NovelToon NovelToon
Nikah Ekspres Jalur Ekspedisi

Nikah Ekspres Jalur Ekspedisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Kara_Sorin

Namira, wanita karier yang mandiri dan ambisius terpaksa menjalani pernikahan paksa demi menyelamatkan nama baik dan bisnis keluarganya. Namun pria yang harus dinikahinya bukanlah sosok yang pernah ia bayangkan. Sean, seorang kurir paket sederhana dengan masa lalu yang misterius.
Pernikahan itu terpaksa dijalani, tanpa cinta, tanpa janji. Namun, dibalik kesepakatan dingin itu, perlahan-lahan tumbuh benih-benih perasaan yang tak bisa diabaikan. Dari tumpukan paket hingga rahasia masalalu yang tersembunyi. Hingga menyeret mereka pada permainan kotor orang besar. Namira dan Sean belajar arti sesungguhnya dari sebuah ikatan.
Tapi kalau dunia mulai tau kisah mereka, tekanan dan godaan muncul silih berganti. Bisakah cinta yang berbalut pernikahan paksa ini bertahan? ataukah takdir akan mengirimkan paket lain yang merubah segalanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kara_Sorin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22_Undangan yang Menjebak

Namira menatap layar ponselnya cukup lama. Jantungnya berdetak cepat, jemarinya bergetar pelan. Pesan dari Bima baru saja masuk, sebuah undangan yang terdengar seperti ajakan biasa, tapi isinya adalah jebakan halus yang penuh tekanan.

“Datanglah malam ini ke acara amal perusahaanku. Aku ingin publik melihatmu di sisiku lagi. Jika kamu menolak, aku akan pastikan media tahu semua tentang pernikahan palsumu. Termasuk siapa sebenarnya Sean. Pilihan di tanganmu, Namira.”

Namira meremas ponselnya. Ia tahu betul, ini bukan sekadar ajakan. Ini ancaman. Terang-terangan. Kejam.

Ia menatap bayangannya di cermin. Wajahnya pucat, matanya lelah. Gaun hitam sederhana yang ia pakai tampak terlalu mencolok malam ini. Tapi ia tidak punya banyak waktu untuk berpikir. Ia harus pergi bukan karena ia ingin, tetapi karena ia takut.

Bukan takut pada dirinya sendiri. Tapi pada kemungkinan bahwa Sean akan menjadi korban dari kekacauan yang ditimbulkan masa lalunya. Saat Sean muncul dari dapur sambil membawa dua cangkir teh, ia berusaha tersenyum. Tapi senyum itu rapuh.

“Kamu sudah mau tidur?” tanya Sean pelan.

Namira menggeleng.

“Ada acara kantor. Acara amal. Aku harus hadir mewakili divisi media.”

“Kamu butuh aku antar?”

“Sudah disiapkan sopir kantor. Terima kasih.”

Sean memandangi wajahnya cukup lama. Ada sesuatu yang berubah. Ia tahu itu. Tapi seperti biasa, ia memilih untuk tidak memaksa. Ketika seseorang yang kau cintai terlihat rapuh, terkadang, diam adalah bentuk perhatian paling besar.

Hotel tempat acara amal berlangsung berdiri megah di tengah kota. Lampu-lampu berkilauan di lobi, para tamu berdatangan dalam balutan busana terbaik. Tapi langkah Namira terasa berat.

Bima menyambutnya dengan senyum penuh kemenangan. Ia mengenakan setelan hitam yang elegan, rambut disisir rapi, dan tubuhnya memancarkan aroma parfum yang khas aroma masa lalu.

“Kamu datang juga akhirnya,” ujarnya tenang.

“Aku tidak punya pilihan, bukan?” jawab Namira dingin.

“Kamu selalu punya pilihan. Tapi kamu memilih menyelamatkan kekasihmu yang kurir itu.”

Namira menatap tajam. “Jangan libatkan Sean. Kamu tidak mengenalnya.”

“Justru karena aku tidak mengenalnya, aku ingin tahu seberapa berani dia bertahan ketika dunia menyerangnya.”

Acara berjalan dengan penuh formalitas. Musik jazz mengalun lembut. Para undangan saling bersalaman, berfoto, berdonasi. Tapi Namira merasa seperti berada di dalam perangkap. Setiap detik ia mencari celah untuk pergi.

Namun sebelum sempat ia meninggalkan tempat, Bima menarik lengannya.

“Ada hal yang harus kita bicarakan. Di atas. Penthouse. Lima menit saja.”

“Aku tidak mau.”

“Kalau kamu tidak datang, besok semua kantor berita akan menulis tentang pernikahan palsumu. Aku pastikan Sean tidak akan bisa bekerja di manapun setelah itu.”

Namira terdiam. Matanya menyala, tapi tubuhnya gemetar.

“Lima menit,” ulang Bima.

Bima mengajak Namira menaiki lift menuju suatu tempat. Namira tak bisa melawan demi menjaga hidup Sean. Saat pintu lift terbuka. Nampak lorong panjang sepi. Membuat Namira enggan untuk melangkah. Namun, Bima dengan sedikit memaksa menarik lengan Namira menuju suatu tempat. Bima mendorong Namira untuk terus berjalan menyusuri koridor panjang hotel.

Penthouse itu sunyi dan remang. Tidak ada staf. Tidak ada pelayan. Hanya meja kayu panjang dengan botol wine dan dua gelas kosong. Namira berdiri di ambang pintu, tubuhnya kaku.

“Aku tidak akan lama di sini,” ucapnya pelan.

“Tenang saja. Aku hanya ingin bicara.”

Bima memegang lengan Namira. Memaksanya masuk ke dalam dan melangkah ke sebuah meja, menuangkan wine ke dua gelas.

