Awalnya aku adalah seorang istri yang diperlakukan bagai Ratu. Hingga suatu saat, gelar Ratu itu lengser dariku. Suamiku datang lalu mengenalkan Ratu barunya. Kesedihan tak berhenti sampai disitu, aku terus disalahkan atas kesalahan ratu barunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Karena malam sudah semakin larut, Jhon dan Elia memutuskan untuk membawa serta rombongan mereka pulang ke rumah mereka. Tak lupa mereka memohon izin untuk pamit pulang meski di tanggapi dingin oleh segerombolan orang dari keluarga Zila dan Hendrick.
Elia segera mengalihkan tatapan saat tak sengaja matanya dan mata Hendrick saling menatap. Sudah cukup Elia tertipu oleh mata polos yang terlihat memancarkan aura cinta tiada batas namun hanya sekedar itu saja tanpa ada pembuktian yang nyata. Hendrick yang menyadari tatapan mereka bertemu sebenarnya ingin sekali tersenyum kepada Elia. Namun sayang Elia justru dengan cepat membuang muka seolah begitu enggan menatap Hendrick. Tentulah itu menjadi sebuah rasa sakit yang menyeruak sari hati seorang Hendrick. Jika saja waktu bisa kembali, maka kesalahan yang tidak akan dia lakukan adalah menyia-nyiakan Elia dan putri cantiknya.
Tatapan Hendrick terpaku ke arah Ive sekarang ini. Ini untuk kedua kalinya dia bisa melihat dengan jelas dengan jarak yang begitu dekat. Tubuhnya benar-benar bergetar dengan mata yang tiba-tiba memerah seakan ingin menangis melihat putrinya yang begitu cantik dan terlihat sangat sehat. Tubuh gembulnya juga menambah lucu bayi cantik itu membuat siapapun enggan untuk memalingkan pandangan.
Putriku, ini Ayah nak. Maaf karena belum bisa merawat mu, tapi Ayah janji akan membawa mu dan Ibu kembali bersatu. Ayah yakin, kau pasti sangat menderita bersama pria yang hanya berpura-pura menjadi Ayah mu. Sabar nak, Ayah tahu kau pasti merindukan Ayah ka?
Tatapan Hendrick masih saja mengikuti Jhon dan lainya yang mulai menjauh darinya. Sungguh rasanya begitu sakit harus menerima kenyataan bahwa Elia lebih memilih untuk menikahi Jhon dibanding bersabar sejenak sembari menunggunya untuk kembali kepada Elia. Tapi nasi sudah jadi bubur, apapun yang terjadi sekarang ini adalah takdir. Takdir yang harus ia lewati dan menyelesaikan semua ini barulah dia bisa membawa Elia dan Ive kembali ke pelukannya.
" Quen Jholive Dargo. " Ucap Hendrick yang sontak membuat keluarga semua anggota menoleh ke arahnya. Entah mengapa dia begitu terpesona dengan putri cantiknya itu. Seolah dia melupakan putranya yang kini sedang dalam keadaan waspada meski sudah dinyatakan membaik.
" Jangan omong kosong, Hendrick! " Bentak Zila yang merasa tak terima jika bayi Elia menyandang nama Dargo. Baginya hanya boleh anaknya yang boleh menyandang nama besar itu.
Nenek hanya bisa menggelengkan kepala karena keheranan dengan rumah tangga muda mudi yang tidak berada di garis akal sehat.
" Berhentilah berdebat. Putrinya Elia memang memiliki darah Dargo. Tapi nama Damien sudah di lekatkan padanya. Anak itu pasti akan memilih nama Damien saat dewasa nanti. karena dia tidak akan sudi menerima nama keluarga Dargo yang kacau dan memalukan ini. " Nenek meraih tongkatnya lalu bangun perlahan dan mulai meninggalkan acara itu untuk menuju kamarnya. Meski perlahan dia kini sudah berada di dalam kamar yang hampir lima puluh tahun ia tempati. Manis pahitnya kehidupan juga sudah ia lewati.
Nenek duduk di sofa yang letaknya tak jauh dari tempat tidurnya. Dia terdiam sesaat dengan segala pemikiran yang selama ini mengganggunya. Dia merah sebuah kenop laci lalu membukanya. Dia mengeluarkan sebuah pigura yang bergambarkan dua pria tampan yaitu Hendrawan dan Hermawan. Dua anak laki-laki yang menjadi penyemangat hidupnya. Nenek memeluk pigura itu dengan air mata yang mulai terjatuh. Ada sebuah tragedi yang membuatnya membenci diri sendiri hingga sekarang. Keegoisan, kemarahan, dan kurangnya mengerti apa yang membuat anaknya bahagia dan mana yang bukan. Dulu ia juga sama seperti Ibunya Hendrick. Dia dengan percaya dirinya memandang seseorang dari besarnya jumlah kekayaan lalu menggolongkan kastanya. Tapi pikiran matrealistis itu membuatnya menghancurkan kebahagian putranya dan membuatnya menerima hukuman yang berat dari putra pertamanya, Hendrawan.
