Serena Halim, seorang Aktor papan atas yang mengalami Transmigrasi ke tubuh seorang Istri Pemburu.
Bagimana jadinya jika Serena yang kaya raya, tiba-tiba menjadi istri durhaka, yang hidup dalam kemiskinan di peradaban China kuno.
Note : Berdasarkan Imajinasi Author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menempa kekuatan
Tiga tahun kemudian, saat ini Yi'er sudah berusia Empat tahun. Sudah sejak satu tahun yang lalu Yuwen melatih nya bela diri dan berpedang.
Yue juga berlatih bersama, mereka tumbuh dan menjadi kuat bersamasama. Saat ini Guild milik Yuwen sudah memiliki 50.000 pasukan, mereka sedang di latih secara tertutup di lokasi yang berbeda agar tidak mencuri perhatian.
Yue sudah membaca semua tata Krama kerajaan, gerak gerik putri bangsawan anggun dan berwibawa. Cara bicara bangsawan, cara menyeduh teh, cara menyulam, melukis, menyanyi dan menari. Semuanya sudah Yue pelajari dengan giat, dia melatih teknik Basic saja, karena dia akan tetep manjadi diri sendiri tapi memiliki pengetahuan tentang tata Krama dan sopan santun.
Kehidupan Yue dan Yuwen di gunung sangat bahagia, Berlatih saat pagi sampai matahari terbit, sarapan bersama dengan bahagia, naik ke gunung untuk berburu dan bermain bersama lalu di sore hari mereka akan kembali berlatih. Terus berputar seperti itu tapi mereka tidak bosan, justru setiap hari selalu ada kenangan indah yang merekah ukir dalam bentuk kenangan.
Yi'er yang sudah tumbuh semakin besar, kini sudah crewet dan selalu mengajak Yue dan Yuwen bercerita. Entah hal penting atau Tidak penting, Yue dan Yuwen memang belum memberi tau Yi'er juga dirinya adalah seorang Pangeran.
Yuwen ingin Yi'er merasa hidup bebas menjadi dirinya sendiri, meksipun Yuwen mengajari bela diri, baca, tulis, berhitung, bermain seruling, bermain catur China, tata Krama kerajaan, sikap sopan dan bijaksana, Tidak suka merendahkan orang lain, menjadi pribadi yang baik dan berpendidikan.
Yi'er sangat cepat tanggap, pola pikirnya sangat pintar dan cerdik seperti Yue. Ketangkasannya mumpuni sepertinya Yuwen, dia adalah anak yang sempurna, perpaduan keunggulan orangtuanya.
Yuwen tidak terlalu pintar, dia standar saja tidak sampai jenius. Tapi, dia memiliki kekuatan yang besar, cerdik, bisa menutup kekurangannya dengan baik. Sedangkan Yue itu wanita nyaris sempurna, dia kuat, pintar, jenius, berpendidikan, cantik, bisa melahirkan pangeran. Minusnya hanya cerewet dan suka drama saja.
"AYAH!!!!!!! Katanya hari ini mau memancing." Suara kesal Yi'er terdengar.
"Iyaa, tapi ini masih pagi buta. Ikannya masih tidur." Ucap Yuwen, kembali menutup matanya.
"Ibu..." Rengek Yi'er.
"Tunggu matahari terbit dulu, diluar masih gelap. Yang ada nanti kamu membeku disana, menurutlah." Ucap Yue, dia juga masih mengantuk.
"Haish... Ayah dan Ibu ini selalu saja bau... huekk." Ujar Yi'er menjauh.
Yuwen dan Yue mendadak melotot dan terduduk dengan kaget, melihat Yi'er yang memilih duduk di ruang tamu dan membaca buku. Keduanya mencium baju mereka dan mencium aroma bekas penyatuan yang menjijikan, mereka juga mual.
"Ini semua gara-gara kau yang tidak bisa menahan diri." Sungut Yue berbisik.
"Apa? kau kan juga suka." Yuwen tidak mau kalah.
