selamat datang di Restoran Harta Alam, apakah kalian berdua memiliki uang? Dimana orang tua kalian?” Salah satu pelayan menyapa dan bertanya.
Fei Chen mengeluarkan sejumlah uang dari Ruang Raja, seketika dua pelayanan restoran terkejut dan segera menunjukkan senyum termanisnya.
“Cukup basa-basinya, aku adalah kakak dari adikku ini.” Fei Chen mengelus rambut Jia Li dengan gemas, “Berikan kami berdua ruang terbaik dan siapkan makanan terlezat di restoran ini. Adikku ini sudah sangat lapar, jadi biarkan kami berdua masuk.”
Dua pelayan itu berekspresi rumit melihat sikap Fei Chen, terlebih ekspresi wajah Jia Li yang tidak terima itu terlihat menggemaskan.
“Aku adikmu? Chen, aku ini lebih tua darimu tahu!” Jia Li yang merasa kesal menginjak kaki Fei Chen berulang kali.
“Masuklah Tuan Muda...” Pelayan yang menyambut Fei Chen dan Jia Li tersenyum, lalu mengantar keduanya menuju lantai teratas agar bisa menikmati pemandangan Kota Lingdu.
“Silahkan tunggu disini, pesanan anda akan datang sebentar lagi.” Sekarang pelayan yang lain yang berbicara, Fei Chen mengangguk pelan.
Suasana dilantai ruangan teratas dibilang mewah, terlebih dilantai itu hanya ada tiga meja yang terisi, meja yang dekat dengan jendela diisi seorang perempuan dewasa yang meminum arak dan memakan hidangan berharga mahal.
Sementara itu didekat panggung terlihat seorang pria berumur tiga puluhan tahun menikmati makanan sambil melihat beberapa wanita yang menari.
“Chen, jangan lihat kesana, kau masih kecil. Bukankah didepanmu ada perempuan cantik? Saat aku berumur tujuh belas tahun, aku akan mengalahkan mereka!” Jia Li mengedipkan matanya dan tersenyum semanis mungkin kepada Fei Chen.
‘Selagi di Kota Lingdu, aku berharap bisa memakan masakan seperti buatan Ibu...’ Fei Chen larut dalam pikirannya, namun tatapannya menatap lurus Jia Li, dan itu tentu saja membuat Jia Li salah tingkah.
Bisa dikatakan wajah Fei Chen tampan, walau umurnya masih sepuluh tahun sudah terlihat jelas saat dewasa Fei Chen akan semakin rupawan dengan sikap dinginnya itu.
“Chen, berhenti menatapku seperti itu. Aku jadi malu...” Jia Li memalingkan wajahnya dan memainkan rambutnya dengan jari telunjuknya.
Fei Chen tersadar dan menghela napas panjang, “Apa kau sudah tidak bisa menahan lapar, Saudari Jia?”
“Eh?” Jia Li terkejut dan menatap Fei Chen kembali, “A-Aku bisa menahannya...”
Suara perut keroncongan terdengar tepat setelah Jia Li berkata demikian. Mendengar itu Fei Chen tersenyum jahil, sedangkan Jia Li memerah wajahnya menahan malu.
“Berhenti menggodaku, Chen. Aku ini seorang gad-” kata-kata Jia Li terhenti saat aroma sedap memenuhi hidungnya. Kedua matanya memejam sebelum menatap beberapa pelayan datang mengantarkan makanan termahal dan terlezat di Restoran Harta Alam.
Ayam goreng pedas, bebek bakar dan berbagai macam aneka sayuran tersaji dihadapan Jia Li dan Fei Chen.
“Silahkan dinikmati Tuan Muda dan Nona Muda...” Para pelayan membungkuk karena mengira Fei Chen dan Jia Li adalah keturunan bangsawan ataupun keluarga kaya.
Fei Chen mengangguk pelan dan memberi tanda pada pelayan agar pergi dengan tangannya yang terselip secarik kertas. Melihat itu Jia Li menginjak kaki Fei Chen melampiaskan kekesalannya.
“Chen, bisa berhenti bersikap tidak sopan?” Mata Jia Li mendelik seolah-olah memberi peringatan pada Fei Chen.
“Tidak sopan? Saudari Jia, aku hanya ingin memberitahu mereka untuk kembali ke dapur karena aku pikir kau akan menyukai ini...” Fei Chen menunjukkan kertas yang bertuliskan sup daging sapi terpedas.
Jia Li dibuat malu karena mengira Fei Chen mempedulikannya, “Kenapa tidak mengatakan itu dari awal.”
“Melihatmu tersenyum dan gembira saja, sudah cukup bagiku. Saudari Jia, kau membuat perjalananku ini tidak membosankan. Anggap saja sebagai balas budiku.” Memang ini alasan Fei Chen dan Jia Li merasa kesal mendengarnya.
“Mengatakan ini lagi. Setelah berjalan bersama dan saling mengenal, kau tidak perlu merasa harus membalas budi padaku. Justru aku merasa bersyukur bisa bertemu denganmu, Chenchen...” Jia Li memerah wajahnya dan menatap Fei Chen yang duduk diseberang meja.
“Chenchen?” Fei Chen mengangkat alisnya.
Jia Li mengepalkan kedua tangannya erat dan mengatur napasnya sebelum mengatakan, “Apa mulai sekarang kau bisa memanggilku Lili?”
“Baiklah.” Fei Chen menjawab singkat dan menatap Jia Li yang terlihat begitu manis.
“Lili, cepat makan dan jangan banyak bicara. Bukankah kau sudah kelaparan?” Mengira Fei Chen akan mengatakan hal yang membuat jantungnya berdebar, namun Jia Li mendengar ucapan yang membuat suasana hatinya yang berbunga-bunga menjadi sunyi sepi seketika.
Para pelayan yang membawakan daging sapi terpedas sudah berada dibelakang Fei Chen dan melihat semuanya.
“Ah, manisnya mereka berdua. Bukankah mereka kakak beradik?”
“Sepertinya bukan. Mereka berdua sedang dalam masa-masa cinta monyet!”
Fei Chen terkejut melihat daging sapi terpedas yang ditaruh diatas meja, kemudian dia menatap para pelayan yang menatap dirinya dan Jia Li.
“Siapa yang kau sebut monyet hah?”
Jia Li yang sedang minum air putih tanpa sadar memuntahkannya kewajah Fei Chen saat anak muda itu tersulut emosi karena salah mengartikan ucapan para pelayan.
ceritanya gak logis.. masih berada tingkatan dasar sudah mau balas sendam
dasar murid tidak tau diuntung