Pernikahan Impian. Itulah yang di harapkan oleh Kirana Amanda akan rumah tangganya bersama Rasya Adilla Ibrahimi. Namun nyatanya, Pernikahan yang dia Impikan tak sesuai dengan yang ia harapkan. Pria yang sejak awal menjadi penguatnya justru menjadi suami yang selalu membuatnya makan hati hampir setiap waktu.
Akankah Kirana mampu bersabar dengan sang suami yang belum selesai dengan masa lalunya itu? Atau Kirana akan mengambil sikap atas pernikahan Impiannya?
•••••
"Tolong beri aku satu kesempatan sekali lagi. Kali ini aku berjanji akan memperbaiki pernikahan yang kamu impikan selama ini." Rasya Adilla Ibrahimi
"Andai kamu ingkar janji, Tolong izinkan aku membangun pernikahan Impian bersama pria lain.." Kirana Amanda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan Untuk Rasya
Pagi itu, Kirana sudah siap dengan pakaian kantornya. Wanita itu menghela nafas panjang. Ini adalah baru pertama kalinya dia bekerja, Mana dalam keadaan hamil pula.
Tapi tak apalah, Daripada dia di cap wanita manja yang kerjaannya hanya foya-foya dan menghabiskan uang.
"Sayang, Sudah beberapa hari ini kamu gak buat mama rewel.. Jangan nakal lagi ya, Sayang. Kamu harus kuat karena sebentar lagi kita akan kerja bareng-bareng.." Kirana mengusap perutnya yang masih datar. Tak apalah, Ia hamil tanpa di dampingi seorang suami. Dari pada ada suami tapi makan hati setiap hari. Mending makan daging daripada hati terus-terusan.
Kirana pergi ke dapur, Disana sudah ada Bu Sia yang sedang memasak. Bu Sia adalah wanita patuh baya yang di bayar oleh Papa Aaron untuk membersihkan rumah ini. Rumah peninggalan nenek nya.
Wanita itu biasanya akan datang satu minggu sekali untuk bersih-bersih. Karena sekarang Kirana yang telah menempati rumah tersebut, Bu Sia siap datang setiap hari.
Kirana juga punya cukup banyak uang untuk menggaji wanita itu. Namun, Aaron melarangnya. Pria itu akan bertanggung jawab atas gaji Bu Sia.Ya tak apalah, Rejeki gak boleh di tolak, Mubadzir katanya..
"Pagi nduk.." Sapa Bu Sia seraya meletakkan beberapa menu di atas meja.
"Loh, Bu? Kok makanannya banyak banget.." Kirana duduk di salah satu kursi yang sudah tersedia. Disana beberapa menu yang Bu Sia masak. Cukup sederhana memang tapi cukup mengunggah selera.
"SELAMAT PAGI....
Kirana menoleh, Dia mendapati Vera yang sudah datang dan bahkan sudah cantik dan rapi. Wanita itu mendekat dan ikut duduk.
"Wah.. Kayaknya enak nih??" Vera ikut menelan ludah, Sepertinya makanan di hadapannya ini cukup enak daripada masakannya di rumah.
Ada sayur bening bayam, Tempe, Tahu, Ikan laut, Ada tumis kangkung dan ada sambal terasi. Tidak lupa ada udang krispi juga..
"Boleh ikut sarapan gak?" Tanya Vera, Wanita itu mengedipkan matanya kepada Kirana.
"Udah ngapain minta izin, Sekarang kita makan bareng-bareng. Bu Sia ayo..
"Aduh, Ibu nanti saja Nduk...Ibu..
"Gak bisa, Sekarang kita sarapan bareng.." Terpaksa Bu Sia ikut duduk dan sarapan bersama. Meski masakan itu cukup sederhana, Tapi Kirana suka karena dulu neneknya juga memasak seperti ini.
"Mulai sekarang, Aku akan sering datang kesini. Untuk masalah berangkat kerja, Kamu bareng aku.. Aku akan antar jemput kamu.." Kirana menoleh, Vera tersenyum.
"Gak usah deh Ver, Aku bisa naik taksi aja.. Masa bos yang antar jemput Bawahannya? Kan gak enak.." Kirana mencoba menolak secara halus. Kirana hanya tidak mau merepotkan sahabatnya ini.
"Udah, Aku udah bilang ke kak Aaron kalau aku yang akan selalu jagain kamu.. Aku gak mau ya, Ponakanku ini kenapa-kenapa.." Kirana merasa terharu. Ternyata masih ada orang peduli padanya saat berada disini.
"Iya Nduk, Nduk Kirana juga harus hati-hati kalau kerja.. Jangan terlalu capek. Apalagi papa sama mama gak tahu kalau Nduk Kirana ada disini.." Ucap Bu Sia ikut menimpali. Aaron sudah bercerita tentang rumah tangga Kirana yang terjalin kurang sehat selama ini. Justru itu, sebagai sesama perempuan Bu Sia yang memang tak punya anak itu begitu perhatian.
