Jealita seorang gadis berusia 20 tahun yang dijual ibu tirinya ke sebuah tempat Dolly.
Di saat Jealita ditugaskan untuk melayani lelaki yang berhidung belang. Jealita ditemukan pingsan di kamar mandi.
Madam Natalie akhirnya marah dan mengadakan lelang. Akhirnya diperlelangan itu, Jealita dibeli oleh seorang pengusaha yang sudah menduda. Umurnya juga masih muda 28 tahun tuan Andrew parker namanya.
Hubungan mereka sampai ke jenjang kepernikahan. Hingga perceraian tak terhindarkan.
Setelah perceraian itu, Jealita yang sudah bukan gadis polos lagi akhirnya mencintai Tuan barunya. Apakah cintanya akan terbalaskan??? Jika takdir berkata lain, bagaimana kisah selanjutnya???
saksikan kisahnya hanya di sini. Tentunya dibumbui dengan adegan sesuatu ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unchi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
.
.
.
"Kau--- kau berani menantangku hah?"
Andrew langsung memposisikan dirinya di atas tubuh Jea.
Jea tak menundukkan wajahnya. Melainkan mendongakkan wajahnya menatap Andrew dengan artian 'lawan aku'.
Dengan kasar Andrew mengecup bibir Jea. Dengan senang hati Jea membalasnya Setelah di rasa lengah, Jea langsung mengganti posisinya. Kini dia yang berada di atas tubuh Andrew, mengendalikan permainan yang sesungguhnya. Rasakan keliaran wanita saat sedang marah.
'Shit! Wanita ini jadi liar. Aku tak tahan lagi,' batin Andrew saat Jea terus membalas ciumannya.
Jea menyeringai, dia menurunkan kecupannya mulai dari leher sampai turun. Jea semakin menggila dan terus menggoda Andrew sampai tegang.
"Ohhh, cepat Jelly aku tak tahan," rancau Andrew sambil menjambak rambut Jea.
Jea merubah posisinya, turun dari tubuh Andrew bahkan turun dari ranjang juga.
"Maaf Tuan, anda bisa menuntaskannya sendirikan?"
Dengan senyuman bahagianya, Jea meninggalkan Andrew yang sedang lagi panas-panasnya. Pembalasan untuk Andrew biar kapok. Tahu rasa dia, bagaimana rasanya.
"Sial! Kau akan menyesal Jealita," umpat Andrew dan segera mengambil handphone nya. Mencari nomor seseorang. Dan calling.
"Aku butuh Patty."
"........."
"Kalau gitu carikan yang fresh, yang bersih dan seksi," pinta Andrew pada sesorang di seberang sana.
Jea sedang asyik duduk di kursi yang ada di kolam renang. Fikirannya kembali pada wajah Kelvin yang babak belur gara-gara pukulan Bimo.
"Kenapa aku jadi memikirkannya?? Ah, semoga dia tidak kenapa-kenapa."
Lumayan hampir 20 menit Jea melamun di tepi kolam renang itu, Jea berniat untuk kembali ke kamarnya. Mungkin Andrew sudah selesai melepaskan hasratnya.
Pintu itu tak tertutup rapat. Dengan jelas Jea melihat penampakan di dalamnya.
'What????'
Sepertinya Jea kembali pada waktu yang tak tepat. Memang benar-benar Andrew gila, beraninya dia bercinta di ranjang mereka.
Meskipun dengan emosi dan air mata yang mengalir. Jea tetap tak beranjak dari posisinya. Melihat adegan itu di mana Andrew begitu lembut memperlakukan wanita bayaran itu.
"Oh faster baby."
Seperti disengaja, Andrew berteriak dengan kerasnya membuat wajah Jea semakin memanas. Gila, laki-laki berengsek memang su Andrew. Kemana sisi manusiawinya. Apa Jea tak dianggap istri? Hanya karena sekali berulah, tapi serangan Andrew begitu kejam dan menampar batin Jea secara tidak langsung.
Tak tahan. Jea hendak pergi tapi tiba-tiba suara bariton itu memanggilnya.
"Dasar pengintip, mau kemana kau?"
Masih dalam keadaan seperti itu, bisa-bisanya Andrew berteriak. Memang manusia gila. Dengan terpaksa Jea mengurungkan niatnya. Berjalan berbalik menuju kamar itu. Membuka pintu itu lebar-lebar. Biar yang ada di luar sana bisa melihat kejadian itu dengan jelas, saat mereka melewati kamar ini. Biar mereka juga pada tahu, seperti inilah kelakuan tuan mereka.
"Apa? Bukankah Anda sedang bersenang-senang Tuan? Kenapa memanggil saya?"
Applause untuk Jea. Jea mendongakkan wajahnya, menatapkan wajah melawan lagi untuk Andrew. Kapan lagi dia akan melawan?
Andrew menjauhkan dirinya dari wanita bayaran itu. Wanita bayaran itu terlihat kecewa dan mengumpat-ngumpat.
"Ambil ini, segera pergi dari sini!" perintahnya pada wanita itu.
Dengan malas wanita itu segera memakai dressnya, mengambil uang beberapa lembar ratusan ribu itu dan pergi dengan lunglai.
Andrew segera meraih handuk piyama yang sengaja ia siapkan tadi.
"Aku memang sedang bersenang-senang, tapi gara-gara kau mengintipku. Semua kesenanganku hilang begitu saja. Kau mau mempermainkanku ha?"
