NovelToon NovelToon
Rahim Pengganti

Rahim Pengganti

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat
Popularitas:1.2M
Nilai: 5
Nama Author: dewi widya

Rahim pengganti atau disebut sewa rahim atau dalam bahasa inggrisnya surogasi, satu kalimat yang sangat ilegal dilakukan di Indonesia tapi legal di luar negeri.

Menceritakan sebuah keluarga yang menantikan kehadiran buah hati selama hampir 5 tahun menikah.

Karena tak kunjung hamil dan sang mertua yang selalu menanyakan apakah sang menantu sudah ada tanda-tanda kehamipan apa belum.

Akhirnya dia meminta sang suami untuk mencari ibu pengganti untuk disewa rahimnya atau disebut rahim pengganti.

Ntah nanti akan dilakukan dengan cara surogasi tradisional ataupun surogasi gestasion.

Simak yuk kisahnya antara Nayra Arasyid, Devandra Ayasi, dan Maya Wardani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi widya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belum Siap

Saat ini di rumah Devan tinggal Romi dan Carol. Sedangkan Nayra, dia sudah masuk ke kamarnya setelah selesai acara akad nikah tadi.

Tok tok tok

"Boleh aku masuk Nay?" terdengar suara Maya dibalik pintu kamar Nayra.

"Iya kak, masuk saja."

Maya mendorong pintu dan kemudian masuk ke dalam, tidak lupa kembali menutup pintu kamar. Maya tersenyum berjalan ke arah Nayra.

"Selamat ya Nay" ucap Maya masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

Nayra tersenyum canggung, "Iya kkak, mm..makasih" balas Nayra gugup.

"Kamu sudah siap kan Nay?" pertanyaan Maya membuat kening Nayra berkerut bingung.

"Maksud Kak Maya?"

"Gak apa..Nanti kamu juga tahu sendiri." Maya memegang tangan Nayra.

"Nay..." Maya diam sesaat untuk mengambil nafas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Kalau nanti aku gak sanggup melihat Devan tidur bersamamu, bolehkah aku mengajak Devan untuk tidur bersama ku di malam pengantin kalian?" terlihat mata Maya yang sudah berembun menatap Nayra penuh harap.

Nayra tahu apa yang dirasakan Maya saat ini. Dia pasti sakit dan cemburu. Dia harus rela dan ikhlas berbagi suami meski hati tersakiti.

Nayra tersenyum dan membalas pegangan tangan Maya pada tangannya.

"Nayra tidak apa kok kak. Kak Maya kan istri sahnya Kak Devan, jadi Kak Maya lebih berhak atas Kak Devan."

"Nayra jujur belum siap kalau harus tidur bersama laki-laki lain karna Nayra belum terbiasa."

"Jadi Kakak gak usah merasa gak enak sama Nayra. Kak Maya lebih berhak atas diri Kak Devan dibanding Nayra."

Maya melepas genggaman tangannya pada Nayra lalu memeluk Nayra erat.

"Terimakasih Nay..terimakasih" pundak Nayra terasa basah karna air mata Maya yang jatuh ke pundaknya.

Nayra tersenyum, membalas pelukan Maya dan mengusap punggung Maya lembut.

Nayra sadar jika dia hanya istri siri dari Devan, dan tidak memiliki hak lebih atas Devan. Meski secara agama mau nikah sah ataupun siri tetap dianggap nikah sah.

"Sama-sama kak. Nanti kalau Kak Devan memaksa tetap mau tidur dengan Nayra akan Nayra coba bujuk Kak Devan. Jadi kakak jangan khawatir yaaa" senyum Nayra terlihat getir meski dia sendiri bingung harus berbuat apa nanti saat Devan bersamanya.

Maya melepas pelukannya. Dia pamit ke kamarnya sendiri sebelum Devan masuk ke kamar Nayra.

Nayra menatap kepergian Maya dengan tatapan sendu.

"Haruskah aku akhiri ini sebelum semua terlambat?"

"Pernikahan ini bisa dibatalkan karna aku dan Kak Devan hanya dinikah dibawah tangan."

