perjalanan anak remaja yang berusaha bekerja keras , namun perjuangannya penuh dengan duri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Pagi hari Rangga terbangun lebih dulu, sedangkan Lydia masih tertidur pulas .
Rangga membersihkan diri saat keluar dari dalam kamar mandi Lydia telah bangun ,ia menatap nanar pada Rangga.
" ap..apa yang sudah kita lakukan ?" tanyanya meminta kepastian, walau ia dengan jelas melihat noda merah di atas selimut yang mereka pakai.
" kita terbawa suasana hingga tak sadar melakukan hal itu, tenang saja aku akan bertanggung jawab" ucap Rangga , berusaha membujuk Lydia , Lydia memeluk Rangga yang mendekat padanya.
"terima kasih, aku juga tak tahu kenapa aku tak bisa menolak , bahkan aku yang mendekatimu lebih dulu" ucap Lydia , ia masih mengingat bila ia yang mendekati Rangga hingga Rangga menangkap tangannya.
" aku pasti akan bertanggung jawab, tapi aku orang tak punya dan aku masih membiayai adikku yang sekolah, aku harap kau mengerti " ucap Rangga mengusap rambut panjang Lydia.
Lydia mengangguk, ia tak keberatan bila Rangga orang yang tak punya, baginya asal Rangga mau bertanggung jawab itu sudah cukup , keluarganya cukup berada di jakarta , dan juga ia kini memegang satu perusahaan kecil miliknya sendiri yang di berikan oleh kedua orang tuanya sebagai hadiah kelulusan kuliahnya .
Lydia saat ini berumur 23 tahun, lima tahun lebih tua dari Rangga yang masih 18 tahun .
" ayo mandi , kita pulang nanti ga ketinggalan bis lagi" ucap Rangga , Lydia mengangguk ,ia mencium Rangga sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
" sayaaang , handuknya ketinggalan " Lydia berteriak karena lupa membawa handuk. Rangga menggelengkan kepala ia memberikan handuk lewat lobang angin di atas pintu kamar mandi .
" he he he ,maaf sayang" Lydia tertawa kecil keluar dari kamar mandi berbalut handuk yang kekecilan hingga paha dan balon kembarnya nyaris tak tertutup .
" liatin apa, tadi malam juga udah , masa belum puas" ucap Lydia menggoda, Rangga merangkul Lydia dari belakang
" aku ga akan pernah puas kalau liat kamu begini" ucap Rangga menciumi tengkuk Lydia.
" he he he, geli, sayang, nanti aja , badanku lemas, kamu kuat banget, aku hampir pingsan tadi malam" Lydia terkekeh geli , dan menjauh , ia benar benar lelah bertempur dengan Rangga tadi malam.
Rangga mengerti, karena ia juga masih melihat jejak lelah di wajah Lydia.
Dengan berjalan kaki Rangga dan Lydia ke terminal, ia naik bus jurusan Pekalongan Bekasi , karena rumah Lydia tak jauh dari sana. Di kawasan kali Malang.
Di dalam bus beberapa pengamen bernyanyi menghibur dengan lagunya yang lucu, Rangga menyiapkan uang lembaran dua ribuan .
Perjalanan dari Pekalongan ke Bekasi hanya memakan waktu lima jam, turun dari bis , Lydia sudah di jemput oleh keluarganya .
Rangga menemui sebentar keluarga Lydia, Lydia ingin rangga bekerja di perusahaannya agar tak jauh darinya , Rangga setuju, hanya saja ia ingin melihat rumahnya dulu, dan mengambil ijazah nya .
Setelah berbasa basi sebentar Rangga memesan travel dengan jurusan Bekasi Lampung, kali ini dia memeriksa dulu resmi atau tidak .
Pagi hari Rangga baru sampai di rumahnya , rumahnya kini penuh dengan ilalang, dan terlihat sangat kotor.
Rangga memfoto kondisi rumahnya , agar Lydia mengerti bila ia tak bisa secepatnya ke jakarta lagi, rumahnya perlu di bersihkan, apalagi ada sebagian bangunan yang sudah agak miring karena kayunya telah lapuk di makan usia.
Lydia mengerti , namun ia tetap ingin Rangga ke jakarta , menemaninya bila telah selesai merapikan rumahnya.
Rangga juga menelpon ke Narto dan Indra adiknya mengabarkan dia sudah sampai rumah. Tak lupa juga ia menelpon pak Atmo, bila ia sudah pulang dan nanti malam akan main ke rumah pak Atmo.