Emosi juga si Andrew, dengan gerakan cepat, ia meraih dagu Jea. Mencengkeramnya dengan kuat. Seketika itu juga, air mata Jea mengalir dengan derasnya. Tiada henti, Jea terus menatap iris mata abu-abu itu. Jea tak takut lagi dengan Andrew. Air mata itu mengalir karena kesakitan. Bayangkan, dia mencintai suaminya. Tapi balasan apa yang Andrew berikan padanya.
"Sa-saya tak mempermainkan anda!"
"Cukup! Kau harus terima ini!"
Dengan kasarnya, malam itu Andrew menempuh lembah nikmatnya sendiri, hingga Jea tak berdaya.
***
Jea tersadar dari pingsannya. Tak terasa waktu sudah hampir tengah malam.
"Dasar Andrew Gilaaaa!" teriak Jea yang masih terbaring di atas kasur. Jea merasa jijik dengan dirinya sendiri. Andrew menggaulinya setelah dia bergumul dengan wanita bayaran itu. Meskipun Jea akui dia memang dari tempat yang sama. Tapi setidaknya dia bukan bayaran, melainkan dijual.
Dengan langkah tertatih-tatih Jea menuju ke kamar mandi. Tiba-tiba rasa ingin menghabisi dirinya kembali terlintas di otaknya. Jea memejamkan matanya, meyakinkan dirinya kalau dia bisa melakukan itu. Sudah cukup penderitaannya selama ini. Hidupnya terlalu menyedihkan. Tak ada yang mengharapkannya. Ayahnya juga tak tahu di mana dan mungkin kalau dia mati, ayahnya juga tidak akan perduli.
Di dalam kamar mandi itu, Jea terus menyalakan shower di atas kepalanya. Wajahnya sudah mulai memucat. Tangannya mengkerut akibat terlalu lama berada di bawah aliran air shower yang sangat deras itu. Bibirnya membiru, tubuhnya menggigil karena dinginnya air yang menyiramnya.
****
Di lantai bawah. Kelvin memaksa menerobos mansion itu, kebetulan Andrew ada di ruangan kerjanya.
"Biarkan dia masuk!" titah Andrew pada Bimo.
Andrew sudah mendengar cerita dari Bimo, bahwa Kelvin lah yang kemarin menolong Jea saat kabur.
Bimo mengijinkan Kelvin bertemu dengan tuannya tapi dia tidak pergi. Melainkan tetap berjaga. Dia takut Andrew akan terluka oleh Kelvin.
"Dre, kau gila hah?" maki Kelvin mulai emosi.
"Kau tak perlu ikut campur urusanku Kelvin. Kau bukan siapa-siapaku lagi. Apa kau tak mengerti?"
"Aku memang bukan siapa-siapa mu lagi Dre. Tapi aku tak rela jika kau menyiksa Jea?" ucap Kelvin yang masih berapi-api.
"Jea bukan siapa-siapa mu, apa pedulimu? Lebih baik kau pergi dari sini. Jangan pernah menampakkan wajahmu dihadapanku," balas Andrew dengan dingin.
"Enggak, aku akan menemui Jea."
Dengan keras kepalanya Kelvin menjauhi Andrew dan melewati Bimo yang sedang berdiri di samping pintu. Bimo berusaha meraih tangan Kelvin, tapi tak sampai. Karna Kelvin sangat gesit berlari. Kelvin menaiki anakan tangga. Di belakangnya disusul Andrew dan Bimo.
Kelvin memutar knop pintu kamar pribadi Andrew dan Jea. Beruntunglah kamar itu tak dikunci.
"JEA!!! JEA!!!"
Kelvin meneriaki nama Jea ketika sang empunya nama tak menampakkan dirinya di dalam ruangan itu.
Kelvin mulai mendekati kamar mandi, terdengar suara percikan air yang mengalir di dalamnya.
"Jea, kau di dalam? Tolong jawablah Jea," pinta Kelvin panik. Namu tetap saja. Tak ada sahutan satupun kecuai hanya suara air.
Andrew yang baru muncul menampakkan wajah yang biasa saja.
"Keluar dari sini Kelvin!" usir Andrew yang mulai terbawa emosi. Itu karena ia melihat wajah panik yang ditampilkan oleh Kelvin. Memuakkan.
"Jea, keluarlah Jea." Kelvin tak menggubris semua ucapan yang terlontar dari mulut Andrew. Karena Kelvin yakin, Jea sedang tak baik-baik saja.
Lama-kelamaan Andrew panik juga. Kenapa tak ada sahutan apapun dari Jea.
"Bim, ambilkan kunci cadangannya," perintah Andrew yang langsung diangguki Bimo.
Kelvin yang sudah tidak sabaran langsung mendobrak pintu kamar mandi itu.
"Jeaaa," teriak Kelvin yang mendapati tubuh Jea yang tergeletak pucat di kamar mandi. Untung Jea masih memakai dressnya tadi malam, ya meskipun robek di sana-sini akibat ulah Andrew.
Andrew mendekati badan Jea dan ingin menggendongnya. Tapi dengan keras Kelvin menepis tangan Andrew. Kelvin meraih handuk asal dan membungkuskannya ke tubuh Jea.
Setelah menggendong tubuh Jea, Kelvin berlari menuju ke bawah. Menuju ke mobilnya, tapi ada Roy di sana. Mau tidak mau Kelvin disopiri Roy menuju ke rumah sakit terdekat.
Andrew merasa bersalah dengan kejadian ini. Andrew melupakan tentang Jea yang pernah melakukan aksi yang sama. Mau tidak mau, Andrew mengikuti mobil Kelvin yang dikemudikan oleh Bimo.
****
kesanya jdi kaya murahan
sayangnya galak