Gendis merasa jika hidupnya sudah hancur setelah mengetahui jika suaminya berselingkuh dengan teman semasa sekolah suaminya, dulu.
Gendis yang tidak terima dengan pengkhianatan itu pun akhirnya menggugat cerai Arya. Namun, disaat proses perceraian itu sedang berjalan. Arya baru menyadari jika dia sangatlah mencintai Gendis dan takut kehilangan istrinya itu.
Sehingga, Arya pun berusaha berbagai cara agar Gendis mau memaafkan nya dan kembali rujuk dengan nya.
Sayang, Gendis yang terlanjur kecewa dan sakit hati karena telah dikhianati pun tetap melanjutkan perceraian itu.
Hingga suatu hari, Gendis pun mendapatkan kabar yang mengejutkan. Dimana, dirinya dinyatakan hamil anak ketiga.
Lalu, apa yang akan Gendis lakukan? Akankah dia tetap melanjutkan perceraian itu? Atau memberikan Arya kesempatan kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.21
“Ayo, kita berangkat sekarang. Mumpung masih siang, biar nanti pulangnya tidak kemalaman,” ajak Angga, usai keduanya selesai makan siang.
“Boleh. Tapi, sebelum kesana. Tolong antar aku ke butiknya Nadia, ya. Ada yang ingin aku beli di sana,”
“Boleh. Kan hari ini aku adalah supir pribadi kamu. Jadi, kemana pun kamu pergi. Pasti akan aku antarkan,”
“Ck. Kamu, bisa aja.”
Keduanya pun akhirnya bangun dari duduknya dan bertepatan saat Gendis akan keluar dari restoran itu. Tanpa sengaja Gendis berpapasan dengan Intan yang hendak membeli makan siang untuk atasan nya yang tidak lain adalah Arya.
Set.
Deg.
“Nyonya Gendis?”
“Intan?”
“Anda, disini?”
“Kamu, disini?”
Keduanya langsung saling terdiam setelah menyapa dengan pertanyaan yang sama dan di waktu yang bersamaan.
Intan terlihat tersenyum kaku dengan dahi yang mengkerut. Manakala, netranya menangkap sesosok pria yang tidak asing lagi baginya.
Tengah berdiri tepat di samping istri dari atasannya tersebut. Tidak ingin terjebak dengan situasi yang canggung seperti itu. Gendis akhirnya yang membuka suara terlebih dulu.
“Mau makan siang?” lanjut Gendis.
“Tidak, Nyonya. Saya kemari atas perintah Tuan. Untuk membelikan makan siang seperti biasa,” jawab Intan, terlihat ragu ragu saat mengatakan nya.
“Makan siang? Tuan, tidak makan di rumah? Kok bisa? Tumben nggak makan di rumah?” tanya Gendis, kebingungan.
Pasalnya, Arya tidak pernah melewatkan makan siang dirumah. Bahkan, jika Gendis tengah berada di rumah orang tuanya sekalipun. Arya tetap menyempatkan pulang ke rumah untuk makan siang disana.
“Untuk itu, saya kurang tahu alasannya, Nyonya. Karena sudah hampir satu bulan ini, Tuan lebih sering makan di kantor daripada di rumah.” jawab Intan semakin dibuat kikuk oleh pertanyaan Gendis.
Sudah bukan rahasia lagi memang, jika keduanya tengah menjalani proses perceraian. Hanya saja, terlalu canggung untuk Intan membahas alasan kenapa atasan nya itu lebih memilih untuk makan di kantor ketimbang di rumah yang kini hanya dihuni oleh para pegawainya saja.
Karena sang pemilik rumah itu sendiri lebih memilih pergi dan tinggal di tempat lain daripada dirumah itu. Padahal, kepemilikan tanah beserta rumah tersebut sudah mutlak menjadi milik Gendis. Karena Arya sudah mengalihkan asetnya tersebut menjadi atas nama Gendis.
Arya memberikan tanah dan juga rumah itu sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka. Tepat diusia pernikahan mereka memasuki usia ke 10 tahun. Sebagai ungkapan rasa terima kasih karena sudah menemaninya dari nol. Maka, Arya pun menghadiahkan rumah itu kepada Gendis.
Sayangnya, setelah kejadian dimana Gendis memergoki Arya tengah berpelukan dengan Sharon dirumah itu. Gendis menjadi enggan tinggal di sana dan lebih memilih untuk tinggal di apartemen saja bersama dengan kedua anaknya.
“Baiklah. Masuklah, lakukan tugasmu. Kamu tahu, kan, kalau Tuan tidak suka orang yang lelet dan juga terlambat dan terima kasih karena sudah membantu memperhatikan Tuan,”
“Iya, Nyonya. Sama sama, itu sudah tugas saja. Jadi, Nyonya tidak perlu sungkan,”
“Ya, sudah. Kalau begitu saya pamit duluan, ya Intan. Selamat bekerja,”
“Iya, Nyonya. Terima kasih.”
Kedua wanita itu pun akhirnya berpisah dengan Gendis yang bergegas keluar dari restoran. Sementara Intan, langsung masuk ke dalam untuk memesan makanan yang akan dia bungkus dan dia bawa ke kantor.
“Sebenarnya, Tuan Angga itu siapanya Nyonya, ya? Kenapa dia bisa bersama dengan Nyonya Gendis? Kalau mereka saling kenal. Lalu, kenapa Tuan Arya bersikap seolah olah baru pertama kali bertemu dengan Tuan Angga? Sampai harus memperkenalkan diri segala. Apa, itu hanya pura pura?” gumam Intan, saat dalam perjalanan pulang dari restoran menuju kembali ke kantornya.
