Mistis dan hal ghoib bagi Nayla hanyalah mitos sebelum dia mengalami kejadian yang membuatnya terpaksa mempercayai hal-hal yang berbau suprantural itu setelah mengalaminya sendiri.
Meninggal akibat konspirasi suami dan kakak angkatnya, Nayla hidup kembali ditubuh seorang gadis dengan nama yang sama dengannya yang memang telah disiapkan untuknya.
Siapakah orang yang sengaja membangkitkan jiwa Nayla?
Mampukah Nayla membalaskan dendam dan menguak teka-teki kehidupannya?
Penasaran...
Ikuti kisah Nayla dalam membalas dendam yang sarat akan hal mistis dan ghoib, yang tentunya sangat menegangkan dan membuat jantung kita berdegub kencang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTEMU DUA PENGKHIANAT
Hari ini merupakan waktu terakhir yang kepala desa berikan untuk Lucas dan Gisel agar segera pindah dari desa Sudimampir.
“Kita akan pergi kemana?”, tanya Gisel tak bisa menahan kegelisahan hatinya.
“Entahlah. Kita pikirkan sambil jalan”, jawab Lucas berusah tenang.
Lucas sendiri merasa binggung harus membawa Gisel pergi kemana karena saat ini dia tak memiliki uang yang banyak hingga bisa membeli rumah atau apartemen.
Untuk membawanya pulang kerumah, sama saja dengan bunuh diri mengingat kedua orang tuanya tak menyukai Gisel.
Membawa istrinya untuk tinggal dibeberapa property milik keluarga Wibisono juga tak mungkin karena mereka sekarang tealh antipati dengan Gisel.
Apalagi kasus yang disebabkan oleh Gisel serta hasutan dari sang mami, kini keluarga besarnya benar-benar memberikan penolakan keras terhadap hubungannya dengan Gisel, membuat Lucas terpaksa harus membawa istrinya jauh dari pandangan keluarganya.
Gerbang selama datang ibukota telah tampak, namun Lucas masih belum menemukan ide akan bermalam dimana saat ini.
“Apa kamu benar-benar sudah tak memiliki uang lagi?”, tanya Gisel pensaran.
Lucaspun menceritakan mengenai pinjaman uang yang dia gunakan untuk menutup kerugian perusahaan Wibisono sehingga dia hanya bisa mengandalkan sisa uang yang dimilikinya dalam rekening sebelum dia bisa mendapatkan bonus dalam proyek film yang sedang berjalan saat ini.
“Jika proyek ini sukses, aku bisa membelikanmu sebuah apartemen”
Mendengar ucapan Lucas, Gisel merasa sedikit lega. Setidaknya, sang suami tak miskin-miskin amat sehingga masih mampu untuk memberikan tempat tinggal yang nyaman baginya.
Karena tak nyaman ntuk makan direstoran setelah berita skandal mereka viral, keduanya pun memutuskan untuk membeli makanan cepat saji melalui drive true dan memakannya di parkiran rest area. Begitu beres, keduanya kembali melanjutkan perjalanan.
Lucas yang masih belum memiliki tujuan tempat tinggal, memilih untuk menyewa hotel yang berada tak jauh dari kantor untuk sementara waktu.
Karena dananya cukup terbatas dan mereka akan tinggal cukup lama, Lucas pun hanya menyewa sebuah kamar kecil yang bisa ditempati oleh keduanya selama satu bulan kedepan.
Nayla yang mendengar Lucas dan Gisel telah keluar dari desa Sudimampir dan kini menetap di hotel yang berada tak jauh dari kantor pun berusaha untuk menyapa keduanya.
“Kebetulan dua hari kedepan aku tak ada kegiatan dikampus. Bagaimana jika aku bermain-main dengan keduanya sejenak”, gumannya menyeringai licik.
Setelah memacu mobilnya selama kurang lebih dua puluh menit, Nayla telah sampai di hotel bintang lima yang dijadikan oleh Lucas tempat tinggal sementara untuknya dan Gisel.
Setelah check in, Nayla masuk kedalam lift yang akan membawanya ke kamar vip yang dia pesan untuk menginap selama dua hari disini.
Tanpa dia sangka, begitu pintu lift hampir tertutup, seseorang berteriak hingga terpaksa Nayla menekan kembali tombol dan pintu lift kembali terbuka.
Masuklah dua orang yang sangat dia kenal, Lucas dan Gisel, sebuah kebetulan yang tak terduga.
"Tak kusangka aku bisa bertemu mereka disini. sungguh beruntung",batin Nayla sinis.
Sambil bergandengan tangan, didalam lift, Gisel menyandarkan kepalanya di bahu Lucas, adegan romantis yang membuat Nayla muak.
Tanpa Nayla tahu, begitu netranya bertatapan dengan Gisel melalui kaca dalam lift, jantung Gisel tiba-tiba berdetak sangat kencang, membuatnya terengah-engah dan keringat dingin mulai mengucur di tubuhnya.
Gisel memegangi dadanya, nafasnya terasa sangat sesak, seperti orang yang memiliki penyakit asma.
Butir bening sudah terkumpul dipelupuk matanya, hanya satu kedipan saja maka air mata itu akan mengalir dengan derasnya.