Nak, ini sudah delapan belas tahun. Kapan kau akan kembali? Ibu akan melakukan apapun yang bisa membuatmu mu bahagia. Tolong kembalilah.
Mungkin tidak ada yang tahu jika nenek menyimpan penyesalan yang begitu besar. Baik kepada putranya atau menantunya, Sofia. Rasanya sampai sekarang dia tidak sanggup saat melihat Sofia, karena akan membuat nenek mengingat luka yang sudah ia berikan kepada anak dan menantunya itu.
Nak, jika kau kembali Ibu pasti akan mati dengan tenang. Tapi setiap pagi Ibu membuka mata dan harapan itu belum juga menjadi nyata, Ibu takut tidak bisa lagi bertahan dan mati sebelum melihat mu. Tolong kembalilah nak,..
Setelah acaranya selesai, Hendrick dan Zila kembali ke kamar dan melanjutkan obrolan panas gang tadi sempat mereka tahan.
" Kenapa kau memberi nama Dargo untuk anak Elia? huh?! " Zila kini tengah berdiri tegas menatap Hendrick marah.
" Karena dia adalah putriku. "
Jawaban ini benar-benar mengacaukan segala mimpi indah Zila selama ini. Sudah begitu lelah dia mempengaruhi Hendrick, tapi datangnya Elia dan putrinya membuat Hendrick jadi ragu untuk tidak mengakui putrinya Elia yang memang jelas-jelas adalah putrinya Hendrick juga.
" Dia bukan anak mu! " Bentak Zila.
Hendrick kini tak kalah emosi menatap Zila.
" Wajahnya Ive tidak bisa membohongi ku. Kau seharusnya bisa melihat dengan jelaskan? "
" Dia hanya mirip! dia bukan anak mu! "
Hendrick membanting ponsel yang sedari ia genggam karena merasa begitu tak bisa mengendalikan kemarahannya.
" Dia adalah putriku! " Zila semakin merasa kesal. Apalagi saat mengingat betapa menyebalkan bayi itu karena sudah merebut perhatian semua orang dari acara yang ia selenggarakan. Padahal bayinya sudah dipersiapkan dengan sangat detail. Baju, sepatu, topi dan perlengkapan lain yang digunakan adalah barang-barang branded kelas atas. Tapi sialnya itu tak membuat mata mau menoleh kagum kepada bayinya.
Awas saja kau Elia. Aku akan memberikan pelajaran untukmu dan bayi sialan yang terkutuk itu.
Hendrick keluar dari kamar dan membanting pintu saat menutupnya. Pikirannya akhir-akhir ini benar-benar kacau dan tidak tahu cara apa yang bisa digunakan agar hatinya merasa tenang. Semuanya seolah kacau tak beraturan saat Zila masuk ke dalam hidupnya. Tapi mau bagaiman lagi? Dari awal orang tuanya memang lebih menyukai Zila dibanding Elia dan alasannya karena masalah harta dan kejelasan status sosial di mata masyarakat yang begitu penting di mata orang tuanya. Tapi apa itu bisa membuat bahagia Hendrick? tentu saja tidak! pria itu justru semakin jatuh ke lubang yang penuh dengan lumpur hidup yang semakin lama semakin menelenggamkannya. Lelah dengan pikiran penatnya, Hendrick kini mengambil kunci mobil dan menuju ke sebuah Bar langganannya.
***
" Jhon, kira-kira apa yang sedang mereka lakukan sekarang? " Tanya Elia yang tengah menatap Jhon dan begitu pun sebaliknya karena mereka sedang merebahkan tubuh dengan saling menghadap.
" Pasti mereka sedang perang kecil. Atau kita sebut saja latihan perang, Padahal perang sesungguhnya belum di mulai. "
Elia terkekeh mendengar ucapan Jhon.
" Apa sejenis pemanasan? "
" Aku rasa itu lebih cocok. "
Tak mau lagi membicarakan hal tentang manusia busuk itu, Jhon dan Elia kini memilih untuk tidur dan menyambut mimpi yang indah.
TBC
bener bukan anak hendrik
DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA. Terimakasih.