Kevin Darmawan pria berusia 32 tahun, ia seorang pengusaha muda yang sangat sukses di ibukota. Kevin sangat berwibawa dan dingin ,namun sikapnya tersebut membuat para wanita cantik sangat terpesona dengan kegagahan dan ketampanannya. Banyak wanita yang mendekatinya namun tidak sekalipun Kevin mau menggubris mereka.
Suatu hari Kevin terpaksa kembali ke kampung halamannya karena mendapat kabar jika kakeknya sedang sakit. Dengan setengah hati, Kevin Darmawan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, Desa Melati, sebuah tempat kecil yang penuh kenangan masa kecilnya. Sudah hampir sepuluh tahun ia meninggalkan desa itu, fokus mengejar karier dan membangun bisnisnya hingga menjadi salah satu pengusaha muda yang diperhitungkan di ibukota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alya menerima tawaran
Alya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Ada kegelisahan yang menggerogoti jantungnya, tapi ada juga rasa marah yang membakar. Andy melihatnya dengan cemas, namun Alya, dengan tatapan penuh tekad, mengangguk perlahan.
"Baik," ucap Alya tegas.
"Aku terima tawaran itu." katanya,suaranya lebih mantap daripada yang ia rasakan di dalam.
Andy terpaku, matanya lebar.
"Alya, tidak... kamu tidak perlu melakukannya," katanya cepat, mencoba menggenggam tangan Alya, tapi Alya menarik tangannya kembali.
"Aku harus, Andy," jawabnya dengan suara yang hampir tak terdengar.
"Jika ini yang bisa menyelamatkan toko ini, aku harus melakukannya. Kita tak bisa kehilangan semuanya sekarang."
Andy menatapnya dalam-dalam, bingung dan terluka.
"Tapi... kamu tahu apa yang akan terjadi," ujar Andy pelan.
"Kevin akan mencoba menarik mu kembali ke dalam kehidupannya. Aku... tak bisa membiarkan itu terjadi." lanjutnya.
Alya menatap Andy, wajahnya serius.
"Aku tahu, Andy. Tapi aku juga tahu, jika aku tidak melakukannya, kita mungkin kehilangan lebih banyak dari yang bisa kita bayar. Aku tidak akan membiarkan toko ini tutup."
Pria itu, yang masih berdiri dengan tenang di samping meja, mengangguk.
"Keputusan yang bijak, Nona Alya," ucapnya dengan senyum yang tidak mengandung kehangatan sedikit pun.
"Kami akan menghubungi Anda lebih lanjut."tambahnya.
Setelah itu, pria tersebut berbalik dan pergi begitu saja, meninggalkan dua orang yang terperangkap dalam keputusan yang terpaksa mereka ambil.
Suasana dalam toko terasa hampa. Hujan kembali turun, meskipun tak sederas tadi. Alya berdiri lama di tempatnya, tangan terlipat di depan dada, sementara Andy hanya bisa menatapnya tanpa berkata-kata. Sesekali ia menghela napas berat, tetapi ia tahu bahwa apa yang diputuskan Alya adalah untuk kebaikan mereka.
"Kenapa?" tanya Andy setelah beberapa lama, suaranya bergetar.
"Kenapa kau lakukan?"
Alya menatap Andy dengan mata yang lembut namun penuh keteguhan.
"Karena aku tak akan membiarkan milikmu harus hancur, Andy. Aku akan membalas semua kebaikan mu dan..."
Alya terdiam sejenak,menatap lebih dalam membuat Andy merasakan sesuatu dari tatapan itu.
"Dan... apa Alya?". potong Andy.
Alya menunduk sebentar, bibirnya bergetar menahan sesuatu yang terlalu dalam untuk diucapkan dengan mudah. Hening sejenak, hanya suara hujan yang mengiringi detik-detik berat di antara mereka. Andy melangkah mendekat, wajahnya mulai dipenuhi kekhawatiran yang bercampur harapan.
Alya mengangkat wajahnya perlahan, dan kali ini, tatapannya tak lagi menghindar. Ada sesuatu yang terbuka di sana sebuah pengakuan yang sudah terlalu lama dikurung dalam diam.
“Dan... karena aku sayang sama kamu, Andy,” ucapnya akhirnya, suaranya nyaris berbisik, namun cukup untuk membuat dada Andy terasa sesak.
Andy terdiam. Kata-kata itu menghantamnya seperti badai, lembut tapi menghancurkan lapisan-lapisan kebingungan yang selama ini menyesak di hatinya. Ia menatap Alya, tak percaya, seolah takut itu hanya ilusi yang akan lenyap jika disentuh terlalu cepat.
“Kamu... benar-benar maksudkan itu?” tanyanya pelan.
Alya mengangguk, dan satu tetes air mata akhirnya jatuh di pipinya bukan karena penyesalan, tapi karena rasa lega.
“Aku takut kehilangan semuanya, Andy. Tapi paling aku takut kehilangan kamu.”
Andy mendekat, tanpa ragu, dan kali ini ia berhasil menggenggam tangan Alya. Ia merasakannya gemetar, tapi hangat. Nyata.
“Aku juga sayang kamu, Alya,” bisiknya.
“Dan aku janji... apapun yang terjadi kita akan hadapi bersama.”
Mereka berdiri begitu, saling menggenggam satu sama lain di tengah ruangan yang sunyi, namun penuh kejujuran yang akhirnya keluar dari bayang-bayang.