"Bahaya jika Yi'er melihatnya, dia kan sudah besar." Bisik Yi'er, mencubit pinggang Yuwen.
"Ukhh.. kan dia sudah tidur." Yuwen mengaduh.
"Siapa yang tau kalau dia pura-pura tidur." Ucap Yue.
"Lalu bagaimana? masa kita harus pergi ke hutan dulu jika mau begitu." Yuwen merasa bodoh.
"Haish, intinya lebih hati-hati saja. Yi'er itu pintar, jangan sampai dia mencontoh hal tidak senonoh." Ucap Yue.
"Aku sudah membuatkan kamar terpisah untuk Yi'er, seharusnya aman kan." Yuwen bingung.
"Bocah itu kan masih sering tiba-tiba ke kamar kita minta tidur bersama, kau ini otaknya hanya birahi." Yue mendelik.
"Baiklah maafkan aku, aku akan menggempurmu di hutan nanti saat bocah itu sibuk mancing." Ucap Yuwen, kesalahan berpikir.
"Yuwen!!." Pekik Yue.
"Hahahahahah." Yuwen hanya tertawa tanpa dosa.
"Nah kalian sudah bangun, ayo mancing. Kalian mandi dulu, kalian bau... memangnya Ayah dan Ibu tidak pernah mandi?." Ujar Yi'er.
"Ayah tidak bau kok, sini peluk Ayah." Yuwen turun dari ranjang dan merentangkan tangannya.
"Hiyyy menjauh!!!." Yi'er mundur menutup hidungnya.
"Kalau tidak di peluk, Ayah tidak mau mancing." Ancam Yuwen.
"Ahh curang, Ayah itu bau. Mandi dulu baru Yi'er mau peluk." Yi'er memekik.
"Astaga, kenapa kau membentak Ayah? kau mau jadi anak durhaka?." Yuwen tiba-tiba berbalik, pura-pura sedih.
Yue hanya melihat sambil garuk-garuk kepala dan menguap, drama yang cukup menghiburnya setiap hari. Padahal yang Aktor itu dirinya kenapa Suami dan anaknya lebih pandai berakting.
"Ayah, Yi'er tidak membentak. Itu karena Ayah bau." Yi'er menghadang jalan Yuwen.
"Benar, Ayah bau. Kau pasti malu punya Ayah sepertiku." Ucap Yuwen.
"Tidak!!! Aku sayang Ayah." Bantah Yi'er.
"Ayah mengerti perasaanmu, maafkan Ayah. Mungkin kalau kau lahir sebagai anak orang lain kau akan lebih bahagia." Yuwen semakin menjadi.
"Ayahhh, tidak ada yang seperti itu." Yi'er yang jengkel menghentak-hentak kakinya kesal.
"Tadi kau tidak mau memeluk Ayah, kau juga membentak Ayah dengan kasar. Hati Ayah sakit sekali." Yuwen menyentuh dadanya dramatis.
"Ini peluk!!." Yi'er memeluk kaki Yuwen, bahkan dia bergelantungan seperti monyet.
Yuwen menahan tawanya, tapi dia ingin tetap pura-pura sedih. Senang sekali dia menggoda putranya setiap bagi, suara berisik ini sangat menghangatkan hatinya.
Brottt
Yuwen dan Yi'er tersentak dan menoleh ke belakang, Yue terlihat santai padahal tadi dia kentut begitu keras. Yue sudah muak sekali, berjalan melewati Ayah dan anak yang dramatis itu, dia masuk kamar mandi untuk berak.
Yuwen dan Yi'er saling pandang, kemudian mereka tertawa ngakak. Memang kelakuan aneh Yue lah yang paling mereka tunggu, kebahagiaan yang sederhana tapi tulus dan hangat.
"Sudah duduk dulu sana, Ayah mau memasak sarapan." Ucap Yuwen.
"Aku mau membantu." Ucap Yi'er.
"Yasudah cuci beras, hati-hati." Ucap Yuwen.
Yi'er mencuci beras di halaman belakang, Yuwen tetap memperhatikan takut Yi'er tiba-tiba nyemplung kolam, mengikuti kata otak.
