NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Serpihan plastik di tangannya bergetar halus.

Sejenak, Rian terdiam, jantungnya ikut berdegup dengan ritme yang sama.

[Ding!]

[Apakah Host ingin memulai proses perbaikan sekarang?]

[Estimasi Waktu: 7 detik]

Angin berhenti sesaat, seperti dunia ikut menahan napas.

“…Mulai.”

Seiring dengan ucapan nya, cahaya itu pecah seperti letupan halus.

FYIUUUSH...

Dalam hitungan detik berubah menjadi pancaran biru keputihan yang menyelimuti dua keping plastik di tangannya.

Rian refleks mengangkat tangan kanan, menutupi sebagian wajah nya.

“Terang banget… apa ini…?” gumamnya pelan, matanya menyipit menahan sorot cahaya.

Udara di sekelilingnya bergetar lembut, seperti arus listrik yang merayap di permukaan kulitnya.

Ada aura dingin yang merambat naik pelan-pelan rasanya menggigilkan.

menggetarkan tulang.

[Ding!]

[Proses Rekonstruksi Dimulai]

[7… 6… 5…]

Serpihan di tangannya perlahan terangkat, melayang beberapa sentimeter di atas telapak tangannya.

Serpihan-serpihan lain muncul dari udara kosong di tarik dari lokasi asalnya oleh sistem bergerak seperti pecahan magnet yang mencari pasangannya.

Potongan logam menyatu dengan bunyi halus.

Plastik berputar seperti puzzle yang dipaksa berputar menemukan bentuknya.

Baut-baut mikro bergerak sendiri, terkunci rapat pada tempatnya.

[4… 3…]

Rian menurunkan tangannya perlahan.

Cahaya mulai mereda, cukup untuk membuat siluet kendaraan itu terlihat… perlahan membentuk wujud utuh.

Jantungnya berdetak lebih cepat.

[2… 1…]

Cahaya meredup sepenuhnya.

Dan di hadapannya di atas aspal jalan yang sepi itu—berdiri motor hitam kesayangannya.

Bukan sekadar pulih.

Tapi seperti motor baru yang bahkan pabrik pun belum sempat sentuh debunya.

[Ding!]

[Perbaikan Selesai]

[Status: 100% Baru]

[Bonus Upgrade: Penggunaan Bensin Menurun 100%]

Rian menelan ludah.

Suara itu keluar hampir tanpa suara.

“…Ayah… akhirnya motornya kembali…”

Di bawah cahaya matahari yang cerah, dengan angin siang yang dingin mengusap pelan, matanya terasa menghangat.

Ia berjongkok lagi, meraba bodi motor itu dengan dua tangan yang sedikit bergetar.

“Walaupun bukan motor dari Ayah seratus persen… setidaknya masih ada bagian milikmu di sini,” bisiknya lirih, suaranya pecah.

Rian memeluk motor itu. Motor itu bukan sekadar benda. Tapi satu-satunya peninggalan yang mengikatnya dengan seseorang yang sudah pergi dari dunia.

Beberapa detik ia biarkan dirinya tenggelam dalam rasa itu, sebelum akhirnya menarik napas panjang, menghapus sisa basah di mata, dan berdiri.

Pelan-pelan ia naik ke motor itu.

Panel biru muncul tepat di atas speedometer.

[Jarak Tempuh: 110 km \= 1 L]

“…kok bisa Irit banget sih,” gumam Rian dengan pelan, merasa heran dan takjub.

Mesin ia nyalakan. Suaranya halus, stabil persis seperti dulu pertama kali Ayah menyerahkan kunci itu ke tangannya.

Motor mulai melaju.

Dan di tengah perjalanan pulang, pikiran Rian menaut pada sistemnya.

"mungkin… narik ojek online dulu. Biar misi sampingan bisa selesai lebih cepat… dan bisa lanjut ke misi yang lain."

Ia meraih ponsel di saku jaket nya, membuka aplikasi, bar hijau loading berputar sebentar.

TING!

“Anda Mendapat Orderan”

Lokasi Jemput: Warung Soto Pak xxxx

“Ambil Orderan?

Terima Tunai: Rp.8.000”

Rian menatap layar beberapa detik.

Rian menekan tombol YA tanpa pikir panjang.

Peta digital otomatis terbentang, garis biru menunjukkan rute penjemputan.

“Ditunggu ya,” ketiknya cepat, jempolnya refleks bergerak.

Ia mengenakan helm, menarik tali hingga klik mengunci. Motor digas perlahan, lampu sein kiri menyala.

Dan dengan tarikan kecil, ia melaju menuju titik jemput orderan ojek online pelanggan ke 4 hari itu..