"Ya Allah...apa yang harus Nayra lakukan?"

"Sebelum semua terlambat, haruskah Nayra pergi dari sini?"

"Ma...Maafkan Nayra." Nayra menangkup kedua tangan di wajahnya untuk meredam suara tangisnya.

"Haruskah Nayra pergi dari sini, Ma? hik...hik..hik...

Nayra tidak sadar bahkan dia tidak tahu kalau Devan mendengar apa yang dia katakan. Devan masuk ke kamar Nayra tepat saat Nayra menangis.

"Nay.." panggil Devan lirih

Nayra buru-buru menghapus air mata dipipinya.

"Iya Kak.." Nayra tersenyum canggung, dia kaget sejak kapan Devan berada disana.

"Kamu kenapa? Kamu nangis?" Devan menghapus sisa air mata yang masih ada di pipi Nayra.

"Hhmmmm" Nayra segera menepis tangan Devan, dia salah tingkah. Ini pertama kali baginya ada laki-laki lain yang menghapus air matanya selain ayahnya.

"Kenapa menangis?" tanya Devan lagi

"Gak apa-apa kok Kak. Nayra cuma ingat Mama Nayra saja." kilahnya

"Kalau begitu besok kita jenguk Mama kamu." Devan menatap Nayra intens.

"Kamu mau kan?" Nayra hanya mengangguk. Nayra yang ditatap Devan seperti itu hanya menunduk tak berani menatap balik Devan.

Devan semakin mendekat ke Nayra membuat Nayra reflek memundurkan langkahnya.

"Kkak Devan..mau ap-pa?" tanya Nayra gugup.

Devan tersenyum tipis saat melihat Nayra yang salah tingkah dan terlihat sekali jika pipinya sekarang lagi memerah.

"Padahal aku gak ngapa-ngapain kamu, Nay." batin Devan merasa gemas akan tingkah Nayra yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Memang aku mau ngapain?" bukannya menjawab Devan justru bertanya balik ke Nayra.

Nayra melirik ke arah Devan yang terlihat menyeringai masih menatapnya.

"Ya..gak tahu."

"Kenapa kakak dekat-dekat sama aku?" Nayra kesal melihat Devan yang terus menatapnya.

"Aku kan malu kak.." batin Nayra

"Aku mau melihat lebih dekat lagi istri ku yang baru saja aku nikahi beberapa jam yang lalu. Apa dia secantik Fatimah Az-Zahra." jawab Devan santai.

Nayra langsung menatap Devan. Nayra kesal saat dia disandingkan dengan Fatimah Az-Zahra. Sosok wanita sholeha penghuni surga, meski Nayra sendiri begitu mengagumi sosok beliau.

Devan tersenyum miring saat akhirnya Nayra menatap dirinya meski terlihat jelas jika Nayra kesal padanya. Tapi Devan suka.

"Istri baru kakak emang gak secantik Fatimah Az-Zahra, tapi dia secerdas Aisyah radhiyallahu 'anha kalau perlu kakak tahu." Nayra cemberut saat mengatakan itu.

Devan tertawa melihat Nayra yang begitu semakin menggemaskan saat cemberut.

Nayra yang baru pertama kalinya melihat Devan yang tertawa langsung terpaku.

"Ya Allah..dia tersenyum saja sudah membuat jantung Nayra berdebar, apalagi tertawanya yang renyah ini makin membuat jantung Nayra mau lepas keluar saja." batin Nayra yang melihat tawa Devan.

"Kenapa ketampanannya makin bertambah berkali-kali lipat sih saat dia tertawa...kan jadi pengen cium tu bibir seksi..." batin Nayra membayangkan dirinya mencium bibir Devan. Nayra langsung menepuk-nepuk jidatnya. "Kenapa pikiran kamu mesum sekali sih Nayra??"

"Kenapa kamu?" Devan menyerit bingung

"Jangan bilang kalau kamu berpikir yang tidak-tidak, berpikir kotor..dasar otak mesum." Devan menyentil kening Nayra pelan.

"Ihhh sakit tahu.." Nayra mengusap keningnya yang baru saja disentil Devan.