Nayla yang melihat wajah Gisel pucat, menghampiri dan menanyainya, "are u ok? "
Gisel yang melihat penampakan wajah Nayla berlumuran darah dan menyeringai kepadanya, merasa ketakutan sehingga tanpa sadar dia mencengkeram kuat lengan Lucas.
Mendengar pertanyaan yang dilemparkan oleh wanita muda disamping Gisel dan cenkeraman kuat tangan istrinya yang terasa nyeri, Lucas yang semula sibuk melamun tiba-tiba tersadar dan langsung menatap Gisel dengan cemas.
"Sayang, kamu kenapa? Apa jantungmu sakit lagi? ", tanyanya panik
Lucaspun segera membuka tas yang dibawa Gisel dan mencari obat milik istrinya yang biasanya selalu wanita itu bawa kemanapun mereka pergi.
Cukup lama Lucas mengaduk isi tas Gisel namun botol putih, tempat obat Gisel tak ada, membuat wanita itu luruh kelantai dengan wajah pucat pasi dan keringat yang mengucur deras di tubuh, apalagi ketika Nayla melepaskan masker wajahnya dan menyeringai, menampilkan taring dan deretan gigi hitamnya yang penuh darah, membuatnya merasa mau pingsan.
Nayla yang melihat Gisel hampir pingsan, menyudahi aksinya dan kembali memakai maskernya dan mendekat ke arah Lucas.
"Tuan, sebaiknya anda membawanya kerumah sakit sebelum terlambat ",ujar Nayla sok perhatian.
Tanpa mendengar persetujuan Lucas, Nayla sudah memencet angka satu, lift yang seharusnya sudah tiba dilantai dimana mereka menginap terpaksa turun lagi.
Hal ini membuat Gisel semakin menderita. Melihat bagaimana kedua mata Gisel melotot dengan mulut terbuka, berusaha untuk mengambil oksigen di udara sebanyak-banyak dengan satu tangan memegangi dadanya dengan wajah kesakitan, hati Nayla merasa senang.
Sebenarnya, Gisel saat ini sudah bisa meminum obatnya dan beristirahat karena dia memiliki cadangan obat didalam kopernya.
Tapi sayangnya, Nayla tak memberikan kesempatan itu, tanpa meminta pendapatnya, gadis muda itu memencet angka satu yang membawa ketiganya kembali turun.
Sambil menahan rasa sakit didadanya, Gisel menatap Nayla tajam, seoalah dia ingin membunuh dan mencabik-cabiknya meski kengerian masih terlihat jelas diwajahnya.
Nayla yang menyadari jika Gisel sedang menatapnya tajam,pura-pura tak menyadari hal itu, membuat amarah dalam hati Gisel semakin berkobar.
Karena terlalu marah, jantung nya semakin cepat memompa, membuatnya semakin kesakitan.
Lagi-lagi tanpa bertanya atau berdiskusi, begitu pintu lift terbuka, dia segera memanggil security agar memanngil ambulan untuk membawa Gisel ke rumah sakit.
Gisel yang tak memiliki kekuatan hanya bisa pasrah mengikuti pengaturan yang dibuat oleh gadis asing yang ditemuinya di lift tadi.
Security dan dua orang pegawai hotel datang menghampiri, melihat alis wanita yang terbaring tersebut turun, mata yang menyipit, hidung yang mengernyit, bibir atas yang terangkat, dan mulut yang terbuka, seperti berusaha mengambil pasokan oksigen untuk memenuhi paru-parunya, sambil menunggu ambulan datang, tenaga medis yang disiapkan oleh hotel segera memberikan pertolongan pertama.
Nayla yang merasa belum waktunya untuk menunjukkan wajahnya, tetap memakai masker yang hanya menyisakan kedua mata jernih disana.
Deg,
“Mata itu?”
Lucas tak bisa mengalihkan tatapannya. Rasa takut dan bersalah perlahan mulai memenuhi hatinya, membuatnya merasa tidak nyaman.
Meski begitu, Lucas masih berusaha untuk tenang dan tersenyum ramah, tapi hanya dibalas tatapan sinis yang terkesan merendahkan dari gadis asing yang bersamanya didalam lift tadi..
Lucas sama sekali tak menyangka dia akan diperlakukan seperti itu, biasanya semua wanita akan tunduk, mengagumi ketampanannya, tak ada satupun wanita yang bisa lepas dari jerat pesona nya selama ini.
Bukan hanya tak terpengaruh akan pesonanya, bahkan dia melihat tatapan jijik, meski hanya sekilas, membuat perasaan Lucas tak tenang.
"Apa aku mengenalnya? Kenapa dia begitu membenciku?", batinnya bingung.
Namun, ketika Lucas kembali melihat kedua mata gadis itu, perasaan familiar menyerbu, dan rasa takut perlahan mulai muncul.
Lamunan Lucas buyar ketika ambulan yang akan membawa Gisel kerumah sakit telah tiba.
Setelah kekacauan sesaat telah mereda, Nayla pun melangkah masuk kedalam lift menuju kamar yang telah dipesannya untuk dua hari kedepan dan beristirahat dengan tenang.