"Kamu bilang apa barusan? Siapa yang pura pura tidak saling kenal?"
Seketika, Intan dibuat kaget dengan suara bariton dari seseorang yang sepertinya mendengar gumamannya tentang Arya dan juga Angga. Wanita bertubuh tinggi itu terdiam, membeku di tempat. Manakala menatap seorang pria yang sedang menatap tajam ke arahnya.
*
*
Beberapa saat kemudian.
“Alhamdulillah. Akhirnya sampai juga,” ucap Gendis saat tiba di halaman butik milik sahabatnya yang bernama Nadia.
“Jadi, ini butiknya Nadia? Wah, hebat juga, ya dia. Bisa punya butik sebesar ini,” puji Angga, saat melihat butik milik Nadia. Teman sekolahnya dulu.
“Bukan hanya punya butik ternama. Insya Allah tahun ini, Nadia juga berkesempatan untuk ikut di ajang fashion show yang akan diadakan di jepang. Makanya, akhir akhir ini dia jadi lebih sibuk dari biasanya karena harus mendesain banyak pakaian muslim yang sesuai dengan ciri khasnya. Ayo kita masuk. Siapa tahu dia ada di dalam biar kamu bisa menyapa nya juga,”
“Boleh. Ayo.”
Keduanya kompak keluar dari dalam mobil, lalu memasuki gedung yang cukup besar untuk sebuah butik.
Kreekkkk.
“Selamat siang dan selamat datang. Eh, Nyonya Gendis. Ada yang bisa kami bantu, Nyonya?”
“Saya butuh pakaian muslim, Mbak Ela. Bisa tolong bantu saya pilihkan?”
“Tentu saja bisa, Nyonya. Mari, ikut saya. Kebetulan kami memiliki model terbaru.”
Dengan dipandu oleh sang karyawan toko yang sudah mengenal baik siapa Gendis. Gendis pun mulai memilih pakaian muslim yang akan dia pakai saat berkunjung ke pondok Al-Hasan.
Tidak diharuskan memakai hijab memang, hanya saja. Demi menghormati penghuni di pondok yang 100% perempuan nya menggunakan hijab dan pakaian syar’i. Maka, tidak ada salahnya jika Gendis juga menyesuaikan dengan menggunakan pakaian muslimah saat akan berkunjung kesana.
“Gendis? Kamu di sini juga?” tanya Nadia, yang berhasil mengalihkan perhatian Gendis yang sedang asik memilih pakaian muslim yang akan dia beli.
“Iya, Nad. Memang nya kenapa? Kok kayak yang kaget gitu? Oh iya, hampir lupa. Lihat, aku datang sama siapa?”
“Memang kamu datang dengan si………. Angga? Kamu, Angga, kan?”
Nadia sempat menjeda ucapan nya saat melihat siapa orang yang ada di samping Gendis saat ini.
Pria yang 20 tahun lalu tiba tiba saja menghilang tanpa kabar. Kini, pria itu berdiri di hadapan nya dengan penampilan yang sudah jauh berbeda dari terakhir mereka bertemu.
“Hai, Nad. Apa kabar?”
“Ya ampun, Ga. Kamu kemana aja? Kami cari kamu terus loh. Si Gendis bahkan sampe nangis siang malam karena ga ada kabar dari kamu.”
Wanita dengan hijab syar’i itu langsung menghampiri sahabat lamanya yang akhirnya muncul setelah 20 tahun berlalu. Meski sangat senang karena bisa bertemu kembali. Namun, Nadia tidak bisa memeluk Angga seperti dulu. Wanita itu tetap menjaga jarak karena memang sudah berhijrah sejak 10 tahun yang lalu.
“Nad, kok ngomong gitu?” ucap Gendis, menekan setiap katanya agar Nadia tidak membahas masa lalu di depan Angga.
“Memangnya kenapa? Lagipula, itu memang kenyataan nya.” jawab Nadia, yang terlihat cuek meski sahabatnya terlihat kelabakan. Menahan malu, karena kepergok menangisi kepergian teman mereka, Angga.
Sementara Angga sendiri, hanya tersenyum tipis. Menanggapi perdebatan yang terjadi antara kedua wanita yang ada di hadapannya. Ternyata, waktu 20 tahun berlalu tidak merubah semuanya. Termasuk dengan dua wanita ini.
Dari dulu sampai sekarang, mereka sering sekali terlibat perdebatan. Namun, meski begitu hubungan pertemanan mereka malah semakin erat dan solid. Bahkan, keduanya sudah seperti saudara.
btw..emng intan ada ya waktu arya ketemu sama angga?🤔
diperhatikam baik" arya...calonnya istrimu.😏
kemarin selingkuj dibilang salah paham..jenuh dibilang khilaf pdh emng doyan sama sharon..disini lagi dibilang terhasut..terlalu banyak alasan.
dibilangbyg masuk akal.utu MARUK doang dan gak cinta lagi sama istrinya.
lalu.menurutmu arya gak bosan dengan perhatian sahron? spek bidadari istrinya aja bosan.
trus arya gak bosan kehidpan perselingkuhannya tanpa bercinta sama sharon? emngnya yg mana sebenarnya yg bisa membuat arya bosan?....
gak usah pake alasan jenuh bosan dengan kehidupan rumah tangga segala...dihasut segala. jawabannya udah ada..MARUK. ARYA GAK CUKUP SATU WANITA. ITU ALASAN MASUK AKAL DALAM CERITANYA. JANGAN TERLALU BANYAK ALASAN DAN BERDALIH. GW GAK LIAT ITU DISETIAP JALAN CERITANYA.
klw ga knp bisa tau setiap arya mau ketemuan sm Gendis maupun Gisya..