Jelly Putri Wijaya sadar, menikahi seseorang yang tidak dicintai hanya akan membawa masalah. Itulah alasan mengapa ia harus menghentikan rencana pernikahannya dengan Benjamin Huang. Mungkin lebih tepatnya melarikan diri dari pernikahan itu.
Pelarian Jelly ke Hongkong mempertemukan gadis itu dengan Oscar Liu, musisi muda yang sedang naik daun dan digilai fans. Sosok Jelly yang kikuk dan misterius, membuat Oscar tertarik menjadikan gadis itu tameng dari serbuan gosip media.
Perasaan Oscar yang semakin kuat dan kenyataan bahwa Jelly bukanlah gadis sembarangan, membuat Oscar jadi mempertanyakan niatnya. Jelly pun sadar bahwa ia tidak bisa selamanya melarikan diri. Ketika masa lalu dan masa depan bertarung di depannya, akankah Jelly kembali lari dan menjauh dari kebahagiaan?
Bagaimana kisahnya? yuk ikuti di novel baruku.. 🙏
Jika suka, like, komen positif, sub, rate 5 and share ya.. Terimaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24.
Jelly mengamati ibunya yang duduk di kursi kayu, dan membelakangi meja tenis yang dimainkan oleh suaminya dengan relasi bisnisnya sambil berbicara kepada para pemain tenis meja lainnya yang selalu menyimak semua hal yang berkaitan erat dengan olahraga tersebut penuh perhatian. Tanpa sadar bibirnya membentuk seulas senyum menerawang.
"Dia sangat bersinar," bisik Reina adik tirinya di kursi berdekatan dengan pemain tenis meja berambut merah di sebelahnya."Kau pasti bangga dengan cara Daddy mu bermain tenis meja, bukan begitu?"
Reiko adik tirinya lainnya hanya tersenyum."Kalau kau bagaimana, Jelly? Apakah kau pernah mendengar ibu kita menyinggung tentang... "Ia berhenti sebentar.
Ester Mu segera menatapnya sambil menyipit." Hei, tentang apa?"
"Ya?" Jelly menggeleng.
"Ayahmu?"
"Ya, " sahut Jelly menoleh dan mengangguk samar. "Papaku sepertinya pernah.. Tapi.. "
"Itu benar." Ayah tirinya ikut nimbrung."Tidak sering, tapi mamamu menghubunginya sekitar sebulan lalu."
Mata Jelly melebar."Sungguh? Mama melakukannya? "
"Ya, mereka membahas pernikahanmu," sahut ayah tirinya. Jelly menarik napas dalam-dalam."Kenapa?" Mamanya melirik ke arahnya seolah-olah Mamanya itu menemukan sesuatu yang salah.
"Tidak apa-apa," sahut Jelly pelan.
"Kau tidak menyukai Ben?"
"Entahlah," kata Jelly lesu. "Aku menyukainya. Tapi, bukan berarti aku ingin menikah dengannya."
Steven Parker menutup bibirnya lalu maju mendekati dan berbisik."Aku tidak tahu kalau kau merasakan keberatan selama ini."
"Aku hanya tidak ingin membuat Mama kecewa. Itu saja."
"Tapi kau tidak harus mengorbankan dirimu seperti ini. Kenapa kau tidak menolak saja waktu itu?"
Sejenak, Jelly terdiam. Ia tahu Steven Parker benar. "Kau tahu aku tidak pernah menolak permintaannya, Daddy."
Kali Daddy nya yang terdiam. Ia menatap Jelly sekilas, lalu mendesah."Kau keliru dalam hal ini, " sahutnya lirih sambil merangkul pundaknya."Kau ini harus segera membicarakan hal itu dengannya."
"Untuk itulah Aku berada di sini. Di Hongkong."
Steven Parker mengangguk sekali."Kalau begitu setelah acara ini selesai, aku akan meninggalkan kalian berdua. Kalian perlu waktu untuk saling terbuka dan membicarakan hal semacam itu dengan tenang."
*****
"Kau sudah memesan gedung? "
".... "
"Bagaimana gaun pengantin dan undanganmu? Lalu siapa saja yang ingin kau undang?"
"... "
"Ada apa denganmu?" Ester Mu menatap Jelly yang duduk gelisah di depannya, dalam restoran berkelas tak jauh dari kompleks mansion Ibunya.Sudah tujuh belas menit gadis itu membisu."Ada hal yang ingin kau bicarakan?"
"Aku..." Jelly melirik ibunya."Aku ingin membicarakan Ben."
"Ada apa dengan Ben? Apakah pernikahan tiga minggu depan membuatmu gugup?
"Itu masalahnya." Merasa rikuh, Jelly memainkan sendok kecil di cangkir teh hijau, berharap hal itu dapat mengurangi kecanggungan dalam dirinya.
"Kau tidak perlu gugup. Semua orang akan melalui masa- masa seperti ini."
"Bukan, " sahut Jelly pelan. "Bukan itu maksudku. "
"Lalu? "
"Aku tidak ingin menikah, Mama. Tidak dengan Ben." Jantung Jelly seakan mencelus setelah berhasil mengucapkan kalimat itu.