---

POV : Nadhira.

Nadhira baru terbangun setelah 1 jam lebih pingsan.

Kelopak matanya bergetar halus… lalu terbuka sedikit.

Cahaya putih dari plafon menusuk mata, membuat Nadhira refleks memejamkan lagi.

“…Ugh…”

Ia kembali membuka satu mata pelan-pelan dan detik berikutnya keduanya langsung terbuka lebar.

"AH... AKU DIMANA! JANGAN BUAT MACAM MACAM DENGANKU AKU MASIH SEKOLAH!"

Suara histerisnya memantul di ruangan, nafasnya tersengal, bahunya naik turun.

Ia melihat sekeliling cepat-cepat, matanya kedip cepat, panik.

ia mengira berada di hotel bersama orang yang disuruh ayah nya.

"Kok sepi... "

Nadhira duduk perlahan, tubuhnya masih goyah, satu tangan menahan kasur.

Matanya masih membesar, berusaha fokus, pupilnya bergerak gelisah kiri-kanan.

Nadhira merasa ada sesuatu yang bergerak berada di sebelah kiri nya...

"J-ja-jangan bilang aku bersama dia sekasur bersama..."

Suara terakhirnya lirih, seperti tenggorokannya tiba-tiba kering. Ia menoleh perlahan, gerakan kaku, tegang, napasnya tertahan.

Ia menoleh ke sebelah kiri dengan rasa takut, jika orang asing berada.

"Ibu?"

Ternyata ibunya sendiri..

Begitu melihat itu, bahunya langsung turun, lega campur shock.

"Awww.."

Kepalanya terasa sakit dan barulah ia teringat ibunya pingsan di teras rumah.

Ekspresi panik berubah jadi cemas, alisnya mengerut dalam.

Nadhira segera mengecek ibunya dan menaruh tangan kanan nya ke atas dahi ibu nya.

"Huh... Baguslah Ibu gak sakit.." ia merasa suhu tubuh ibu nya normal.

Nadhira pun bangkit dari kasur dan sedikit penasaran dimana dia sekarang...

Mata nya masih sesekali berkedip cepat, memastikan apa yang ia lihat beneran nyata.

Ada lemari besar di sebelah kasur empuk tinggi tempat ia sebelum nya berbaring dan terdapat AC seperti di rumah temannya saat kerja kelompok.

"Ini... mewah banget.."

Nadhira pun menoleh ke arah meja kecil dan terdapat bungkus seperti bungkus nasi dan merasa ada sesuatu di bawah nya.

"Apa tuh.."

Ia pun mengambil surat yang ditulis rian dan perlahan membaca nya.

"Ibu dan Nadhira, kalian tinggal saja di kontrakan ini. Sudah saya bayar untuk setengah tahun. Sarapan pagi sudah saya taruh di atas meja. Tenang saja, semuanya akan baik-baik saja, ayah (Pak Udin) sudah tidak bisa menganggu kalian lagi"

Nadhira menatap surat itu lama.

Matanya berkedip sekali… dua kali… pelan, seolah otaknya butuh waktu buat ngejar apa yang baru ia baca.

“Uh…? Siapa yang menulis hal ini…?”

Suaranya keluar kecil, serak.

Tangan yang memegang kertas sedikit bergetar, karena kepalanya dipenuhi tanda tanya.

Ia mengingat-ingat… wajah, suara, kejadian terakhir sebelum semua nya gelap.

Nadhira mengernyit, menunduk sedikit, bola matanya bergerak ke kanan sedang mikir keras.

Potongan memori muncul perlahan, seperti film rusak yang mulai nyambung lagi.

"Rian…?"

Detik itu juga matanya melebar sedikit.

Rian.

Wajahnya.

Suara Ayah yang memaksanya agar ikut dia.

Dan mobil mewah yang menjemputnya di sekolah.

Semua potongan itu menabrak pikirannya sekaligus.

“Ugh…” Nadhira menekan pelipisnya, dada terasa sesak.

“Wa-walaupun bisa lepas dari Ayah bajingan itu… tapi ikut bersama orang yang… bukan pilihanku… rasanya hampa…”

Ia terduduk sambil menggenggam lututnya, berusaha menahan gemetar kecil di jari-jari tak menerima dengan keadaan saat ini.

Tapi matanya kemudian menangkap sesuatu di meja kecil. Ada lipatan kecil yang terselip di bawah kantong sarapan.

Perlahan ia mencondongkan tubuh, meraihnya.

Dan ketika sesuatu itu terangkat,

“Eh…?”

1
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
ALAN: bener tuh thorr
total 1 replies
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
ALAN
lumayan /Casual/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!