Permaisuri Tidak Mungkin Jahat

Setelah Wei Shiqi pergi, Han Ziqing menyuruh Meixiang mengusir semua pelayan dan kasim, menyuruh mereka menjauh dari Istana Ningxi dan dilarang masuk tanpa perintah. Karena berpikir Permaisuri tidak ingin diganggu dan mengingat temperamennya yang pemarah itu, orang-orang akhirnya menurut.

“Saatnya bermain!”

Han Ziqing membuka mekanisme ruang rahasia saat situasi sudah aman. Dia menuruni anak tangga sambil membawa sebuah lentera untuk menerangi jalan. Sementara itu, Meixiang membantunya berjaga di luar. Kalau ada yang masuk, dia bisa segera melaporkannya.

Tempat ini sudah bersih dan rapi. Tidak ada lagi debu yang beterbangan atau sampah yang berasal dari pelapukan dan beberapa benda yang rusak.

Meixiang benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik. Cara kerjanya sangat teliti. Bahkan tidak ada yang berubah dari tata letak setiap benda-bendanya.

Meski Han Ziqing bertekad menjadikan rubanah ini sebagai laboratoriumnya, tapi dia belum memahami betul tentang keberadaan dunia tempatnya berada saat ini. Meski ingatan Han Ziqing yang sebelumnya memberinya gambaran, tapi hanya berupa potongan tidak lengkap yang diketahui orang awam.

Jadi, dia harus memahaminya dulu sebelum melakukan aksinya. Diambilnya buku-buku sejarah Kekaisaran Agung Wei dari rak lalu ditumpuknya di atas meja.

Catatan ini mungkin ditulis puluhan tahun lalu. Namun karena pemilik sebelumnya sangat teliti, bukunya masih utuh dan bagus.

“Jika dihitung sampai tahun sekarang, maka Kekaisaran Wei Agung ini sudah berdiri selama 500 tahun. Usia yang cukup abadi untuk sebuah negara dengan sistem pemerintahan monarki absolut,” gumam Han Ziqing.

Dalam buku tersebut juga tercatat nama-nama kaisar di Kekaisaran Wei Agung dari sejak awal dinasti ini berdiri. Sayangnya, itu terputus.

Catatan terakhirnya berhenti di kaisar Wei Agung kesepuluh. Jika menghitung masa jabatan selama 40 tahun setiap orangnya, maka catatan ini berhenti di tahun ke-400.

Mungkinkah pemilik istana ini adalah orang dari 100 tahun lalu? Catatan ini mungkin terhenti ketika pemilik istana ini meninggal. Pertanyaannya adalah mengapa ruangan bawah tanah ini bisa bertahan selama 100 tahun sejak pemiliknya meninggal?

Renovasi setiap bangunan istana kerap dilakukan untuk mengubah dan memperbaiki strukturnya. Taman istana yang dibuat dengan kolam ikan yang dihiasi bebatuan itu harusnya sudah lama hilang karena diubah dan direnovasi. Tapi, semuanya masih utuh. Mekanismenya masih berjalan dan tidak ada yang tahu ada rubanah di sini.

“Apakah mungkin istana ini tidak pernah diperbaiki dalam 100 tahun terakhir? Atau mungkin, pemilik istana yang pernah menempatinya sebelum aku adalah orang bodoh yang tidak memedulikan tempat tinggalnya?”

Aneh sekali. Istana Ningxi aneh, misteri di dalamnya juga aneh. Tidak mungkin jika rubanah ini tidak ketahuan.

Mungkinkah orang-orang hanya menganggap tempat ini adalah tempat terbengkalai setelah ditinggal pemiliknya yang meninggal? Tapi siapa sebenarnya pemilik Istana Ningxi yang telah membangun ruang rahasia sebagus ini dan di tahun berapa dia hidup?

Han Ziqing tidak suka sejarah, tapi catatan Kekaisaran Wei Agung benar-benar membuatnya penasaran. Jika orang itu hidup 100 tahun lalu, bukankah terlalu aneh?

Cara berpikirnya sudah bisa disebut maju dan modern. Jika Han Ziqing mengetahuinya, mungkin saja dia bisa menemukan alasan mengapa dirinya tersesat ke dunia ini alih-alih pergi ke dunia kultivasi dan menjadi dewa.

Dia membaca catatan selanjutnya. Ini adalah catatan tentang negara-negara yang ada di sekitar Kekaisaran Agung Wei. Di sisi timur terdapat sebuah kerajaan kecil yang menolak bergabung dengan Kekaisaran Wei Agung bernama Kerajaan Dongyu.

Di sebelah selatan sebuah kerajaan kecil juga berdiri, bernama Kerajaan Nanyu. Adapun di sebelah barat adalah negara-negara terbuka yang berinteraksi dengan orang-orang asing. Bentuknya juga sebuah kerajaan, hanya saja sistem pemerintahannya agak rumit.