"Siapa juga yang berpikiran mesum,..Kak Devan tuh yang pikirannya mesum." seru Nayra mengelak.

"Yang benar..." Devan menunduk mendekatkan wajahnya ke wajah Nayra dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Kkk....kak mm..mahu ap...pahh?." Nayra gugup karna jarak wajahnya dengan wajah Devan yang tinggal beberapa centi saja.

Masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya, tangan Devan perlahan terangkat dan memegang dagu Nayra pelan. Ibu jarinya dengan lembut mengusap bibir Nayra yang dari tadi menggodanya untuk segera dicicipi seberapa manis bibir berwarna merah ceri itu. Devan mendekat dan semakin mendekat hingga hidung mereka yang lebih dulu bersentuhan. Nayra reflek menunduk dan segera menghindar sebelum terjadi hal yang tidak dia inginkan.

"Maaf kak" ucap Nayra lirih dan duduk di pinggir ranjang.

Devan mengusap wajahnya kasar. Kenapa dia begitu terburu-buru? dia juga tahu kalau Nayra pasti belum siap.

Devan ikut duduk disamping Nayra dengan memberi jarak.

"Maaf kak, Nayra belum siap. Kalaupun siap Nayra tidak bisa melayani Kak Devan."

"Lebih baik Kak Devan menemani Kak Maya saja."

"Nayra tahu Kak Maya pasti kesepian sekarang. Daripada Kak Devan disini tidak bisa melakukan apa-apa. Lebih baik Kak Devan menemani Kak Maya." Nayra berusaha menjelaskan ke Devan.

Devan menatap Nayra yang juga menatapnya.

"Kenapa?" hanya itu yang keluar dari mulut Devan.

"Karna Nayra belum siap dan belum terbiasa tidur satu kamar dengan laki-laki lain."

"Lagi pula Nayra belum bisa melayani Kak Devan."

"Jadi lebih baik Kak Devan tidur sama Kak Maya saja."

"Nayra ingin Kak Maya tidak sedih malam ini, karena Nayra tahu Kak Maya belum terbiasa tidur sendiri tanpa Kak Devan." jelas Nayra meski dirinya sendiri juga merasa sakit saat merelakan suami yang baru dinikahinya tidur sama istri pertamanya.

"Baiklah kalau itu mau kamu." Devan berdiri dan keluar kamar tanpa menoleh kebelakang.

Nayra menangis melihat kepergian Devan. Dia menangis bukan karena Devan lebih memilih pergi dan tidur dengan Maya. Dia menangis karena harus berada diantara mereka.

"Apakah aku sanggup ya Allah...Apa aku kuat menjalani semua ini...Harus menyakiti orang yang telah berbuat baik menolongku."

1
Upriyanti II
atau jangan2 kak devan jatuh cinta sma kak nayra
sweetpurple
Luar biasa
Sari Maya
ternyata ada sesuatu Rahasia,Maya tak sebaik itu
Zahra Aqilanoviana
a
Morna Simanungkalit
Tetap semangat ya thor ....ceritanya menarik lanjut ya thor.
Qilla
jadi seolah para perempuan disini gag ada harga dirinya semua ya
Qilla
memulikan pelakor dong intinya dan dilakukan generasi ke generasi
Muh Nur
jangan egois nayra biar gimanapun devan pernah menyelamatkanmu di saat keluaegamu blm menemukanmu memberimu tempat tinggal yg layak
EndRu
ga seru ah
EndRu
part kutang kerjaan ini Kak. aneh
EndRu
lhaaah malah pisah lagi
EndRu
masa lalu yang rumit
EndRu
😭😭😭😭😭😭
EndRu
makin lebar ini jalan ceritanya
EndRu
waaaah seruuu
EndRu
luar biasa Mata... bodohnya Devan
EndRu
Maya... tiba saatnya kehancuran mu
EndRu
ke mana tujuan Nayra
EndRu
huuaaaaa .. nangis2 Devan. nyesel kan
EndRu
adiknya Aska ya Nayra istrimu itu Dev
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!