Rangga beristirahat sejenak. Siang harinya Rangga mulai menyiangi rumput rumput yang memenuhi pelataran rumah, ia jga berniat mencari tukang agar bisa merenovasi rumah peninggalan ayahnya.
Malam harinya Rangga berkunjung ke rumah pak Atmo ia membawa buah tangan yang sempat ia beli kemarin di Pekalongan bersama Lydia ,
tok
tok
tok
" assalamualaikum" Rangga mengetuk dan mengucap salam saat sampai di rumah pak Atmo .
" Waalaikum salam, sebentar " terdengar suara wanita menjawab salam Rangga
kreeet
tak lama ibu Warsih istri pak Atmo tampak membuka pintu.
" eh nak Rangga, mari masuk " bapak lagi keluar sama Ningsih " ucap Bu Warsih mempersilahkan Rangga masuk. Pak Atmo mempunyai anak semata wayang yang masih berumur 13 tahun , dan sangat dekat dengan Rangga karena Rangga sering di suruh ke rumah pak Atmo membantu pak Atmo mengerjakan pesanan desain rumah Rangga sering mengajarkan Ningsih mengerjakan PR sekolahnya.
" iya ibu, ini ada sedikit oleh oleh" Rangga memberikan bungkusan di tangannya pada Bu Warsih.
" kenapa harus repot repot, tapi terima kasih yah" Bu Warsih mengambil bungkusan yang di berikan Rangga , ia masuk ke dalam dan tak lama ia kembali membawa segelas kopi dan beberapa makanan ringan.
" Kamu kemana saja, setahun ga kelihatan , bapak sampe keteter pekerjaannya " ucap Bu Warsih sambil meletakan minuman dan makanan yang di bawanya
" ayo di minum kopi nya ," ucap Bu Warsih kemudian ,
" terima kasih Bu, saya di Jombang Bu, belajar di sana" ucap Rangga
" Kamu kuliah di sana?" tanya Bu Warsih heran, karena pak Atmo kemaren bilang Rangga ingin bekerja untuk membiayai sekolah adiknya.
" bukan Bu, tapi belajar yang lain" ucap Rangga ,
" ya, belajar itu perlu dan pasti suatu saat apa yang kamu pelajari ada manfaatnya" ucap Bu Warsih,
tak lama pak Atmo datang bersama Ningsih ,Ningsih yang melihat ada Rangga langsung berlari dan memeluk Rangga .
" mas kemana aja, aku kangen " ucapnya manja
" mas kerja kemarin di Jombang de, mas bawa boneka sama baju coba Ningsih lihat suka apa ndak" kata Rangga membujuk Ningsih .Rangga membelikan satu set batik saat di Pekalongan , dengan motif yang sama dengan gaya batik Jawa, karena selain gaya Jawa, ada juga batik dengan gaya China dan gaya Belanda.
"Beneran mas, mana?" pinta Ningsih tak sabar.
" ada sama ibu, sini biarin masnya ngopi sama bapak" Bu Warsih yang baru datang membuatkan kopi mengajak Ningsih ke dalam kamar.
" gmana kabarnya pak?" tanya Rangga sambil menyeruput kopi miliknya
" Alhamdulillah aku sehat , cuma gara gara kamu ga ada pekerjaan ku jadi menumpuk" pak Atmo Menggerutu tapi terlihat senyum di wajahnya
" kan bagus pak, bisa dapet uang banyak he he he" ucap Rangga tertawa kecil.
"uangnya lumayan banyak tapi ndasku mumet dadine( kepalaku sakit jadinya)" sahut pak Atmo.
" Kamu kemana aja setahun ini?, beberapa kali aku nelpon juga ga aktif" tanya pak Atmo,
" aku di gunung Anjasmoro pak, di sana sinyal nya ga bagus " jawab Rangga , memang handphone Rangga tak pernah aktif bila ada di rumah kakek Jayeng, seolah ada yang menghalangi sinyal masuk ke daerah sana .
" pak bagus ga?" Ningsih dan Bu Warsih keluar dengan memakai batik yang di belikan oleh Rangga .
" wah bagus Bu, " pak Atmo mengacungkan jempol pada istrinya
" itu punya bapak coba di pake dulu , muat apa ga " saran bu Warsih
Pak Atmo langsung masuk kekamar dan memakai batik .
Saat keluar pak Atmo terlihat lebih gagah dengan balutan baju batik di tubuh nya.