Arlena dan Dominus telah menikah lebih dari enam tahun. Tahun-tahun penuh kerja keras dan perjuangan untuk membangun usaha yang dirintis bersama. Ketika sudah berada di puncak kesuksesan dan memiliki segalanya, mereka menyadari ada yang belum dimiliki, yaitu seorang anak.
Walau anak bukan prioritas dan tidak mengurangi kadar cinta, mereka mulai merencanakan punya anak untuk melengkapi kebahagian. Mereka mulai memeriksakan kesehatan tubuh dan alat reproduksi ke dokter ahli yang terkenal. Berbagai cara medis ditempuh, hingga proses bayi tabung.
Namun ketika proses berhasil positif, Dominus berubah pikiran atas kesepakatan mereka. Dia menolak dan tidak menerima calon bayi yang dikandung Arlena.
》Apa yang terjadi dengan Arlena dan calon bayinya?
》Ikuti kisahnya di Novel ini: "Kualitas Mantan."
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Kualitas Mantan 7
...~°Happy Reading°~...
Dominus makin frustasi dan berteriak memanggil nama Arlena sambil memegang dadanya yang sakit melihat mesin mobil sudah dipreteli dan dipotong. Dia yakin itu adalah perbuatan Arlena, karena menarik mobil darinya.
Teriakan Dominus dan gerakan tangan yang mengepal membuat sopir dan tukang taman terdiam. Selina yang sedang jongkok menahan emosi jadi berdiri mendekat. "Ada apa Mas?"
"Itu lihat di dalam." Dominus menunjuk tanpa melihat mesin mobil lagi.
Selina mendekati kap mobil untuk melihat. Dia ingin tahu apa lagi yang terjadi. Dia kembali terduduk jongkok sambil memegang perut saat melihat mesin mobil sudah hancur. Terutama ada kertas putih di dalamnya dan bertuliskan Dooorrrr...! dengan spidol hitam.
"Dia lagi ngerjain kita. Keterlaluan." Selina makin marah dan putus asa bisa memiliki mobil itu.
Ketika melihat dalam mobil, dia berpikir bisa diperbaiki dengan mengganti interior dalam mobil. Tapi melihat mesin, dia jadi ragu. Karena kalau diperbaiki, bisa seperti membeli baru. Sebab mobil hanya terlihat mulus bagian luar, tapi dalam mobil seperti tempat sampah.
Dominus tidak membalas komentar Selina. Dia sedang memegang kepala sambil berpikir atas apa yang terjadi. Perabot dan mobil yang dipertahankan, semuanya tidak berguna lagi. Jantungnya memukul dada dengan kuat, mengingat Selina menginginkan mobil itu.
'Ini tidak mungkin dikerjakan Arlena sendiri. Pasti dia dibantu orang lain. Calista atau pengacaranya?' Dominus berpikir dan membatin. Dia tidak yakin Arlena yang lakukan, karena Arlena lembut dan tidak akan melakukan tindakan kasar.
Dia langsung menuju mobilnya untuk mengambil laptop. Selain sakit hati, dia penasaran terhadap apa yang terjadi. Sehingga dia mau melihat di cctv, siapa saja yang membantu Arlena.
Namun kembali dia terkejut melihat cctv tidak bisa diakses. Dia segera memanggil tukang taman dan sopir Arlena. "Cctv di luar rusak?" Tanya Dominus, mengingat semua perabot rusak. Dia berpikir, mungkin cctv juga dirusakin.
"Oh, dua hari lalu Ibu minta saya copot, Pak. Ibu bilang mau diganti yang baru." Jawaban tukang taman membuat Dominus ingin berteriak, tapi tenggorokannya terasa sakit.
Dia mengeluarkan dompet dari saku celana. "Ini uang, pergi beli gembok untuk kunci gerbang itu." Dominus menyuruh sopir Arlena membeli gembok untuk mengunci pintu gerbang.
"Iya, Pak." Sopir Arlena mendekat lalu mengambil uang yang diberikan.
Kemudian Dominus berjalan mendekati Selina yang sudah berdiri dengan wajah beringas. "Mengapa ngga dibakar saja sekalian? Dari pada ditinggal seperti ini." Selina tidak tahan mengomel.
"Dibakar? Bukannya kau mau tinggal di sini? Aku sudah bilang dijual bagi dua, kau tetap mau tinggal di sini. Dari pada dibakar, dikasih saja semua padanya." Dominus tidak tahan mengingat semua tidak bersisa, selain rumah.
~*
Di dalam rumah, Tari berbicara dengan para pelayan. "Ayo, mari siapkan air mineral."
"Oh, iya, Mbak. Dari tadi boss tegang dan terus berteriak."
"Iya, apa lagi belatung nangka itu, pasti shock. Dia butuh asupan air sebelum mengeluarkan aroma."
"Kau stop dengan belatung nangka, sebelum kena semprot.
"Mau diganti dengan belatung tikus atau cempedak?"
"Belatung semua buah yang lengket saja."
"Di mana ada belatung?" Teguran Dominus yang tiba-tiba membuat para pelayan yang sedang saling berkomentar tentang Selina jadi terkejut.
"Tidak ada apa. Hanya lagi saling mengingatkan, supaya periksa dapur, Pak." Tari menjawab cepat, agar tidak dicurigai Dominus.
"Ini minum dulu, Pak." Salah satu pelayan memberikan gelas berisi air mineral kepada Dominus, juga kepada Selina yang sudah menyusul.