Namun di tempat lain Kevin tersenyum semrik setelah salah satu anak buahnya memberitahunya jika Alya menerima tawaran itu. Kini Kevin lebih leluasa untuk mengikat Alya kembali ke sisinya.
Sementara Soraya tampak kesal,setelah mendengar pembicaraan mereka dari luar. Ia tak menyangka Kevin masih berusaha membawa Alya kembali.
"Benarkah Alya akan kembali?" bisiknya pelan.
Soraya berusaha tenang seolah tidak pernah mendengar pembicaraan itu,kemudian ia mengetuk pintu sebelum akhirnya ia masuk tanpa persetujuan Kevin. Orang suruhan Kevin itu pun langsung pergi setelah melihat Soraya.
"Hai Kevin, kau sudah makan siang ?" ucap Soraya matanya melirik pria itu seraya meletakkan bekal yang ia bawa dari rumah.
Kevin menoleh, raut wajahnya yang semula serius langsung berubah menjadi lebih ramah saat melihat Soraya masuk. Namun, senyum itu hanya sebatas bibir mata Kevin tetap dingin, seperti menyembunyikan sesuatu.
“Belum,” jawabnya ringan, menyambut bekal yang diletakkan Soraya di atas meja.
“Wah, kamu memang selalu tahu cara muncul di waktu yang tepat.”
Soraya duduk perlahan di seberang meja, matanya mengamati Kevin dengan saksama, mencoba membaca pikiran lelaki itu. Namun Kevin terlalu pandai menyembunyikan niatnya.
“Kau terlihat bahagia,Kev ?” ucap Soraya hati-hati, seolah membiarkan kata-katanya mengambang di udara.
Kevin berhenti membuka tutup kotak bekal, lalu menatap Soraya tanpa ekspresi.
"Tentu. Tentu saja."
Soraya tersenyum tipis, menutupi ketegangan yang mencubit hatinya.
“Apa kau bertemu...Alya?."tanya Soraya hati-hati.
Kevin menyandarkan punggungnya ke kursi, matanya menatap langit-langit sejenak sebelum kembali pada Soraya.
“Belum. Tapi mungkin sebentar lagi. Apa kau tidak senang?."
“Tentu. Tentu saja aku senang." Soraya menimpali, suaranya terdengar manis tapi tajam.
“Aku sudah merelakan mu, bukan? Apa kau tak percaya padaku lagi?."
Kevin tersenyum sinis.
"Sebagai sahabat aku selalu percaya padamu. Tapi kau juga tahu, aku tidak suka orang mencampuri urusanku.”
Soraya membalas dengan senyum tak kalah tajam.
“Aku cuma peduli. Kita sudah cukup lama mengenal, Kevin. Aku hanya tak ingin kau melangkah terlalu jauh hingga semua orang yang berada di sampingmu menjauh."
Kevin berdiri, mendekati jendela besar yang menghadap kota. Hujan masih turun, menyisakan bias suram di balik kaca.
“Kalau kamu benar-benar peduli, maka kau juga harus tahu... aku bukanlah orang yang menyerah pada orang yang mengambil apa yang sudah menjadi milikku."
Soraya mengatupkan rahangnya. Itu pernyataan yang tak hanya menyakitkan itu juga ancaman.
“Kau yakin Alya akan memilih kembali ke sisimu... jika dia tahu permainan ini?”
Kevin menoleh sedikit, sorot matanya dingin dan penuh perhitungan.
"Aku akan pastikan dia tidak pernah tahu semuanya. Setidaknya... bukan sekarang.”
Soraya bangkit berdiri, mengambil tasnya dengan gerakan cepat.
“Kalau begitu, aku harap kamu siap kehilangan lebih dari sekadar Alya.”
Lalu ia melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan Kevin dengan bayangan yang mulai menggelap di pikirannya.
Di sisi lain kota, Alya duduk di depan jendela toko Bloom & Hope yang kini sepi, memegang kontrak yang baru saja dikirim. Di atas kertas itu tertera logo Kevin Corp. dan namanya, lengkap dengan ruang kosong yang hanya menunggu tanda tangan. Tangannya gemetar saat memegang pena.
"Ini demi toko... dan demi Andy," bisiknya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Tapi jauh di lubuk hatinya, ia tahu—sejak saat ia menandatangani kertas itu, hidupnya takkan pernah sama lagi.
Cinta datang tanpa qta sadari,, dia tumbuh d dlm hati dlm kelembutan dan kasih sayang...,, bila kau memaksanya utk tumbuh dan d sertai dgn ancaman atwpun kebohongan ,, cinta itu akan berbalik menjauhimu.... Jangan lakukan sesuatu yang akan semakin membuatmu menyesal lebih dalam lagi tuan Kevin.
Tapi,, ga ap2 sih biarlah semua mengalir apa adanya,, biar waktu yg akan mengajarkan kedewasaan,, kebijaksanaan dan kesabaran serta keikhlasan utk Alya dan tuan Kevin. Karna aq yakin...,, mau kemana pun kaki melangkah,, dia tetap tau dimana rumahnya,, kemana pun hati akan berselancar,, dia akan tetap tau dimana rumah utk kembali.
Trus,, pelan2 dekati alyanya...,, jangan maksa2....,, ntar Alya kabur lagi.
Tapi,, Alya jangan mau d ajak pulang sama tuan Kevin yaaa,, Krn masih ad si ular Soraya d rumah.