“Dulu, kita pernah bermimpi membangun hidup bersama. Kamu ingat?”

“Itu dulu. Sekarang sudah berakhir.”

“Belum. Tidak pernah benar-benar berakhir, Mira. Kita tidak pernah bicara. Tidak pernah selesai.”

Namira tetap berdiri, tidak mau duduk.

“Kamu menghilang. Tanpa penjelasan.”

“Waktu itu aku masih muda. Penuh ambisi.”

Namira terdiam. Potongan-potongan masa lalu kembali menghantam kesadarannya. Saat chat ke Bima tak lagi dibalas. Saat panggilannya diblokir. Saat ia kehilangan jejak seseorang yang pernah ia cintai.

Bima mendekat.

“Aku kembali, Mira. Aku ingin menebus semuanya. Aku ingin kamu kembali ke sisiku.”

Namira mundur setapak.

“Aku sudah menikah.”

“Palsu.”

“Tapi rasanya tidak pernah palsu.”

Bima tersenyum sinis.

“Kamu benar-benar jatuh cinta pada pria itu?”

“Ya.”

Bima menghela napas dalam. Matanya menajam, berubah liar.

“Kalau begitu, kenapa kamu ada di sini? Karena kamu tahu dia akan hancur kalau kamu menolakku. Kamu melindunginya. Tapi siapa yang melindungi kamu?”

“Bima, cukup. Aku akan pergi.”

Bima menahan lengannya.

“Kamu tidak akan kemana-mana.”

Namira mencoba melepas diri, tapi Bima menariknya dengan paksa ke arah sofa. Tubuhnya terhempas. Nafasnya tercekat. Jantungnya berdebar panik.

“Bima, hentikan! Ini gila!”

“Tidak. Ini cinta. Ini hakku.”

“Itu bukan cinta. Ini pemaksaan!”

Bima menunduk, mendekatkan wajahnya. Namira memalingkan wajah, berusaha mendorong tubuh Bima, tapi ia lebih kuat. Gelas wine tumpah. Cairan merah menetes ke karpet, seperti simbol bahaya yang nyaris terjadi.

“Lepaskan aku, Bima!”

Matanya berair, tubuhnya gemetar. Ia menoleh ke arah pintu, berharap seseorang masuk. Tapi tidak ada siapa pun.

Hanya suara napas. Hanya suara detak jantung. Hanya ketegangan yang menyesakkan udara. Bima memegang wajah Namira.

“Kamu milikku sejak dulu. Seharusnya kita tidak pernah berpisah.”

Namira menangis.

“Kamu bukan manusia yang aku kenal dulu…”

Waktu seolah berhenti.

Di lantai bawah, ballroom masih ramai. Tapi di lantai tertinggi hotel mewah itu, seorang perempuan terjebak dalam lingkar kekuasaan dan cinta yang salah. Ia tidak tahu apakah ia akan selamat malam ini, atau justru akan menjadi korban dari sistem yang selama ini menekannya.

Di luar penthouse, hujan mulai turun. Rintik-rintik mengetuk jendela seperti alarm yang sia-sia. Di antara tangis dan jeritan sunyi, dunia menunggu.

Apakah Namira akan menemukan jalan keluar? Ataukah semuanya terlambat?

Di malam yang basah dan penuh ancaman, Namira hanya bisa berharap bahwa seseorang akan datang atau bahwa dirinya cukup kuat untuk melawan.

Tapi di dalam ruangan itu, Bima tidak berniat melepaskan dan waktu terus berjalan, membawa segalanya menuju titik yang tidak bisa dibatalkan.

1
NurAzizah504
jgn takut melawan kebenaran /Good/
NurAzizah504
/Determined//Determined//Determined/
NurAzizah504
semoga kalian baik2 saja
Kara: aamiin 🤲🤣
total 1 replies
NurAzizah504
keliatan bgt sean benar2 yakin kali ini
Kara: harus yakin 😁
total 1 replies
NurAzizah504
eh eh eh
NurAzizah504
akhirnya /Sob/
NurAzizah504
bakalan menggemparkan bgt ini
NurAzizah504
mantap. kalo disebar, pasti bakalan cepat viral
Kara: memanfaatkan opini publik 😂 sebagai senjata
total 1 replies
NurAzizah504
awas kalo ninggalin nam nam lagi
NurAzizah504
syukurlah sean udh sadar /Sob/
NurAzizah504
meleleh aku, makkk
NurAzizah504
sen-sen mu itu lohhh
Author Sylvia
yang sabar ya sean, Namira itu banyak banget yang harus dipikirin.
kl kmu sayang ke Namira, kamu harus ekstra sabar dalam menyikapi Namira.
Author Sylvia
capek banget jadi Namira, keluarganya nggak ada yang peduli sama beban yang ada di pundaknya.
Riddle Girl
ceritanya keren, dari pembawaan, dan alur, bikin pembaca ikut merasakan suasana dalam cerita.
Kara: waah terimakasih sudah mampir dan mendukung ☺
total 1 replies
Riddle Girl
aku kasih bintang 5 ya, Thor. semangat nulisnya/Smile//Heart/
Kara: siap 👌
total 1 replies
Riddle Girl
mawar mendarat, Thor. ceritanya bagus/Smile/
Kara: terimakasih sekali dukungannya❤
total 1 replies
Riddle Girl
waahhh Namira yang biasanya tidak peduli kok bisa penasaran?/Grin//Chuckle/
Riddle Girl
mulut Namira sarkas juga yaa/Sob//Facepalm/
Riddle Girl
bener banget, mah ini. sampai ada kata "Lo cantik, Lo aman.", waduhh kasian orang-orang burik macam saya/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!