"Kalian belum rapikan apa pun?" Tanya Selina sambil mengambil gelas dari tangan pelayan.
"Biarkan dulu. Nanti dirapikan setelah semua diangkut. Masak saja. Saya sudah lapar." Ucap Dominus.
"Mengapa ngga makan di luar saja, Mas?"
"Aku lagi malas keluar? Apa kau bisa nikmati makanan di luar?"
"Ngga juga sih..." Selina buru-buru menjawab melihat Dominus masih emosi.
"Ya, sudah. Masak saja yang ada. Ada yang bisa dimasak, kan?"
"Ada, Pak. Ibu isi kulkas penuh." Jawab Tari cepat, agar tidak terjadi perdebatan.
"Ada yang baik juga, dia tinggalin..." Selina tidak tahan untuk berkomentar. "Aku kira dia mau hancurin kulkas juga." Dominus tidak menanggapi keluhan Selina. Dia terus minum, karena mulai merasa lelah dan haus, juga lapar.
Berbeda dengan para pelayan yang berjalan ke dapur. Setelah di dapur, mereka saling menyenggol.
"Ibu ngga hancurin kulkas, karna ingat makanan kami." "Iya. Kalau ngga ada kami, mungkin kulkas sudah bernasib sama dengan televisi."
"Sudah kerja cepat, sebelum ada yang berubah jadi belatung buah." Tari mengingatkan pelayan lain supaya berhenti komentar.
Sedangkan Selina kembali mengikuti Dominus keluar dari rumah menuju mobilnya. Dia menyadari, tidak ada tempat baik yang bisa dijadikan tempat duduk dalam rumah.
"Mas, tidak telpon dia untuk minta tanggung jawabnya?" Tanya Selina setelah duduk dalam mobil dan menyandarkan punggungnya.
"Mau minta tanggung jawab untuk apa?" Dominus bertanya tapi tidak menjelaskan mengapa tidak bisa telpon. Dia ingat yang dikatakan pengacara Amarta dalam surat perjanjian sebelum Arlena tanda tangan surat cerai.
'Arlena sudah tidak ada hubungan lagi dengannya, baik pribadi atau perusahaan. Kalau menghubungi Arlena dalam bentuk apa pun, mereka akan bertemu di pengadilan dan pembagian harta gono gini harus dibagi dua.'
Selina hanya bisa manyun dan kesal melihat Dominus tidak menanggapi usulnya dan tidak menjelaskan kenapa diam dan tidak menghubungi Arlena untuk memakinya. Hanya bisa berteriak marah sambil memanggil namanya.
~*
Di tempat lain; Di lantai tiga butik Calista. Arlena dan Calista sedang duduk santai sebelum makan malam. "Ada apa, Ar? Kau dari tadi terus memegang telinga dan meniup tangan lalu tutup telinga." Calista heran dengan gerakan tangan Arlena.
"Telingaku seperti budek dan terus bunyi ngiiiiing..." Arlena berkata sambil terus meniup tangan lalu menempel ke telinga.
"Oh, kata orang tua, kau lagi diomongin orang. Hehehehe... Ngga usah percaya. Mungkin kau kecapean." Calista jadi tertawa dengar yang dia katakan.
"Oh, mungkin itu benar. Hehehe..." Arlena jadi ikut tertawa.
"Apa maksudmu? Apa si bajing kunti sedang ngerasaninmu? Apa mereka sudah datang ke rumah?" Calista jadi melihat Arlena.
"Mungkin mereka sudah datang ke rumah. Pasti Tari sudah telpon dia." Arlena menebak, sebab Tari tidak bisa hubungi dia.
"Kalau memang dia sudah pulang, apa hubungannya lagi menyebut namamu?" Calista heran karena belum tahu kondisi rumah setelah ditinggal Arlena.
Calista tidak membahas apa pun tentang rumah, hanya membiarkan Arlena istirahat di kamarnya.
Arlena jadi tertawa membayangkan Dominus berteriak memanggil namanya. Dia ingat kejadian di kantor, di mana Dominus sering berteriak dan memanggil namanya.
"Ar, jangan bikin aku penasaran. Kenapa kau tertawa?"
"Aku lagi ngebayangin dia berteriak panggil namaku saat lihat suasana rumah. Terutama lihat pakaian dalamnya." Arlena makin tertawa.
"Ada apa dengan pakaian dalamnya? Kau bakar?"
"Ngga bakar, tapi aku gunting halus seperti mau bikin sayur lodeee..." Ucapan Arlena tentang pakaian dalam Dominus membuat Calista tertawa.
...~*~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
cepet juga keluarga arlena datang semoga ibu dan anaknya sehat dan selamat aammiin 🤲🤲
nungguin baby nya keluar
up Thor 😭pengen tau cwek atau cwok anaknya
di formalin pun ulet bulu nggak bisa di bilang muda terus lah wong kerjaannya marah" cepet tua lah dia
up Thor 🥱 aku nunggu tuh dom" ma ulet bulu ketemu ma Yoel dan papanya
bener mungkin debay nunggu grandma sama grandpa yaah mau ditungguin ya lahir nya
ehh ngapain tuh domi disitu, apa anaknya masuk RS atau istri nya yg masuk RS 🤣🤣
hadeh ketemu si dom" lagi jangan bilang tuh ada ulet bulu bisa" ada perang apa lagi papanya Ar juga datang 🤣wah di tunggu dom" ketemu papanya arlena