"Kenapa?" Ester Mu menyunggingkan seulas senyum kecil."Kau tidak ingin atau hanya tidak bisa? Itu hal yang berbeda."
"A.. Aku tidak mencintainya..."
"Cinta?" Ester Mu tersenyum kecut."Apa yang kau tahu tentang cinta?"
"Sesuatu yang tidak kutemukan dalam dirimu dan Papaku," sahut Jelly polos namun getir.Ester Mu menatapnya tanpa berkedip, Kemudian Jelly pun melanjutkan lebih pelan."Maaf, Aku tidak bermaksud berkata begitu."
Ester Mu menggeleng cepat."Ben laki-laki yang baik. Aku tahu dia mencintaimu dan akan melakukan apa pun untuk membuatmu bahagia."
"Ya, " sela Jelly sopan sambil tersenyum getir."Aku tahu dia memang laki-laki yang baik. Tapi jangan berbicara seolah kau mengenalnya sebaik aku yang mengenalnya. Kau tidak tahu apa-apa tentang Ben."
"Tentu Aku mengenalnya. Dia putra sahabatku.Kalau tidak, aku tidak akan sudi menjodohkannya dengan kamu."
"Aku tidak bisa, Mama."
"Kau akan mencintainya setelah menikah dengannya, sayang."
Bahu Jelly merosot. Ia menatap Ibunya seolah-olah ibunya sudah kehilangan akal."Kau masih saja terus mendesakku menikah meski aku sudah menolaknya, Mama? "
Ester Mu menyeruput Cappucino miliknya dengan santai tanpa menghiraukan kalimat Jelly. Jelly mulai geram melihat sikap tidak mau tahu seperti itu.
"Kau membiarkan Aku menikahi laki-laki yang tidak kucintai, Mama?"
"Jelly, apa kita sudah selesai?"
Jelly melotot melihat Ester Mu menurunkan cangkir ke meja lalu memanggil pelayan restoran dengan isyarat tangan. Apa yang...
Sebelum ia sempat menyahut, suaranya ibunya kini terdengar lagi."Cinta dan pernikahan dua hal yang berbeda, Jelly."Ester Mu berkemas setelah wanita itu membayar minuman mereka."Cinta berasal dari ketulusan hati, tapi pernikahan adalah belajar untuk bertanggungjawab, mengatasi masalah bersama, dan membangun hubungan jangka panjang. Kau ini harus yakin. Percayalah, kau tidak butuh cinta untuk melakukan hal-hal semacam itu."
"Maksudmu, kau ingin Aku sepertimu dan Papaku yang akhirnya berakhir di tengah jalan lalu kau lebih memilih pergi diam-diam dan menjalankan hubungan istimewa dengan sahabat dekatmu sendiri?" sahut Jelly, tidak bisa menahan diri.
Ester Mu tertegun.
"Aku bukan kau. Jangan paksa aku menjadi dirimu atau seperti Papaku, Mama." ujar Jelly gemetar.
"Bisakah kita berbicara seperti anak dan orangtua normal yang baru bertemu setelah sekian lama?" sahut Ester Mu disertai senyum hambar.
Jelly terdiam sejenak."Seharusnya Aku bisa melihat dan menebaknya. Seharusnya aku tidak perlu untuk berusaha hingga sejauh ini untuk bisa bertemu denganmu.Kau selalu menang.Bukan begitu,Mama?"
"Itu kesimpulan darimu."
"Sulit dipercaya," ujar Jelly tersenyum pahit ke arah lain. Ia bersedekap lalu menatap Ester Mu lagi."Apa kau akan seperti ini seterusnya?" tanyanya.
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Jelly?"
"Setelah hampir sepuluh tahun kita tidak bertemu?"
"Jelly, Aku tidak mengerti."
"Kau menarik diri," sergah Jelly hampir kehilangan kendali. Perasaannya berkecamuk setiap kali ibunya memalingkan wajah.
"Jelly...."
Jelly menggeleng dan cepat- cepat bangkit ketika Ester Mu memanggilnya.
"Terimakasih banyak, Mama. Untuk waktumu dan secangkir teh hijau mahal ini. Aku tidak akan pernah mengganggumu lebih lama lagi."
Jelly cepat- cepat menghapus air matanya dari sudut mata. Setelah menyunggingkan senyum tipis, Ia pun berbalik meninggalkan restoran mewah itu. Secepat mungkin meninggalkan Ester Mu yang tertegun.
*****
Steven Parker yang baru keluar dari pintu kaca toko game book langsung menyipit begitu melihat Ester Mu berjalan sendirian di trotoar. Ia membetulkan letak tas jinjing di pergelangan tangannya sambil berpikir- pikir.
"Dimana Jelly?" tanyanya setelah Ester Mu telah tiba di hadapannya. Ia yakin sesuatu telah terjadi di antara Ester Mu dan Jelly.
"Dia pulang."
"Kau membiarkannya pulang sendirian?"Steven Parker segera menyusul istrinya yang berjalan lebih dulu.
Bersambung!!