"Dah, Sekarang aku udah kenyang.. " Kirana bangkit dan meraih obat dari dokter yang di berikan beberapa hari yang lalu.
Usai minum obat, Kirana sudah siap dengan tasnya.
"Gimana?Udah siap?
"Udah, Ayo.. " Kirana dan Vera berpamitan pada Bu Sia.
"Ohya Bu, Kirana pesen tanaman bunga mawar.. Nanti kalau datang, Tolong di taruh di halaman samping ya.."
"Baik Nduk..
Senyum Kirana merekah. Sejak tinggal di sini, Kirana jadi lebih ceria. Di rumah ini, Dia bisa melakukan apapun yang dia suka. Tak ada larang dari siapapun.
Di sepanjang perjalanan, Vera melirik Kirana yang sedang asyik menikmati perjalanan mereka.
"Ayah sama Bunda mau ketemu sama kamu katanya.. Kalo ada waktu luang bilang ya, Aku mau ngajak kamu makan malam bareng keluargaku.. " Kirana menoleh dengan senyuman manisnya.
"Okey deh..
Ddrrtt...Ddrrtt..
Ponsel milik Kirana bergetar. Ia meraih benda pipih itu lalu melihat siapa yang menelfon.
"Halo Ar..
"Halo Kiran..
"Hm, Kenapa?
"Uangnya akan aku kirim nanti..
"Baiklah Aar..Terimakasih kasih..
"Tidak perlu berterima kasih, Kita ini keluarga.. Selamat bekerjanya ya?
"Ya,...
Kirana menutup panggilan telepon itu. Sekarang ia bisa bernafas lega, Uang Rasya yang berada di dalam kartu hitam itu sudah ia ganti. Kirana tidak akan pakai uang pria itu lagi. Untuk anak yang di kandung pun, Kirana tidak minta biaya dari pria itu. Kirana akan membiayai nya sendiri..
.
.
.
Usai meeting penting, Rasya kembali ke kamar hotel tempat ia menginap dua hari ini. Entah mengapa Rasya merasa akhir-akhir tubuhnya selalu lemas. Ingin periksa tapi dia belum sempat juga.
Pria itu melepas jas hitamnya lalu melemparkannya ke sofa. Rasya melangkah ke arah tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di atas sana.
Rasa lelah dan mengantuk kini menjadi satu. Perlahan mata itu mulai terpejam hingga..
Ting..
Rasya melirik benda pipih yang berada di sampingnya. Dengan malas ia raih ponsel itu.
Satu notifikasi masuk, Mata Rasya seketika terbelalak. Pria itu bangkit, Kembali memastikan bahwa pesan yang baru masuk itu tidak salah.
Jantung Rasya berdetak tak karuan. Rasa ngantuk dan lelah yang dia rasakan tadi langsung hilang begitu saja. Bagaimana tidak, Pesan yang masuk tersebut adalah pesan masuknya uang di dalam kartu tanpa batas yang pria itu serahkan kepada Kirana, Istrinya.
Jika biasanya dia mendapat notifikasi tentang pengeluaran uang yang di lakukan oleh Kirana. Tapi kali ini tidak. Jumlah uang yang sempat Kirana pakai untuk berbelanja barang mewah dan tak berguna itu kini telah kembali. Uang dalam kartu milik Rasya kembali dengan jumlah yang sama seperti pertama kali Rasya berikan kartu itu pada istrinya.
Rasya mengotak atik benda pipihnya, Ia ingin menghubungi Kirana. Sayang ia lupa bahwa selama ini Rasya belum pernah menyimpan nomor wanita itu.
"Ya Allah.. Bagaimana bisa aku tidak punya nomernya.. " Rasya mengusap wajahnya kasar, Ia benar-benar bingung sekarang. Masuknya uang tersebut bukan membuat Rasya senang tapi membuat Rasya gelisah..
Ddrrtt..Ddrrtt..
"Bi Siti.." Gumam Rasya, Dengan cepat pria itu mengangkat panggilan dari ART nya itu. Siapa tahu, Bi Siti tahu mengenai Kirana.
"Halo Assalamualaikum Bi..
"Halo, Waalaikum salam Den..
"Ya Bi.. ada apa?
"Itu Den, Anu.." Bi Siti terdengar gelisah di seberang sana.
"Anu apa Bi? apa ada masalah..
"Itu loh Den Rasya...itu..
"Bi, Jangan berbelit-Belit cepat katakan.." Desak Rasya yang gemas sendiri karena Bi Siti terlalu berbelit-belit.
"Den, Non Kirana tidak ada di kamarnya..Sudah dua hari Bibi tidak melihatnya Den..
Deg!
"APA!!??
.
.
.
TBC
syukurin, nyesel kan km sekarang