Safira Maharani hanyalah gadis biasa, tetapi nasib baik membawanya hingga dirinya bisa bekerja di perusahaan ternama dan menjabat sebagai sekretaris pribadi CEO.
Suatu hari Bastian Arya Winata, sang CEO hendak melangsungkan pernikahan, tetapi mempelai wanita menghilang, lalu meminta Safira sebagai pengantin pengganti untuknya.
Namun keputusan Bastian mendapat penolakan keras dari sang ibunda, tetapi Bastian tidak peduli dan tetap pada keputusannya.
"Dengar ya, wanita kampung dan miskin! Saya tidak akan pernah merestuimu menjadi menantu saya, sampai kapanpun! Kamu itu HANYA SEBATAS ISTRI PENGGANTI, dan kamu tidak akan pernah menjadi ratu di istana putra saya Bastian. Saya pastikan kamu tidak akan merasakan kebahagiaan!" Nyonya Hanum berbisik sambil tersenyum sinis.
Bagaimana kisah selanjutnya, apakah Bastian dan Safira akan hidup bahagia? Bagaimana jika sang pengantin yang sebenarnya datang dan mengambil haknya kembali?
Ikuti kisahnya hanya di sini...!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
...***...
Tiga bulan berlalu telah terlewati, kehamilan Safira sudah mencapai usia empat bulan. Selama itu pula suasana sangat kondusif dan aman terkendali, sehingga Bastian dan Safira merasa tidak perlu khawatir jika keluar, sekedar untuk jalan-jalan atau ke mall.
Namun yang Bastian tidak tahu, bahwa selama itu pula Nyonya Hanum terus memerintahkan seseorang untuk mencari keberadaan mereka.
Siang itu, Bastian mengajak Safira ke mall, sepulang dari rumah sakit untuk kontrol rutin kehamilan Safira.
Di sinilah mereka sekarang, di toko peralatan bayi yang ada di dalam mall. Bastian tampak sangat antusias, memilih baju-baju dan kepeluan lainnya untuk bayi mereka, tetapi Safira melarangnya.
"Tuan, lebih baik membeli peralatan bayinya nanti saja, bayi kita baru berusia empat bulan. Kata orang pamali, Tuan." Safira memperingatkan.
"Begitukah...? Baiklah, apapun demi kebaikan akan aku turuti." Bastian meletakkan kembali baju bayi yang tadi dipegangnya, lalu menoleh ke arah Safira sambil tersenyum.
"Padahal bajunya lucu-lucu. Aku jadi tidak sabar menunggunya sampai lahir ke dunia," lanjutnya. Dia lalu mengelus lembut perut Safira, serta mencuri kecupan singkat di pipi istri cantiknya.
Safira melebarkan matanya terkejut, dengan mulut terbuka. Dia sungguh tidak menyangka, Bastian berani berbuat hal random di tempat umum.
Namun dalam hati Safira menyukainya, dia lantas mengulum senyumnya malu-malu sambil menunduk dan mengelus perutnya perlahan. "Lihatlah, Dek! Ayah sungguh tidak tahu malu, ya?" gumamnya masih dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya.
Bastian menggandeng tangan Safira, dan mengajaknya berkeliling sambil sesekali membeli kudapan yang Safira suka. Bahkan Bastian selalu menunjukkan sikap romantisnya dengan sesekali menyuapkan kudapan miliknya ke dalam mulut Safira. "Aaaa..." ucapnya. Tangannya menyodorkan satu suapan ke arah Safira.
Seperti biasa dengan malu-malu Safira akan menerimanya. Saat ini mereka tengah duduk di sebuah bangku yang ada di mall. Yang mana bangku tersebut memang disediakan bagi para pengunjung yang merasa lelah setelah berkeliling.
"Ooohhh...di sini kalian rupanya!" seru Nyonya Hanum, entah darimana beliau datangnya dan mengetahui keberadaan mereka.
Nyonya Hanum sudah seperti makhluk astral tak kasat mata yang datang tanpa diundang kehadirannya. Beliau tiba-tiba muncul begitu saja mengejutkan Bastian dan Safira, yang sama sekali tak pernah memprediksi akan bertemu dengan Nyonya Hanum di tempat itu.
Sebenarnya Nyonya Hanum datang ke mall, karena menghadiri acara arisan bulanan yang diadakan oleh teman-teman sosialitanya. Kebetulan acara telah selesai dan beliau memutuskan untuk mengunjungi salah satu butik langganannya, tetapi siapa sangka justru bertemu dengan Bastian.
"Bagus...! Akhirnya mami bisa menemukanmu, Bastian. Sekarang, ayo pulang bersama mami!" Tanpa rasa sungkan Nyonya Hanum menarik tangan Bastian dan langsung menyeretnya, sehingga menarik perhatian pengunjung mall.
Nyonya Hanum bahkan seperti tidak menganggap keberadaan Safira sama sekali, padahal wanita itu berada di samping Bastian.