Yuwen di bantu Yi'er menanak nasi dan memotong kangkung. Yue keluar setelah mandi, dia langsung bersiap menumis kangkung dan membuat semur daging. Sekalian untuk bekal memancing nanti.
Sejak kecil Yi'er memang diajari memasak, ini basic skill. Agar Yi'er tidak tumbuh menjadi pria patriarki, dia harus mencontoh Ayahnya yang selalu membantu Ibunya melakukan pekerjaan rumah.
Saat Yue sedang sibuk masak lauk, Yuwen mengajak Yi'er mandi di halaman belakang. Laki-laki mandi bisa pakai celana, mereka mandinya pun cepat tidak seperti wanita. Setelah semuanya sudah segar, mereka pun sarapan bersama di meja makan kecil.
Yi'er makan dengan lahap, dia selalu menghargai masakan Ayah dan Ibunya. Dia selalu makan dan menerima suapan dari Ayah Ibunya, merasa senang meskipun dia Tidak punya teman.
Yue pernah khawatir karena Yi'er tidak memiliki teman sebaya, takutnya Yi'er introvert. Karena itu Yuwen sebagai Ayah selalu mengajak Yi'er ke gunung untuk berpetualang, Yuwen yang akan menjadi teman Yi'er. Yue sendiri juga kadang yang paling kekanakan, keduanya bekerja sama sebagai Tim dalam ilmu Parenting.
Yuwen mengajari Yi'er cara berburu, cara melawan hewan buas. Bahkan Yue pernah marah besar saat Yi'er pulang terluka akibat cakaran serigala, Yuwen juga merasa sangat bersalah dia jadi semakin yakin untuk menempa kekuatan Yi'er lebih kuat lagi. Dia juga tidak ingin melihat Istrinya merasa takut dan khawatir.
Setelah sarapan, mereka bersiap ke sungai yang ada di gunung. Mereka akan memancing ikan untuk makan malam, membawa bekal dan pancing buatan tangan Yuwen.
Sampai di sungai, Yi'er langsung bermain air, Yuwen yang takut Yi'er terpeleset pun Menggendongnya di pundak, dia memancing dengan tenang. Yue menatap keduanya dengan senyum bahagia, dia bersyukur memiliki keluarga yang sangat sempurna.
"Ayah tangkap ikan yang besar itu." Ucap Yi'er.
"Itu bukan Ikan." Ujar Yuwen.
"Lalu apa?." Heran Yi'er.
"Siluman." Jawab Yuwen ngawur.
"Kalau Ayah siluman apa?." Tanya Yi'er.
"Siluman kadal." Saut Yue, yang mengamati dari pinggir sungai.
"Ayah jelek ya, kalau Yi'er siluman Naga." Sombong Yi'er.
"Kadal sama Naga itu masih saudara." Celetuk Yue.
"Ibu diam saja." Kesal Yi'er.
"Apa?!! Kau berani?!." Yue melotot garang.
"Ayah yang bilang begitu tadi." Yi'er melempar tumbal.
"Apa?! Aku diam saja sungguh." Yuwen klarifikasi.
"Hah, memang hanya aku saja yang waras disini." Keluh Yue.
Yuwen dan Yi'er saling lirik, berucap dari pancaran mata yang muak. Padahal Yue adalah anomali paling aneh di dunia ini, entah kapan dia akan sadar.
"Istriku memang unik." Batin Yuwen.
"Kata Ayah, Ibu ini siluman monyet. Kenapa Ayah suka sama Monyet? tapi ibu memang cantik, apa semua monyet secantik Ibu?." Batin Yi'er berpikir keras.
bila perlu bungkam juga kaisar yang bodoh itu.
semangat slalu up nya thor.
ya kali anak baru lahir bisa membunuh ibu nya langsung 🙄
minta di geprek ini pala nya kaisar biar sadar dari amnesia sesaat nya
setelah Yue sehat, baru saat nya Yue juga ikut beraksi memberantas para titisan nek lampir itu 😁