Yang paling menarik adalah bagian utara. Kekaisaran Wei Agung berbatasan dengan Kekaisaran Beiqi. Beiqi sudah berdiri selama ratusan tahun.

Sama seperti kerajaan lainnya, Beiqi juga tidak tunduk pada Wei Agung. Wilayahnya tidak seluas Wei Agung, tapi kekuatan militernya sangat kuat dan sumber daya alamnya melimpah.

Selama ratusan tahun, Wei Agung dan Beiqi mengalami perang berkali-kali. Alasannya memperebutkan wilayah dan menguasai sumber daya, memperluas kekuasaan.

Selama ratusan tahun pula tidak ada yang berhasil. Menang dan kalah sama-sama pernah dialami. Perjanjian damai juga sering ditandatangani untuk menenangkan situasi.

Wei Agung dikuasai marga Wei, sementara Beiqi selalu dipimpin oleh marga Huyan. Jika tidak salah, perang terakhir terjadi sepuluh tahun lalu. Saat itu Beiqi mengalami kekacauan internal karena pemberontakan. Wei Agung mengirim pasukan, tapi tidak menyerang.

Mungkin ada alasan di balik ini. Wei Shiqi saat itu harusnya sudah naik takhta. Dia orang yang pandai mengatur strategi. Mengapa tidak menggunakan kesempatan itu untuk menundukkan Beiqi?

Entah, Han Ziqing tidak tahu mengapa. Orang seperti Wei Shiqi selain menyebalkan juga punya pemikiran yang dalam. Setiap tindakannya selalu mewakili sesuatu dan dipertimbangkan dengan sangat matang. Pantas saja orang-orang merasa benci pada Han Ziqing.

Seorang Kaisar Wei Agung yang hebat malah punya permaisuri bodoh yang kejam dan licik. Itu benar-benar membuat hati orang terluka.

“Sekarang aku sadar mengapa orang-orang sangat membenci Han Ziqing di masa lalu. Han Ziqing oh Han Ziqing, kau punya nama yang sama denganku. Tapi kenapa kau sangat bodoh? Sungguh membuatku merasa kesal dan malu.”

Tidak ada yang salah mencintai seseorang. Tapi, yang salah adalah mencintai orang yang tidak tepat dan mengorbankan segalanya.

Ketika tidak terbalas, bukankah semuanya sia-sia? Bahkan harus kehilangan nyawa. Betapa besar penyesalan Han Ziqing sebelumnya ini.

Han Ziqing menggelengkan kepalanya. Tidak ada gunanya meratapi nasib yang sudah dilalui. Saat ini dia adalah orang baru, bukan lagi Han Ziqing yang memalukan itu. Semua yang akan terjadi di masa depan akan ditentukan oleh langkah yang diambilnya saat ini.

Bosan membaca catatan sejarah, dia beralih membaca catatan strategi militer. Otaknya tidak bisa memahaminya sama sekali.

Ternyata meski dia punya banyak bakat dan keahlian, militer adalah pengecualian untuknya. Tuhan memang adil. Han Ziqing tidak dibiarkan memiliki kesempurnaan itu.

Sebaliknya, bukan berarti dia tidak berminat terhadap senjata yang dipajang di ruangan itu. Meixiang mungkin tidak sempat membersihkannya karena terlalu tinggi untuk digapai. Han Ziqing mendorong meja hingga mentok di tembok, lalu naik untuk mengambil senjata-senjata yang tergantung di dinding.

Sudah usang, tapi bilahnya masih kokoh. Hanya perlu diasah dan dilap agar mengkilat lagi. Benda-benda ini mungkin adalah koleksi pemilik sebelumnya.

Kalau begitu, orang itu juga pasti mahir bela diri dan bertarung. Selain cerdas dalam sejarah dan militer, orang itu juga seorang ahli.

Dia kembali bertanya-tanya, siapa sebenarnya orang itu? Kalau orang hebat sepertinya masih hidup, mungkin Wei Agung sudah bisa menaklukan Beiqi dan membuat kerajaan lain bersedia tunduk secara suka rela.

“Karena dia sudah tidak ada, maka biarkan aku yang menjadi penggantinya. Siapa pun pemilik istana ini sebelumnya, kau tenang saja. Aku akan merawat tempat ini dan menyayanginya.”

Dia menyimpan kembali senjata-senjata itu. Hanya ada satu senjata yang tidak dikembalikan. Dia mengambil sebuah pisau lipat kecil yang ukirannya lumayan bagus. Pisau lipat adalah senjata yang bisa disembunyikan di badan. Bisa dibawa ke manapun. Dia bisa menggunakannya sebagai senjata untuk berjaga-jaga.

Setelah puas bermain di ruang bawah tanah, Han Ziqing kembali ke kamarnya. Saat itu sudah tengah malam. Meixiang sudah tidur di tempatnya. Setelah meniup lilin, Han Ziqing juga pergi menjelajahi alam mimpi. Dia sungguh ingin bermimpi menjadi seorang kultivator.