Sungguh, Bastian merasa malu dan menahan geram atas perilaku maminya yang semena-sema dan tidak tahu situasi di mana mereka berada saat ini.
"Mi, tolong hentikan! Ini sangat memalukan, dan lihatlah mereka semua melihat kita!" gumam Bastian penuh penekanan.
Nyonya Hanum melihat sekeliling dan benar saja mereka menjadi pusat perhatian, lalu melepaskan pegangan tangannya pada sang putra.
Bastian yang melihat celah, lantas menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri dan menghampiri Safira. "Ayo, kita pergi dari sini, Fira! Aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu lagi!"
Kemudian dengan cepat, Bastian membopong tubuh Safira dan membawanya menjauh dari jangkauan maminya.
Safira yang mengerti maksud Bastian, lantas mengalungkan tangannya ke leher sang suami. Ia bahkan membenamkan wajahnya ke dada bidang pria tersebut, menahan rasa malu menjadi pusat perhatian.
Bastian tersenyum tipis dan hatinya menghangat melihat tingkah Safira. Dia lalu masuk ke dalam salah satu stand pakaian dan pura-pura menjadi pembeli.
Sedangkan Nyonya Hanum mendengus geram, merasa dikerjai Bastian dan kini kehilangan jejak sang putra. Namun sepertinya beliau tidak kehilangan akal. Maka yang dilakukannya kemudian keluar dari mall dan menyuruh sopir untuk menunggu di tepi jalan dekat mall.
Bastian akhirnya mengajak Safira pulang, setelah merasa beberapa saat menunggu, dan tidak melihat adanya pergerakan dari Nyonya Hanum.
Sesampai di tempat parkir tanpa menaruh curiga, dia segera membawa mobilnya meninggalkan mall, menuju apartemennya.
Di sisi lain, Nyonya Hanum segera keluar dari mobil dan menyuruh sopirnya mengikutinya dari jarak aman, sementara dirinya menyetop taksi dan meminta sang sopir untuk membuntuti mobil Bastian.
"Tolong, ikuti mobil sedan warna hitam di depan itu!" pintanya pada sopir taksi.
"Baik, Nyonya!" Sopir taksi menjawab lalu melakukan apa yang diminta oleh penumpangnya.
Bastian dengan santai mengemudikan mobilnya tanpa mengetahui bahwa mereka sedang dibuntuti. Karena jarak yang tidak terlalu jauh, maka Bastian dengan cepat sampai di apartemennya.
Nyonya Hanum meminta sopir taksi untuk berhenti. Beliau melihat Bastian keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Safira. Lalu keduanya berjalan bergandengan tangan menuju unit huniannya.
"Di sini rupanya mereka bersembunyi. Apa ini apartemen milik perempuan kampung yang miskin itu? Mewah sekali kalau itu benar," batin Nyonya Hanum.
"Pak, saya minta tolong ikuti kedua orang yang tadi baru keluar dari mobilnya. Saya perlu tahu di unit berapa mereka tinggal tanpa ketahuan, soalnya saya ingin memberi mereka kejutan," ucap Nyonya Hanum.
"Jangan khawatir, saya pasti akan memberimu imbalan yang pantas," lanjutnya.
"Baik, Nyonya. Hanya mengikuti mereka saja kan, Nyonya?" tanya sopir.
"Iya, benar. Cepat lakukan, sebelum kehilangan jejak mereka!" perintah Nyonya Hanum.
Tanpa berkata sang sopir taksi, lantas pergi ke arah di mana Bastian masuk. Rupanya sopir taksi itu cukup pintar, sehingga dengan cepat dia bisa mengejar jejak Bastian. Dia hanya mengawasi dari kejauhan. Begitu melihat Bastian masuk di salah satu unit apartemen sopir pun mendekat untuk memastikan. Setelah itu dia kembali untuk melapor pada Nyonya Hanum.
"Bagaimana, apa kamu sudah mengetahui di mana mereka tinggal?" tanya Nyonya Hanum tidak sabar setelah melihat sang sopir kembali.
"Sudah, Nyonya." Sopir tak taksi lantas memberitahu di lantai dan unit berapa Bastian tinggal.
"Terima kasih, ini untukmu." Nyonya Hanum tersenyum puas, lalu memberikan uang merah dua lembar pada sopir taksi.
(Uang segitu jaman tahun itu masih sangat berharga. Gorengan masih seratus rupiah sebiji, harga beras dua ratus lima puluh seliter, pokoknya semua masih murah meriah. 🤗)
"Lihat saja. Aku akan memberi kejutan yang tak terduga pada kalian nanti!" Senyum menyeringai terbit di bibir Nyonya Hanum seraya menatap bangunan tinggi dengan pandangan penuh arti.
***
Nantikan drama apa yang akan terjadi nanti.
Bersambung
Takut banget kalau Bastian tetap harus menikahi Farah.
Semoga Bastian bisa tegas dan Safira enggak menyerah dengan pernikahan mereka😔😔