bijak dalam memilih bacaan!
"Kamu... siapa?" bisik Zeya lirih, tangan kirinya memegangi kepala yang berdenyut hebat.
Pria itu tersenyum lembut, menatapnya seolah ia adalah hal paling berharga di dunia ini.
"Aku suamimu, sayang. Kau mungkin lupa... tapi tenang saja. Aku akan membuatmu jatuh cinta lagi...seperti dulu."
*****
Zeya, seorang mahasiswi kedokteran, tiba-tiba terbangun di dunia asing. Ia masih dirinya yang sama,nama, wajah, usia..tak ada yang berubah.
Kecuali satu hal, kini ia punya suami.
Ares Mahendra. Dosen dingin yang terlalu lembut saat bicara, terlalu cepat muncul saat dibutuhkan… dan terlalu mengikat untuk disebut sebagai “suami biasa.”
Zeya tidak mengingat apa pun. Tapi dokumen, cincin, dan tatapan Ares terlalu nyata untuk disangkal. Ia pun mulai percaya...
Hingga satu rahasia terkuak,zeya bukan istri nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 :Saat Hatimu Percaya, Meski Ingatanmu Lupa
Masih dalam lelap, tubuh Ares sedikit bergerak.
Napasnya berubah pelan-pelan, lebih dalam, seolah pikirannya tak benar-benar tertidur. Di balik kelopak matanya yang tertutup rapat, ada kesadaran yang mulai muncul, perlahan. Sejak tadi, ia bisa merasakan gerakan Zeya di sebelahnya,getar halus kasur saat gadis itu bangkit duduk, suara napasnya yang bingung, dan bisikan-bisikan pelan yang terdengar seperti gumam kebingungan.
Dan ketika jari-jemari Zeya menyentuh pipinya, Ares nyaris membuka mata.
Tapi ia menahannya. Menahan napasnya tetap tenang, tetap dalam ritme tidur.
Dan di balik semua itu, sebuah senyum kecil muncul di sudut bibirnya,tak terlihat oleh siapa pun, tapi nyata.
Gumaman lirih lolos dari tenggorokannya, nyaris seperti dengkuran dalam tidur.
"Akhirnya… obat itu bekerja dengan sempurna. Lihatlah kamu sekarang, Sayang,tenang, lembut, dan penuh cinta. Tak lagi mempertanyakan apa pun, tak lagi menggali apa yang seharusnya tetap terkubur. Inilah yang kuinginkan… cinta tanpa alasan, kasih tanpa logika. Kamu mencintaiku karena perasaan itu ku tanam sendiri. Bukan karena kamu mengingat siapa aku,tapi....karena hatimu dipaksa untuk percaya.Dan bukankah itu lebih indah? Cinta yang tak bisa kamu jelaskan, tapi tetap kau beri sepenuhnya. Kamu tak perlu tahu apa-apa, Sayang. Cukup cintai aku. Miliki aku dalam duniamu yang kubentuk sendiri. Karena aku adalah takdirmu, meski kamu tak pernah memilihku."gumam Ares dalam hati,kini ia merasa telah berhasil membuat Zeya hanya mencintai dia seorang.
Obat yang ia campurkan dalam minuman Zeya beberapa malam lalu,obat yang hanya sedikit memengaruhi ingatan jangka pendek, tapi cukup untuk menghapus rasa curiga yang sempat tumbuh. Beberapa pertanyaan yang mulai Zeya lontarkan, beberapa renungan yang nyaris membuat gadis itu sadar bahwa ada sesuatu yang janggal dalam hubungan mereka,semua kini meredup begitu saja.
Kosong. Tenang. Lembut.
Zeya sekarang hanya melihatnya sebagai suami. Lelaki yang ia cintai tanpa alasan. Tanpa dasar.
Dan itu… membuat Ares ingin tertawa pelan.
Namun ia tetap tenang. Menikmati detik-detik di mana gadis itu menatapnya, menyentuhnya, bahkan memujinya,tanpa tahu bahwa semua perasaan itu adalah hasil dari rencana yang perlahan ia rangkai dengan sabar.
Ia membuka matanya pelan-pelan, pura-pura baru terbangun. Cahaya pagi membuat iris matanya berkilat samar. Ia mengedipkan mata sekali, lalu berpaling ke arah Zeya yang sedang duduk termenung di tepi ranjang.
Seketika, senyum hangat muncul di wajahnya,manis, lembut, penuh cinta. Seolah bangun pagi dengan istrinya di samping adalah hal biasa. Seolah tak ada yang pernah ia sembunyikan.
“Sayang…” gumam Ares dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
Zeya sontak menoleh, sedikit terkejut. Tapi Ares sudah menyentuh punggung tangannya dan menggenggamnya dengan lembut.
“Kamu sudah bangun duluan?” tanyanya sambil menarik tubuhnya pelan mendekat, menatap Zeya dengan penuh kasih.
Zeya mengangguk pelan. “Iya… aku bangun lebih dulu. Tapi… kepalaku agak pusing,” ucapnya jujur.
Ares pura-pura mengernyit prihatin. “Pusing? Kenapa? Mimpi buruk, ya?”tebak Ares sangat meyakinkan.
Gadis itu menggeleng, ragu. “Nggak tahu… rasanya cuma… aneh aja.”
Ares mengusap kepalanya dengan lembut, jari-jarinya menyelip di antara helaian rambut Zeya. “Kamu mungkin terlalu lelah. Semalam tidurmu nggak nyenyak, mungkin.”
Zeya hanya menunduk, diam.
Ares menatapnya dalam-dalam. “Tapi kamu tahu, kan… aku di sini buat jagain kamu?”
Zeya mengangguk perlahan, senyumnya kecil dan canggung. “Aku tahu…”
Ares lalu membungkuk sedikit dan mengecup keningnya lembut. Sentuhan yang manis, tulus di permukaan,tapi menyimpan rasa puas di balik senyumannya.
Zeya telah kembali menjadi miliknya. Sepenuhnya.
Dan kali ini… ia tak akan biarkan siapa pun,termasuk ingatan Zeya sendiri,merenggut itu darinya.
"Kalau kamu merasa aneh, nanti aku buatkan teh hangat, ya?" ucap Ares sambil memeluk tubuh istrinya dari samping. “Setelah itu kamu mandi air hangat, lalu kita sarapan bareng.”
“Bareng?”
“Ya, seperti biasanya,” jawab Ares lembut. “Kamu dan aku. Setiap pagi.”
Zeya terdiam sejenak, lalu tersenyum.
Ares membalas senyuman itu dengan pandangan penuh cinta, tapi dalam hatinya, ia hanya berbisik dalam diam
"Lupakan semua yang kamu pertanyaan kemarin sayang.Lupakan semuanya...dan cintai aku tanpa alasan...hanya aku "gumam Ares dalam batin nya.